Malam yang dipenuhi laron eh, dipenuhi bintang maksudnya. Izzy pergi main ice skating dengan gebetan sekelas Zery. Tidak disangka Zery menunggu di parkiran setelah pulang kerja. Kunci rumah yang suka minggat dari tas, kini aman bersamanya.
Dipandangnya wajah ganteng dengan berbagai kesempurnaan seperti hidung mancung, dagu terbelah, dan senyum indah bagai laksana matahari terbit yang menyinari dunia. Izzy tidak berkedip memandangi Zery yang sibuk memakaikan sepatu luncurnya. Selain wajah, perhatian lelaki itu meruntuhkan sikap malu-malu kucingnya. Zery membantunya memakai jaket super tebal agar dirinya tidak kedinginan. Urusan sarung tangan, Izzy memilih pakai sendiri sebelum dibilang anak manja oleh segerombolan perempuan di belakangnya yang bergosip ria mengagung-agungkan sosok Zery.
"Pak, saya nggak pernah main ice skating. Kalo ke mall ini cuma ngelihatin orang main tapi nggak berani nyoba." Izzy sudah bangun dari tempatnya, tapi masih tak berani turun merasakan dinginnya lantai es. "Bapak main sendiri aja deh, kalo di kamar baru saya temenin. Eh, maksudnya kalo main congklak gitu saya temenin."
Zery mengamit tangan Izzy, menariknya pelan sampai perempuan itu turun ke lantai es. Izzy mencengkram tangannya sekeras memegang pegangan wahana roller coaster.
"Ada saya, nggak perlu takut. Kalo kamu jatuh ya bangun sendiri."
"Ya kalo saya jatuh, saya guling-guling sekalian biar digendong Bapak," sahut Izzy, masih memegang lengan Zery. Sedetik kemudian, Izzy memekik kaget. "Pak, eh, Pak! Kok ditinggal sih?? Eh, saya nggak bisa. Saya nangis nih!"
Zery melepas tangan Izzy, menjauh sedikit dan meninggalkan Izzy mematung dengan wajah panik. Izzy sigap berpegangan pada pegangan yang ada di pinggir rink skating.
"Aduh, Pak. Ini nggak lucu. Saya nangis beneran nih! Kakinya nggak bisa gerak. Saya takut jatuh." Izzy merengek dengan wajah memohon. Izzy menggigit bibir bawahnya karena sebal.
Merasa tidak tega, Zery kembali mendekati Izzy--menggenggam tangannya perlahan dan membiarkan perempuan itu meremas tangannya. Sambil Izzy berpegangan padanya, dia menarik dan mengajari Izzy cara bermain ice skating. Izzy memang tidak sepintar pengunjung lain, karena berulang kali diajarkan tetap tidak bisa, namun Zery menikmati hal-hal seperti ini.
"Pak, ini sengaja ya ngajak ke sini biar kita banyak skinship?"
Zery tertawa kecil. "Kalo mau banyak skinship, saya ajak kamu ke kamar aja. Lebih banyak, dan lebih enak."
Izzy menggeleng. "Hadeh... Bapak mesum banget. Kalah itu bintang porno. Dengernya kan geli-geli gimanaaaaa gitu," ucap Izzy.
"Geli-geli sayang kan?"
"Astatang... pede banget sih, Pak. Malah yang ada jangan-jangan Bapak udah sayang sama saya? Ngaku deh, ayo ngaku, iya kan?" Izzy melempar kedip-kedip menggoda pada Zery.
"Kalo saya jawab, dapat hadiah apa dari kamu?"
"Dapat susu saya. Eh, susu sapi maksudnya."
Zery pusing setiap kali Izzy mengatakan kalimat-kalimat ambigu dan sahutan asal-asalan, membuat pikirannya langsung melebar ke mana-mana. Sejak kejadian semalam pikirannya tidak pernah sejernih mata air. Satu kata yang mewakili dia sekarang; gila. Dia sudah gila karena Izzy. Satu-satunya perempuan yang berhasil meruntuhkan pertahanannya.
"Oke, saya tunggu susu pertama yang kamu bilang. Jawabannya saya kasih tau setelah kamu kasih saya."
"Eh?? Saya bercanda, Pak. Jangan dianggap serius terus dong, Pak. Nanti kalo diseriusin beneran gimana?"
"Ini kamu ngode minta diseriusin?"
Izzy menggeleng. "Nggak, Pak. Cuma minta dinikahin aja," jawab Izzy pelan. Dan sialnya jawaban sangat pelan itu dapat terdengar di telinga Zery.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss's Secret (SUDAH TERBIT)
عاطفية(ROMANTIC COMEDY) #1 My Boss Series Setelah penantian panjang mencari pekerjaan, akhirnya Izzy Pucella mendapat kesempatan bekerja di salah satu perusahaan ternama. Sialnya baru hari pertama, Izzy harus dihadapkan banyak kesialan yang menimpa diriny...