Drama: Why

34 3 1
                                    

Taehyun mengetatkan rahangnya ketika seorang senior sengaja menabrak bahunya dengan keras, dalam hati remaja itu terus menyumpahi sang kakak kelas agar tidak lulus.

Bukannya ia jahat atau apa, namun, perlakuan seperti tadi itu sudah sangat sering ia dapatkan entah dari senior, perempuan, bahkan junior yang sangat menyebalkan di matanya.

Oh ayolah, ada masalah apa dengan orang-orang yang bahkan tak ia kenal dan terus menerus mengganggu layaknya hama? Taehyun terkekeh pelan.

Manusia jaman sekarang, sibuk sekali mengurusi orang lain hingga dirinya sendiri tak terurus, bodoh.

Sesampainya di kelas, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah bangkunya kini tidak kosong. Seorang perempuan yang tak asing di benaknya lalu tersenyum simpul kala melihat ia berdiri di depan pintu.

Bae Miru.

Name tag itu ia amati perlahan sampai tak sadar telah duduk di sebelahnya. Setelah berupaya mengingat-ingat sesuatu, akhirnya Taehyun sadar bahwa perempuan ini adalah gadis yang pernah meminta bantuan padanya tempo hari, oh, dan warna suaranya yang berbeda.

Terima kasih pada rasa permen karet dan air sungai yang telah membantunya mengingat lebih cepat, sebab dirinya sendiri merupakan sosok yang ceroboh dan pelupa.

Dia tidak akan menjadi Kang Taehyun Aneh si Peringat Tiga Paralel jika sindrom uniknya itu tidak pernah ada. Benar, Taehyun memanfaatkan senetesianya untuk membantu mengingat catatan atau rumus-rumus ketika ujian.

Itu pula yang mendasari rasa curiga para guru dengan Taehyun yang tidak pernah kelihatan aktif dan cenderung mendapat nilai menengah ke bawah di setiap pelajaran, kecuali untuk ujian kenaikan kelas atau ujian akhir semester.

"Hai, masih ingat aku, kan?"

Taehyun diam, hanya mengangguk dan tidak berani menatap, entahlah, namun sedari tadi insting jantannya seolah berkata;

"jangan tatap apapun, jangan. Itu jebakan, Taehyun, ingatlah!"

Bagaimana bisa ia tak tertarik dengan tatapan seteduh itu, apalagi rambut hitam panjangnya yang terlihat seperti kapas di mata Taehyun, rasanya ia ingin menepuk dan merasakan lembutnya surai Miru.

Taehyun hanya berani mencuri-curi pandang, masih ragu untuk menatap gadis pucat ini sepenuhnya. "Taehyun, yang kemarin itu, apa masih boleh aku meminta bantuanmu lagi? Aku benar-benar membutuhkanmu."

Bae Miru melebarkan pupilnya, menambah kesan anak anjing yang lucu di iris Taehyun. Dia lemah jika seorang perempuan sudah memohonnya seperti ini, ekspresi mereka sangat manis hingga rasanya ia takut terserang diabetes.

Sambil menggaruk tengkuknya untuk mencairkan suasana, setelah itu Taehyun tiba-tiba mengangguk, padahal ia sendiri malah merasa janggal. Miru bersorak kegirangan, berterima kasih kepadanya hingga lengan perempuan itu memeluk erat.

"Terima kasih Taehyun, kau menyelamatkan hariku! Astaga, aku senang sekali. Tapi sayangnya sebentar lagi bel akan berbunyi, sepulang sekolah temui aku di gerbang ya!"

Bae Miru lagi-lagi terbirit tanpa menunggu kata-kata dari Taehyun, padahal ia sudah berencana untuk meralatnya. "Terserah."

Taehyun pikir, toh, tak ada yang salah dengan membantu seseorang.

*

Hampir dua minggu sudah berlalu dari kejadian mengenaskan di rumahnya, namun pihak kepolisian masih belum menemukan apapun. Entah mereka yang payah atau bagaimana, yang pastinya lelaki bermata belo itu merasa sudah putus asa untuk menemukan orangtuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

InvisibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang