Twenty tri I

134 24 11
                                    

⚠ ⚠ Bloods , suicide attempt ⚠⚠⚠
Jangan maksa buat lanjut baca ya kalau merasa kamu sudah ke-trigger, okey? Aku cinta kalian.

***

09.30 Waktu Indonesia Barat. Bibi Delima, selaku pembantu rumah tangga di rumah Oca. Pagi ini tengah sibuk membareskan beberapa ruangan di lantai dua, dengan baju dasternya dan kain lap yang tersampir di bahu, ia membersihkan kamar milik Oca.

Sesekali mulutnya bernyanyi lagu berbahasa Sunda. Suaranya juga tak kalah merdu kok dengan Iis Dahlia.

"Bubuy bulan bubuy bulan sangray bentang. Panon poe panon poe disasate."

Dirinya sedikit merasa lega. Karena sang pemilik rumah tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Naufal dan Oca sedang bersekolah. Terkecuali Calvin, pemuda itu tengah sibuk dengan tugas kuliahnya di kamar.

Bibi Delima kembali melantunkan lirik lagu favorit. "Saya si Putri si Putri sinden panggung bapaktimplang ey."

Bukan hanya bernyanyi, Bibi Delima juga sangat fokus dengan semua pekerjaannya. Itulah kenapa ia dipilih sebagai pembantu rumah tangga oleh bunda.

"Datang kemari menurut panggilan Anda," lanjutnya, "masyaallah, buku-buku neng Oca banyak bener apa ngga pusing kitu nya di kepala." pekik Bibi Delima saat melihat satu lemari besar dengan isi penuh dengan buku.

"Beda apa kumaha sih kepala anak ayeuna jeung anak baheula teh. Aih, aing ngadelok wae udah lier pisan." eluhnya sembari menggeleng-gelengkan kepala.

Beliau kembali melanjutkan kegiatan mengepelnya. Namun, tiba-tiba ia berteriak lari menuju kamar Calvin untuk melaporkan sesuatu.

Calvin membuka pintunya. "Kenapa, Bi?"

Bibi Delima menunjukkan isi dari tempat sampah Oca yang tak sengaja ia temukan di bawah ranjang gadis itu saat ia sedang membersihkan bagian bawah ranjang. Sontak membuat Calvin membelalakkan mata tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat. Tempat sampah yang dipenuhi dengan tisu berbercak merah.

Ia mengambil alih tempat sampah itu dari Bibi Delima. Mengambil salah satu tisu dan menelisiknya.

"Kumaha, Den?"

Calvin menaruh kembali tisu itu. "Darah, Bi."

Sahutan dari pemuda itu membuat Bibi Delima terkejut. "Hah? Aden teh yang beneran atuh jangan nakut-nakutin Bibi."

"Dari kamar siapa, Bi?"

"Oca, neng Oca, Den. Tadi teh Bibi lagi bersihin bawah kolong kasur si eneng kali kitu ada sampah apa kumaha. Eh Bibi nemu tempat sampah ini di jerona," kata beliau.

"Tapi tadi Oca udah berangkat sekolah, Bi?"

Bibi Delima mengangguk mantap. "Sudah, bibi yang siapin bekalnya."

Calvin hanya terdiam. Melihat tisu-tisu itu yang sudah tercampur dengan darah. Apa mungkin sang adik --Oca--  meng-cutting lengannya karena sudah lelah merasa sakit?

Jika benar begitu, ia akan sangat marah kepada sang adik karena telah melakukan hal yang sangat tidak masuk akal seperti ini.

72 Days Cenayang. (completed) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang