Happy reading
🌻🌻🌻
Dini pagi sekitar jam empat Agha hendak pergi dari rumah Vito.
"Lhoh? pagi pagi gini mau pulang Gha?" Suara dari dapur menginstruksi Agha.
Agha segera menghampiri bunda Ratih, "Iya bun soalnya papah sudah berangkat." balas Agha, mendengar jawaban itu Bunda Ratih sudah paham apa yang terjadi sebab itulah rumah Vito menjadi tempat untuk kabur.
"Bentar bunda siapin bekal dulu buat dimakan nanti." tawar Bunda masih berkutik dengan alat alat dapurnya.
"Gausah bun lagian bibi juga masak kok dirumah." tolak Agha halus.
"Agha pamit aja dan makasih banyak bun." pamit Agha sambil menyodorkan tangannya untuk salim.
"Eh-eh! Tapi ini bentar lagi mateng." ujar bunda namun Agha segera berjalan keluar.
--------
Agha masuk kedalam rumah bercat putih yang cukup besar tetapi didalamnya sepi penghuni.
"Mas Agha sudah pulang?" sapa bi Inah yang datang dari arah dapur lalu segera menghampiri Agha saat melihat kedatangannya.
"Iya bi."
"Mau langsung mandi atau makan dulu? Biar bibi siapin."
"Mandi dulu bi, Agha keatas dulu." Agha menaiki satu persatu anak tangga hendak menuju kamarnya dia bertemu Galen yang berada didepan pintu kamar miliknya.
"Sampai kapan lo mau begini?" tanya Galen yang berada didepan kamarnya.
"Sampai kapan lo ga ngerasa bersalah sama kepergian bunda?" sindir Agha menatap tajam Galen.
"Emang bener ya di otak lo cuman ada belajar, belajar, belajar." lanjutnya.
"Bisa ga jangan ambil statement dari sudut pandang lo?!" bantah Galen, "Sebenci itu lo sama gue?" sambungnya.
"Ngga, gue hanya iri. Lo enak jadi kebanggaan papa setidaknya ada yang peduli sama lo." tukas Agha menyudahi pertengkaran pagi itu. Dia segera masuk kedalam kamarnya.
"Peduli?" ringis Galen.
🏫🏫🏫
Pagi ini Dara berangkat sendiri dengan montor Scoopy pinknya. Sangat imut ditambah helm yang dipakainya.
Dara sampai di Bintara High School tepat waktu. Suasana kelas sudah ramai terisi dan hari ini cukup tenang karena mungkin tidak ada tugas jika ada dipastikan kondisinya akan sangat ramai seperti disekolahnya dulu.
"Vera belum berangkat El?" tanya Dara ketika sudah sampai lalu duduk di bangkunya.
"Lah?! Gue kira bareng lo." timpal Elsa sambil bermain hp-nya.
"Dia ga ngasih kabar anjir!"
Tiba-tiba seorang laki-laki datang dari arah pintu tepat saat bel masuk. Laki-laki itu menatap Dara sekilas dan mungkin bingung dengan keberadaan Dara. Tak lama setelah itu Vera datang dengan nafas tak teratur.
"Astaga pagi-pagi disambut malaikat maut didepan gerbang." gerutu Vera setelah duduk disebelah Dara.
"Pak Zul?" tebak Elsa sambil cekikikan melihat wajah kesal Vera.
"Gilak banget tuh BK! Orang udah berusaha berangkat malah disuruh pulang aja! kalo ga niat-"
"Ver." potong Dara ketika melihat bu Fidah masuk.
"Gue masih hutang ngumpat pokoknya!" sungut Vera.
"Selamat pagi anak-anak!" sapa bu Fidah ketika sudah berada di dalam kelas.
"Pagi Bu!" balas siswa siswi kompak.
"Pagi ini kita akan membahas bab selanjutnya."
"Ketua kelas tolong ambilkan buku lks dimeja ibu." perintah bu fidah.
"Untuk Adara tolong menyesuaikan tugas terakhir saya karena itu masuk penilaian." lanjutnya.
Dara tersentak saat namanya dipanggil, "Baik Bu." balasnya.
"Bisa minta tolong ketua kelas atau yang lain jika kesulitan." Ketua kelas yang sudah berdiri menoleh ke Adara yang notabenenya anak baru.
"Oh dia ketua kelas." gumam Adara waktu ketua kelas sudah keluar kelas namun masih bisa didengar Vera.
"Iya pararel lagi." imbuh Vera.
"Tertekan pasti."
"Maksudnya?"
"Nebak aja, kebanyakan orang-orang ambis kayaknya tertekan sih gue aja yang kebanyakan tugas eneg."
"Lo yang lumayan pinter aja bisa nyeletuk gitu ya?" cetus Vera.
______
Bel pulang sekolah berbunyi. Galen berjalan tergesa-gesa menghampiri kelas XI Ips 1 yang terletak dilantai bawah. Terlihat Agha masih diruangan dengan beberapa temannya.
"Gha ikut gue." ajak Galen, "kita perlu bicara." lanjutnya.
Melihat keduanya tentu Vito paham. Vito dan Defaz mengajak beberapa temannya untuk keluar dari ruangan karena Vito mengerti keduanya butuh privasi.
"Gha, kita perbaiki semuanya." ujar Galen memohon.
Semenjak kepergian mamah semuanya berantakan dan Galen ingin memperbaiki semuanya. Bukanya dia gak peduli tetapi dia selalu memendam sendiri.
"Terlambat." tegas Agha.
"Gue pengen kayak dulu." mohon Galen.
"Lo udah kayak dulu tapi tanpa mamah dan gue." balas Agha matanya menyiratkan akan kecewa. "gak ada tempat buat mamah dan gue Gal." lanjutnya
"Lhoh ketua kelas? Sama perusuh kantin?" ujar Dara melewati kelas sebelas Ips 1 yang tak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Jadi lo mau begini terus?!" tandas Galen,
"Sadar Gha mamah udah meninggal! Sampai kapan lo hidup dimasa lalu?!" serunya."Mamah meninggal juga gara gara lo!" tukas Agha lalu segera keluar dari ruangan.
"Iya Gha, semuanya gara-gara gue." pasrah Galen. Dia mematung sambil memejamkan mata dalam ruangan itu. Dia frustasi dengan keadaannya dan membenci dirinya yang terlihat lemah.
Dara menyaksikannya terlalu rumit untuk mencerna semua itu.
_______
see u ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Agha Aludra
Poesía"Kenapa lo narik gue?" tanya Dara masih dengan setia memandang kearah lain. "Enggak sengaja tapi tas gue." balas Agha mengambil tas dari tangan Dara kemudian memakainya "Kenapa ngga langsung narik tasnya?" kesal Dara. "Salah narik." "Lain kali mata...