"Lo sadar nggak sih, kalau Pak Bos yang baru sering ngeliatin lo." Karmila berbisik di sebelah kubikel Keifani.
"Hah? Masa sih?" Karmila mengangguk.
"Lo salah lihat kali, nggak mungkinlah Pak Fuad liatin gue. Kenal aja baru seminggu ini," kilah Keifani kembali fokus sama kerjaannya.
Admin manager itu memang baru seminggu bekerja di kantor ini, interaksi yang mereka lakukanpun hanya sebatas membicarakan pekerjaan selebihnya Keifani tersenyum sopan begitupun sebaliknya.
Jadi bagaimana mungkin Keifani yang biasa ini diperhatikan diam-diam oleh managernya?
"Gue yakin, Kei. Bahkan Mas Rahmat dan Bento sadar lho." Karmila masih keukeh dengan pendapatnya.
Keifani hanya geleng-geleng kepala tanpa menoleh.
"Pak Fuad nggak tahu lo udah nikah?" Karmila berhasil mengalihkan fokus Keifani dari layar komputernya lalu menatap teman kantornya.
"Emang penting ya?"
"Pentinglah, setidaknya kalau Pak Fuad tahu lo udah nikah. Doi nggak berharap lebih sama lo."
"Lo ngomong apa sih? Udah ah, bentar lagi jam pulang tiba. Lo nggak mau siap-siap?" Keifani melirik jam pada layar komputernya.
Karmila ikut melirik jam di komputer Keifani sontak melompat dari duduknya. "Yesss! Waktunya pulang, gue mau dandan dulu ah." Karmila melangkah santai ke toilet dengan membawa pouch berisi alat makeup-nya. Sudah jadi kebiasaan Karmila jika pulang harus tetap glowing, prinsip pergi dan pulang kerja harus tetap cantik. Kata Karmila jodoh bisa saja datang tiba-tiba, dan perempuan itu tak mau ketika bertemu jodohnya dalam keadaan dekil.
Ada-ada saja, kan?
"Kei, lo nggak pulang?" Ami terlihat sudah memegang tasnya bersiap pulang.
"Bentar lagi, Mbak. Lagi nanggung nih." Ami mengangguk.
"Kalau gitu saya duluan ya." Kini giliran Keifani yang mengangguk.
Cella juga pamit disusul Karmila dan Bento, sementara Rahmat juga bersiap pulang merangkul tas ranselnya.
"Lo pulang sama siapa? Lo kan nggak bawa mobil, atau lo dijemput suami?" tanya Rahmat begitu lewat di meja Keifani.
Perempuan bermata kelam itu mendongak. "Nggak dijemput, Mas. Gue pulang naik ojol paling."
"Yakin nggak mau gue tungguin?" tawar Rahmat tak tega melihat Keifani pulang sendirian.
"Nggak usah, Mas. Gue bentar lagi selesai kok," tolaknya kemudian.
"Ya udah, pulangnya jangan terlalu malam ya. Ntar suami khawatir nungguin lo di rumah." Rahmat mengedipkan sebelah matanya.
Alih-alih merona, Keifani malah mendengus. Hingga membuat Rahmat tertawa kecil.
"Oke, gue balik duluan ya." Keifani mengacungkan jempolnya.
Ruangan administrasi menjadi sepi begitu satu per satu teman kerjanya pulang, ini bukan pertama kalinya Keifani lembur di kantor sendirian. Dia lebih baik menyelesaikan laporannya ketimbang menundanya.
Kalau Karmila punya prinsip pantang pulang sebelum makeup, Keifani juga punya prinsip pantang pulang sebelum laporan selesai dikerjakan.
Saking fokusnya pada komputer di depannya Keifani sampai tak sadar sedang ditatap intens oleh Fuad dari ruangannya, sebelum lelaki berkaca mata itu berdiri dan keluar dari ruangannya.
"Kamu belum pulang, Kei?" Suara berat dan serak milik Fuad membuat Keifani tersentak.
"Lho, saya kira Bapak sudah pulang dari tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveable Ties (TAMAT)
Romans(REPOST-JUDUL SEBELUMNYA ISTRI SETTINGAN) Dijodohkan dalam keadaan terikat hubungan dengan seseorang membuat Darius M Darwin harus memutar otak dengan mengagalkan rencana orangtuanya. Namun, lelaki tiga puluh tahun itu tak punya daya dan upaya. Apa...