4

2.9K 106 19
                                    

Chapter 4: Big Secret

Uchiha Naruto: Kami no Shinobi

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Warning(s): OOC, OC

Genre: Adventure & Humor

Rated: Semi M

Chapter 4: Big Secret

Madara duduk termenung di tempat tidurnya. Perutnya dililit dengan perban putih akibat luka yang ia dapat saat melawan Hashirama. Ia menatap kedua tangannya dengan tatapan kosong.

'Tangan ini... Masih belum mampu membalaskan dendam Izuna.' ucap Madara dalam benaknya.

Wajah Madara mengeras. 'Hashirama, tak ku sangka kau akan mengalahkanku. Lihat saja! Kau akan ku ingat sebagai orang pertama yang wajib ku bunuh!'

Krieet

Naruto masuk ke kamar Madara. Madara menatap datar Naruto. "Ada apa?" tanya Madara.

Naruto menghela napasnya perlahan, "Sampai kapan kau akan seperti ini?" tanya Naruto pelan.

Madara menatap Naruto dengan mata hitamnya, "Sejak kapan kau tidak peduli pada Izuna?" balas Madara sambil menatap Naruto tajam.

Naruto duduk di sebelah Madara, "Bukannya aku tidak peduli..." Naruto menepuk pelan pundak Madara, "...aku hanya bertanya 'Sampai kapan kau akan seperti ini?'. Menyesali kematian Izuna, menyalahkan dirimu sendiri, itu bukanlah sifat dari kakakku. Kakakku akan bangkit dari keterpurukannya dan melangkah ke depan! Bukan seperti ini!" ujar Naruto keras.

Madara terdiam. Naruto melanjutkan ucapannya "Bangkitlah, nii-san. Bangkitlah dari rasa bersalah itu. Jadilah lebih kuat untuk membalaskan dendam Izuna-chan!" seru Naruto pada Madara.

Madara melebarkan kedua matanya setelah Naruto mengatakan hal tersebut. Benar. Ia harus bangkit. Bangkit dari rasa bersalah dan sesegera mungkin berlatih untuk menjadi lebih kuat. Untuk membalaskan dendam Uchiha Izuna, sang adik. Madara lalu memeluk Naruto erat.

"Terimakasih, Naruto." gumam Madara pelan. Naruto membalas pelukan Madara dan mengelus pelan punggungnya. "Tidak apa-apa. Itulah gunanya seorang adik. Menyemangati kakaknya saat ia terpuruk dan menolongnya saat ia terjatuh." ujar Naruto pelan.

Madara tersenyum. Adik angkatnya sangat berbeda di banding Izuna. Bila Izuna cenderung cuek, tapi Naruto sebaliknya. Ia begitu peduli. Ia tak ingin kakaknya terpuruk. Tak ingin kakaknya terjatuh lebih dalam di jurang penyesalan. Kehidupan harus berjalan terus.

Naruto menatap mata kelam Madara, "Lalu, apa rencanamu?" tanyanya pada Madara.

Madara menyeringai kecil, "Terpaksa aku harus mengikuti permainan yang Hashirama ciptakan." ujarnya seraya terkekeh pelan. Madara bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Ia menatap dingin bilik kamar milik Tetua Uchiha, Uchiha Shiroi. "Dan Tetua brengsek itu berhutang penjelasan padaku." ujarnya seraya berjalan pelan menuju bilik kamar sang Tetua Uchiha.

Shiroi mengetukkan jari-jarinya di meja. Tanda ia sedang berpikir. Permasalahan antar klan makin rumit saja, pikirnya. Sebenarnya yang menyulut peperangan adalah dirinya dan Shiroi mengakui hal tersebut. Ia telah jatuh cinta pada gadis pewaris utama klan Senju, Senju Meguri.

'Ini semua salahku. Bila aku tidak jatuh cinta pada Meguri saat itu, mungkin peperangan ini takkan terjadi.' batin Shiroi pelan.

Shiroi menghela napasnya pelan. Ia lalu memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri. Cepat atau lambat, masalah utama penyebab peperangan ini akan diketahui oleh seluruh anggota klan Uchiha. Dan ia harus mencegah hal itu terjadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naruto Uchiha:Kami no ShinobiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang