Prolog

98 7 1
                                    

"OK, aku tahu kalian mungkin gugup, tapi ini bukan pertama kalinya kita melakukan ini," aku berusaha menenangkan timku, Crytalos.

"Tapi baru kali ini kita benar-benar menghadapi orang yang berbahaya, Bambang," komentar Oniyuri.

"Intinya kita pasti bisa, hanya dialog dengan mereka lah yang harus kita khawatirkan," kataku.

"Dialog? Bagaimana dengan pengalaman? Yang aku tidak yakin bisa kita tandingi, aku takut," ucap Shea si Gadis Elang.

Kami sedang dalam perjalanan ke kantor Gubernur setelah mendapat pesan darurat dari Gubernur. Kami memutuskan untuk berangkat dengan terbang, jika kami berubah menjadi hewan darat, aku khawatir kita akan lebih mudah ditangkap pengendali hewan. Ditambah, lebih cepat kita terbang dari markas ke ibukota daripada berenang, lalu menjadi hewan darat.

"Girls, kita sudah berlatih dalam waktu yang lama. Percaya dirilah kita bisa!" aku masih setia menyemangati mereka.

"Daripada kalian ribut tentang itu, bisakah kita istirahat sebentar? Sayapku sedikit capek, burung seperti kita enggak seperti kamu yang bisa terbang jauh tanpa istirahat, Balaena." Perkataan Leona itu diangguki yang lain.

"OK, kita akan istirahat di pohon itu." Aku menujuk pohon mangga di sebuah tanah kosong di Jakarta.

"Akhirnya!" ucap Catherine lega.

"OK, aku akan menjelaskan rencana kita. Kantor Gubernur dijaga dengan ketat, jadi Beliau bisa diserang karena penyerangnya jelas nggak sedikit dan pastinya bersenjata. Jika kita nggak bisa mengepung mereka, berusahalah untuk bertahan dengan formasi melingkar. Shea, kau akan berada di dekatku dan Diana," aku menjelaskan stragiku.

Shea dan Diana mengangguk.

"Jika ada suatu keadaan yang mengharuskan kalian untuk keluar dari formasi, ingatlah untuk segera kembali ke formasi. Kita akan berusaha menyapu bersih mereka sesuai dengan latihan kita. Dan yang paling penting adalah..." Aku membiarkan mereka menyambung kalimatku.

"'Nggak menggunakan senjata utama kecuali dalam keadaan mendesak', kita semua sudah mengerti, Balaena," sampung Leona dengan malas.

"Apakah ada pertanyaan?" tanyaku.

Semuanya terdiam.

"Baik, mari kita berangkat!" Aku mengepakkan sayapku.

Leona, Shea, Catherine, Diana, dan Oniyuri mengikutiku.

Kali ini, kami terbang hingga sampai ke tempat tujuan, kantor Gubernur. Di depan kantornya, penjaga yang menjaga gerbang depan tampak tak sadarkan diri.

"Balaena, sepertinya kamu memang benar saat mengatakan penjaga yang menjaga tempat ini sudah diserang," kata Diana. Diana jarang sekali berbicara, sekali mulutnya tebuka, pasti omongannya penting, seperti saat ini.

Aku mendekati salah satu penjaga. "Mereka masih bernapas, tampaknya mereka nggak terluka," ucapku.

"Lalu apa yang terjadi dengan Gubernur?" tanya Shea dengan bergetar.

"Kemungkinan dia ditahan, ditangkap oleh siapapun yang menyerang kantornya," jawabku.

Aku mengambil pil normal dan pil panda merah lalu memakannya secara bergantian. Bulu-bulu burung di tubuhku mulai menghilang, berganti dengan bulu panda merah. Sayapku mulai berubah menjadi tangan dengan cakar panda merah. Ceker burungku mulai berbah menjadi kaki. Fisikku sekarang setengah panda merah, kecuali semua rambut atau buluku berwarna hitam dan sedikit merah muda. "Shea, aku sarankan kamu berubah menjadi setengah elang, itu akan mempermudah kamu dalam bergerak."

Shea mengambil pil normal dan memakannya. Wujudnya yang semua berbentuk burung elang, berubah menjadi lebih manusia, dengan tangan dan kaki berbentuk cakar, dan sayap yang lebih kecil di punggungnya.

ImPerfect Layla (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang