Seminggu berlalu setelah Yeonjun merasakan dunianya runtuh dalam sekejap, tanpa aba-aba, tanpa belas kasihan sama sekali.
Selama itu pula, dunia terus berputar, tanpa adanya niat untuk berhenti sejenak, menyulitkan dirinya untuk sekedar bernapas dengan tenang.
Dunia terus berputar, tidak ada yang berubah, namun dunianya kian terasa berbeda. Menemani Eunha yang masih tertidur lelap dalam ranjang rumah sakitnya, Yeonjun mengusap mata monolidnya pelan.
Menyadari bahwa matahari sudah terbit dan hari ini dia tidak bisa terus mengeluh kepada semua hal tentang kenyataan pahit yang ia telan bulat-bulat tanpa penawar.
Tungkai panjangnya beranjak dari sofa, mencuci muka dan kembali ke kursi samping kasur dingin itu.
Memperhatikan tiap-tiap bagian dari wajah kakaknya yang ia rasa terus memucat saat ia tertidur, bibir Eunha yang dulu secerah buah persik kini pucat dan kering.
Yeonjun bertanya-tanya, apa yang kakaknya rasakan di dalam tidurnya itu? Apakah nyenyak, atau malah menahan lebih banyak tekanan lagi? Yeonjunㅡ ah, entahlah.
Dengan kehati-hatian Yeonjun meraih telapak tangan Eunha yang sama dinginnya dengan suhu ruangan, ia mengecupnya pelan. "Cepat sembuh, aku tidak bisa melihat Kakak begini terus."
Aksi mengamatinya terhenti tatkala sebuah pop-up chat tampak terus-terusan muncul dan belum juga berhenti dari ponsel Eunha.
Yeonjun penasaran, lalu tangannya meraih benda pipih itu dan membuka utas chat yang terus menumpuk dalam kontak yang sama.
_____
Kookie>3<♡:Eunhaa bangun|
Nanti aku akan ke sana|
Aku akan bawa bunga kesukaanmu >3< tunggu aku ya!!|
Oh ya, Yeonjun suka makanan apa? Akan kubawakan untuknya juga|
Eunha balas ㅠㅠㅠㅠ|
Kau mau jariku kesleo karna terus-terusan mengirim pesan, heh?|
Jahatnyaㅠㅠㅠ|
Galaksiku bangun dong|
Eunhaa cantik, baik, manis, punya jungkook seorang, balas pesankuuu|
"Cringe, ewh." Tatapnya geli, dengan segala keisengannya Yeonjun membalas pesan dari kekasih saudarinya itu dengan emticon jari tengah.
Lalu sedetik kemudian usai sang lelaki membacanya, sebuah panggilan masuk. Yeonjun panik, satu, dua, lima kali ia mengabaikan, sebanyak itu pula Jungkook terus memanggilnya, lagi dan lagi.
Terpaksa ia mengangkatnya supaya tidak ada masalah serius yang nanti datang mempersulitnya. "Halo? Eunha?"
"Ekhm, maaf Kak, aku salah pencet hehe," balasnya kikuk.
Mendapati suara dengan intonasi lebih rendah menjawab yang panggilannya, yang jelas bukan Eunha, Jungkook agak terkejut, "Yeonjun?" katanya menebak.
Lantas kalau suara Ayah Eunha, rasanya terlalu nyaring untuk umur Tuan Jung yang tahun depan sudah masuk 63 tahun.
"Iya, ini Yeonjun. Kak Eunha belum bangun dan ponselnya terus bergetar, jadi akuㅡ" dalihnya, sedikit berbohong karena tidak mau dicap buruk oleh Pemuda Jeon yang tampan itu, padahal ia melakukannya dengan sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible
FanfictionSatu persatu, mimpi mereka terenggut. Soobin tidak bisa menjadi seorang seniman karena tuntutan ayahnya, mimpi Yeonjun yang sudah berada di depan matapun harus kandas karena ia lebih menyayangi Eunha. Lalu, Beomgyu ternyata memiliki Rahasia besar d...