X➖xx ⚠

5.2K 411 37
                                    

[!] implisit karena ini adalah erotisme ;)

"Hai pengantin baru."

Pelukan hangat menimpa punggung Hansel yang baru saja dibalut oleh piyama, bahkan bagian depannya saja belum selesai dikancing.

"Hai juga suami baru."

Asik, suami katanya.

Lian terkekeh geli, deru nafas hangatnya menyapa pundak Hansel. Tangannya merambat dengan iseng dipermukaan perut rata suami barunya itu.

Terus naik dan semakin naik hingga sampai pada dua titik sensitif Hansel, membuat pemuda dengan surai jati itu harus menahan desahannya.

"Mochi... pengen cium."

Semu merah langsung menjalar dipermukaan pipi Hansel.

Cium ya cium bangsat. Biasa juga ngga pernah minta, langsung nyosor ae.

"Mochi..."

Sebelah tangan Lian menarik ujung dagu Hansel, membuat wajah pemuda itu berpaling ke arahnya, lumatan hangat dua benda kenyal kemerahan itu menimbulkan suara erotis di dalam kamar pengantin yang sepi.

Dengan terampil Hansel menarik tangan Lian ke arah selatannya yang mulai ereksi. Dibiarkan mengambil alih kuasa seenak hati ke dalam celananya. Dan Hansel dengan suka cita melepaskan desahan merdu untuk sang suami.

"Anh"

Tubuh Hansel dilempar ke atas kasur empuk. Baju dan celana sudah terlepas entah sejak kapan. Bugil. Telanjang. Tanpa satupun benang menjadi cadar manik yang saling mendamba itu.

Hanselnya indah. Lian suka.

Dan Liannya menawan. Hansel suka.

"Ansel..."

"Ian—ahh."

Tubuh Hansel meremang, sedikit gemetar karena rangsangan yang berlebihan. Ujung Lian menggoda pintu masuknya.

Basah dan besar.

"Ansel kamu cantik."

Manik kelam Lian memandang suaminya tanpa ampun, begitu lembut dan penuh afeksi. Sebelah tangan menumpu disamping si mochi sementara yang satunya meremas leluasa ereksi Hansel yang sudah menegang sempurna.

"Eungh.. berisik, Yan."

Keduanya terkekeh. Ujung telinga Hansel diusap oleh lidah yang hangat. Indera perasa Hansel terasa kelu. Terlalu banyak rangsangan hingga ia hanya bisa pasrah di dalam kungkungan suaminya itu.

"Udah cantik, jadi pengantin baru tambah cantik."

"Anjir Ian, buruan masuk—akhh."

Hentakan sekali cuma setengah masuk. Hansel meringis sedikit, mengeluh sakit sambil cemberut.

Ampun, lucunya si mochi.

"Katanya buruan masuk." Lian tertawa geli. Tahu kalau Hansel sebenarnya udah terbiasa.

"Ya gak gitu juga, bangsat. Pelan-pelan—ishh."

Hentakan kedua rasanya Hansel langsung penuh. Sesak tapi hangat. Keduanya mendesah bersamaan.

Suka.

"Istri cantik gak boleh ngomong kasar."

"Ungh.."

Satu demi satu hentakan Lian mulai menghujam tubuh Hansel. Remasan kuat dibahu Lian menjadi pelampiasan rasa nikmat.

"Gitu dong. Desahan lebih kane didenger daripada bangsat."

Lian tersenyun tipis. Menghadiahkan kecupan-kecupan lembut diatas permukaan pelupuk mata Hanselnya yang tertutup.

"Lihat suaminya, sayang."

"Ian gila—"

"Hush, mulutnya minta dilumat ya?"

"AnghIanh."

Air disudut mata Hansel terlihat. Bukti nyata akibat rangsangan berlebih pada titik terdalamnya. Bibir merah yang membengkak. Peluh yang membasahi tubuh mulusnya.

Sialan. Hanselnya cantik banget.

Gerakan pinggul Lian berubah cepat. Tubuh saling bergesekan. Basah. Licin sekali.

Hujaman Lian begitu dalam. Berkedut dan hangat. Hansel hampir gila rasanya.

Jepitan Hansel juga kuat sekali. Nikmat, ngga bohong. Lian hampir kelepasan, untung ditahan. Lian pengennya lama, biar bisa beberapa ronde bisa sampai subuh.

"Ian—astaga, jangan keras—ahh."

Hansel melepas desahan frustasi. Beneran gila ini namanya. Hentakan Lian makin kuat dan dalam. Mencapai ke titik paling sensitifnya.

"Mine, Ansel, mine. I love you."

"Yours—ahh shit, love you too, Ian."

●●●

ᴀ ᴛᴏ ᴢ ▪ ᴍɪɴꜱᴜɴɢ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang