Chapter 13

53.2K 4.2K 623
                                    

-- BATAS PUSING --
👔Selamat Membaca👔

Izzy diam memandangi Zery. Ada rasa penasaran yang ingin dia tanyakan lebih lanjut. Bukan hanya soal keluarganya, tapi ke mana mereka pergi sekarang.

"Ngapain kamu lihatin saya terus? Emangnya saya pisang."

"Nggak, Pak. Cuma mau bilang kalo marah mulu muka Bapak bisa banyak kerutan."

"Kamu yang bikin saya marah."

Izzy mencibir, "Emang dasar hobi Bapak marah mulu. Saya kan nggak tau bakal ketiduran cantik kayak kemarin. Kalo tau juga udah ancang-ancang nggak mau dianter pulang."

Memang dasar Zery. Dia tidak bisa marah lama-lama sama Izzy, dan hasilnya dia menarik pinggang Izzy agar merapat dengan posisi duduknya. Tak cukup menarik pinggang, dia memeluk dari samping Izzy yang tampak terkejut akan tindakannya.

"Saya minta maaf soal kemarin. Saya cemburu. Saya nggak mau kamu sampai naksir Gio," bisik Zery lirih.

Izzy mendaratkan tangannya di atas punggung tangan Zery, lalu mengusap lembut dengan ibu jarinya. Sementara satu tangan lainnya mengusap kepala Zery. Dia tahu Zery cemburu, dan bekas memar di wajah Belagio menjelaskan kenapa Zery sangat marah kemarin.

"Ya elah, Pak. Biarpun Belagio kadar gantengnya lebih tinggi dari Bapak, tapi saya tetep pilih Bapak," ucap Izzy. "Lain cerita kalo disuruh pilih Bapak atau Adit, ya saya pilih Adit dong!" tambahnya dengan nada bercanda.

"Siapa tuh Adit? Saya baru denger namanya." Zery menarik diri. Baru juga mesam-mesem, eh tiba-tiba dihempas jauh-jauh sampai dasar laut. "Anak mana tuh? Biar saya teror."

Izzy tertawa terbahak-bahak. Ya, Tuhan... bisa nggak sih dia minta dikasih pacar dua seperti Zery? Supaya kalau satunya selingkuh, dia masih punya cadangan. Biar kayak nasi goreng karet dua.

"Adit itu personel boyband Five Prince. Dia famous banget, loh! Bapak nggak tau?"

Zery menggeleng.

"Hadeh... selain cemburunya kelewatan, ternyata kudet juga." Izzy mencubit gemas pipi Zery, lalu memeluk Zery seperti yang lelaki itu lakukan sebelumnya. "Tapi saya suka kalo Pak Zery cemburu. Tandanya Bapak cinta banget sama saya."

"Apa kamu cinta sama saya? Saya belum pernah denger kamu bilang kalimat itu," tanya Zery seraya melonggarkan sedikit pelukannya agar dapat menatap wajah Izzy.

"Itu rahasia saya, Tuhan, Bumi, Bulan, dan Ilahi. Bapak nggak boleh tau," jawab Izzy sembari menjulurkan lidahnya. Lalu dia kembali mempererat pelukannya pada Zery. "Omong-omong kita mau ke mana, Pak? Kayaknya jauh dari kantor."

"Mau ke rumah ibu kandung saya."

"Mau ngapain, Pak?"

"Seperti yang kamu bilang sebelumnya. Bobo siang."

"Boci di rumah mama mertua? Aduh... enak dong, Pak. Nyaman deh pasti bobo bareng di sana." Izzy melempar tatap genit seraya menyentuh dada Zery dengan gerakan nakal.

"Izzy..." Zery memelototi Izzy yang semakin gencar meraba dadanya. "Ada Pak Maman di depan. Jangan macem-macem."

Izzy semakin bersemangat ingin menggoda Zery. Anggap saja ini balasan karena kemarin cuekin dirinya. Menjadi penggoda tentu menyenangkan.

"Emangnya kenapa sih, Pak? Boci juga sebenernya bisa di sini." Izzy menurunkan tangannya sampai berada di atas paha Zery. "Pak Maman pasti ngerti. Namanya anak muda. Iya nggak, Pak Maman?" ucap Izzy sambil melihat ke depan.

Pak Maman cuma mengangguk dan cengar-cengir. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain nyetir dan jadi saksi bisu keduanya kalau berbuat yang iya-iya.

"Saya kan kangen dipeluk Pak Zery. Rasanya ranjang tanpa Pak Zery itu..." Kalimat itu tertahan karena Zery membekap mulutnya.

My Boss's Secret (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang