part. 5

140 15 16
                                    

🧃🧃🧃
.
.
.

Malam ini Agha bersama Vito akan main dirumah Defaz. Bukan Defaz namanya kalo tidak memanfaatkan peluang. Sebenarnya pertemanan mereka tidak neko-neko, mereka hanya butuh tempat untuk bercerita tentang masalah masing-masing berbagi kebahagiaan walaupun itu sedikit.

Agha tiba di sebuah minimarket di pinggir jalan. Dia membeli beberapa minuman bersoda dan beberapa cemilan.

"Aduh mas dompet saya ketinggalan ngutang dulu ya?" ringis gadis yang berada didepan kasir.

"Ga bisa atuh neng, ini toko bukan punya saya."

"Duh males banget bolak-balik." gumamnya.

"Eh lo yang waktu itu kan?" tanya Dara menengok sedikit menghadap Agha.

Agha hanya menaikan satu alisnya.

"Gue minta tolong pinjem duit dong nanti gue ganti janji."

"Temennya ya mas? Kasihan dia ga punya duit tapi mbak maksa ngutang."

"Ya Allah! dompet gue ketinggalan mas! Bukan ga punya duit astaga!"

"Dia bukan temen saya mas."

"Masa lo ga kenal gue sih?!"

"Kenal tapi lo bukan temen gue."

"Please boleh ya? Lagian gue beli cuma tiga barang kok gak bikin lo rugi kali." Dara hanya membeli dua susu kotak sama pembalut. Dia buru-buru karena malam ini sedang datang bulan akibatnya dia lupa membawa dompet. Lagian kenapa ada drama segala sih?! Padahal mas masnya mesti udah hafal dong gue tinggal dikomplek ini.

Terdengar hembusan nafas berat dari Agha bukanya ngga mau membatu tetapi sikap cewek disampingnya agak aneh?

"Yaudah sekalian aja mas kasihan lagi pms."

Sebenernya malu sih tapi gapapa darurat. Of the kepepet.

"Btw makasih, mulai sekarang lo temen gue." ucap Dara saat mereka keluar dari minimarket.

Alis Agha terangkat bingung. Tak memperdulikan sikap aneh Dara, Agha menyodorkan hp-nya.

"Ga usah repot-repot tapi kalo yang baru gapapa."

Agha berusaha untuk tidak tertawa. Cewek disampingnya bodoh atau pura pura bodoh? Meski begitu Agha kagum karena dia ekspresif dan konyol seolah olah hari yang dilewatinya terasa bahagia.

"Nomor lo sebagai jaminan." ucapnya dengan nada dingin.

"Oh bilang kek dari tadi. Jadi orang jangan ambigu bisa bikin yang ngerespon malu." balas Dara mengambil ponsel Agha lalu mengetik nomor ponselnya.

"Nih!" kata Dara menyodorkan ponsel milik Agha.

"Masalah dikantin waktu itu lo ngga usah minta maaf udah gue maafin." lanjut Dara meninggalkan Agha yang masih didepan minimarket.

"Gue ngga mau minta maaf kali." celetuknya.

"Prffttt lucu padahal udah jelas salah." lirih Dara takut orang jika mendengarnya bakal ngamuk.

Dara membalikkan badannya, "GUE TAU HIDUP ITU BERAT JADI KEEP STRONG!" serunya tak jauh dari Agha berdiri.

"Bukan hidup tapi problematikanya yang berat." gumam Agha.

.
.
.
thanks for reading

Agha AludraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang