Aku membuka pintu UKS. Aku dan Felicie perlahan menaruh tubuh Roska di kasur yang tesedia. Bu Antar yang sedang duduk di kursi langsung bangkit untuk memeriksa tubuh Roska. Ia menaruh punggung tangannya di kening Roska.
"Lagi ya... tadi Roska ngapain aja?" tanya Bu Antar.
"Berbicara," jawabku lebih kepada diriku sendiri. Benar, apa yang Roska lakukan hingga pingsan?
"Ibu ingin jawaban yang benar!" kata Bu Antar frustasi. "Selama tujuh hari berturut-turut disini, tidak mungkin dia hanya berbicara lalu pingsan! Felicie, apa yang Roska lakukan tadi?"
"Eee... nggak tahu, bu," jawab Felicie tergagap, bingung harus menjawab apa.
"Pasti ada sesuatu!" Bu Antar mengambil sebuah ponsel hologram dari sakunya, memencet sesuatu, lalu menempelkan pada telinga. "Halo? Pak, bisa tolong disiapkan mobilnya. Roska akan saya periksakan ke dokter."
"..."
"Oh, kira-kira tiga puluh menit lagi, pak."
"..."
"Terserah bapak sih, tapi kalau bisa yang paling dekat dulu"
Tiba-tiba ide fantastis keluar dari kepalaku. Ideku tak akan mungkin tanpa bantuan Felicie.
"Kau ingin masuk kelas, tidak?" tanya pelan.
"Sebenarnya aku malas, tapi kita harus belajar, 'kan?" jawab Felicie setelah berpikir sejenak.
"Baiklah, ikuti saja perkataanku."
[][][]
Aku dan Felicie menaruh Roska pada kursi tengah.
Aku menyeka peluh. Tidak kusangka aku akan mengeluarkan keringat sebanyak ini.
Setelah selesai, aku duduk di dalam mobil. Bukan di kursi, melainkan di bagasi mobil.
"Layla, mengapa kamu bilang ingin cek darah padahal kamu nggak benar-benar diperiksa?" tanya Felicie.
"Yah, sejujurnya aku tidak tahu mengapa aku mengatakan begitu, itu secara otomatis keluar dari mulutku."
Felicie memandangku dengan muka yang seakan mengatakan, "Sungguh? Hanya itu?"
Aku meraba saku dengan tangan kiri, setelah memastikan isinya kosong, aku mencopot kacamata hitam dari salah satu sisi kepala Roska dan memakainya. Aku menyalakan hologramnya, kacamata hitam itu kini berlensa jernih. Aku membuka buku elektronikku yang berjudul 'Flora-Flora Unik yang Terlupakkan' dan membacanya.
Felicie memasang muka ada-apa-dengannya? saat melihatku memencet dan menggesek tempat duduk kosong yang berada di depanku. Aku tidak begitu mengidahkannya, beruntung sekali dia tidak bertanya.
"Layla, jam berapa sekarang?" tanya Felicie.
"Tujuh lebih empat puluh sembilan menit. Kira-kira Bu Antar akan datang pada jam delapan, masih sebelas menit lagi."
Sunyi.
Aku masih fokus membaca buku elektronikku.
"Maksud Bu Antar dengan tujuh hari ini, mungkin nggak maksudnya sudah seminggu Roska pingsan, atau apa?" tanya Felicie lagi.
"Bukan seminggu, tujuh hari–"
"Tapi bukannya satu minggu ada tujuh hari?" potong Felicie.
"Felicie, tolong, jangan, jangan, potong, omonganku," ucapku. Kali ini aku mematikan hologramku dan mecopot kacamata yang bertengger di hidungku.
Felicie terdiam.
"Jadi, dalam tiga minggu ini, Roska pingsan sebanyak tujuh kali. Dan itu bukan dalam seminggu, tapi tiga minggu. Otomatis, dalam tujuh hari itu aku juga sering berkunjung ke UKS membawa Roska. Hanya aku, Bu Antar, Pak Anto, dan Miss Sia yang tahu tentang hal ini. Setiap kali aku membawa Roska, aku dibantu Pak Anto," jelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ImPerfect Layla (DISCONTINUED)
Adventure[DALAM PROSES PENULISAN ULANG] ⚠️W͟a͟r͟n͟i͟n͟g͟: Cᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ sᴀʏᴀ ᴛᴜʟɪs sᴀᴀᴛ sᴀʏᴀ ᴍᴀsɪʜ ʙᴏᴄɪʟ. Kᴇᴄᴜᴀʟɪ ᴋᴀᴍᴜ ɢᴀᴋ ᴋᴇʙᴇʀᴀᴛᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴋᴇsᴀʟᴀʜᴀɴ-ᴋᴇsᴀʟᴀʜᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴅɪʙᴜᴀᴛ ᴏʟᴇʜ Fʀᴇʏᴀ Gᴀʏᴀᴛʀɪ Kᴇᴄɪʟ, sɪʟᴀʜᴋᴀɴ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ.⚠️ Bagaimana rasanya untuk mengenda...