Zatu

634 97 59
                                    

Arfando Greyzar. Hanya seorang lelaki dingin, berkulit glowing dengan kacamata yang selalu lekat di hidungnya, sekilas seperti Harry Potter. Ucapannya yang selalu menjadi kenyataan entah itu untuk beberapa jam kedepan atau di kemudian hari mendatang. Seperti peramal? Bahkan Fando saja tidak suka sebutan itu.

Ocaysta Fernanda. Gadis bad? Big no. Ia adalah gadis yang taat peraturan. Berpakaian rapih setiap hari dan berwajah cantik natural tentunya. Bukan manusia jika tidak memiliki kekurangan. Sikapnya yang pecicilan dan juga jenaka.

***

Tim Bubadibako

Dewa : Sini guys rame.
Dewa : Seru euy.

Rahil : Dimana?

Oca : Serlok dong cepetan.

Dewa : Kantin.
Dewa : Si oncom segala minta serlok.

Pandu : Kino dipermalukan.

Chika : OMG jiji!
Chika : Cemewew gue kenapa bisa digituin?

Dewa : Ngerebut cewek kak Hendrik.

Rahil : Kasian Ciki nggak direbutin:(

Pandu : Kino juga milih-milih kali.

Chika : Sialan lo.

Oca : Heran, Dewa gercep banget kalo soal beginian.
Oca : Curiga suka ngerumpi sama emak-emak.

Chika : Hahaha aku tertawa.

Pandu : Dia punya group chat sendiri kali.

Read.

Oca berjalan beriringan dengan kedua temannya, Rahil dan Chika Mereka menuju kantin setelah diberitahu oleh Dewa jika ada hal menarik di sana.

Mayoritas murid-murid jika setiap pagi selalu disibukkan dengan mencari contekan tugas atau bahkan baru mempelajari kembali materi minggu kemarin. Lain dengan mereka yang selalu belajar malam untuk mempelajari dan mengerjakan tugasnya secara berdiskusi tetapi hanya satu orang yang mencatat setelah besoknya baru mereka salin ramai-ramai.

Jadi, itu bukan mencontekkan?

Oca menabrak sesuatu saat ia berbelok setelah turun dari tangga. Tubuhnya sedikit terpental ke belakang, sedangkan orang yang menabrak berjongkok sembari membareskan kotak bekal yang isinya sudah berceceran. Entah harus makan apa dirinya nanti.

Oca ikut berjongkok menatap nanar murid didepannya yang ia rasa Adik kelasnya. "Jangan di ambil itu udah kotor," Ucapnya.

Murid itu menggeleng pelan.

"Belum sarapan ya?" Oca bertanya dengan perlahan.

Dia menggeleng kembali.

"Ayo sama gue, gue juga mau sarapan," Ajaknya. Murid itu mendongak dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Chika kemudian membantu murid itu untuk berdiri, "Lain kali bekalnya taroh di tas aja," Kata Chika setelah itu tersenyum. Murid itu kembali mengangguk.

"Ca, minta maaf ah," Rahil berucap dengan nada dingin yang kemudian dibalas Oca dengan cengiran kuda yang menampakan gigi bersihnya.

"Maafin ya." Lagi-lagi murid itu hanya menggangguk menanggapi.

"Ayo sarapan!" Oca berlari-lari kecil sambil menarik tangan murid itu. Namun, dia tidak bergerak masih berdiri mematung di tempatnya semula.

"Aku udah sarapan, Kak. Yang itu tadi bekal aku untuk istirahat nanti." Jelasnya. Oca mengangguk paham. Setelah itu, melanjutkan jalannya setelah pemuda kecil tadi pergi menuju kelas.

72 Days Cenayang. (completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang