13

27 1 0
                                    

"Memendam mungkin lebih baik,dibanding semuanya akan berubah"



Adzan dzuhur sudah berkumandang.
Sudah waktunya bagi para umat islam untuk menunaikkannya.

Annisa berhenti di sebuah mesjid dipinggir jalan.
Ia memarkirkan motornya dan segera mengambil wudhu.
Air wudhunya menghilangkan jejak air mata nya itu,Allah selalu saja memberikan hal baik sesudah masalahku pikirnya.

Selesai shalat ia duduk dibawah sebuah pohon rindang dikawasan masjid,memandangi lalu lintas jalan dan tanpa sadar,air dipelupuk matanya  mengalir.
Air mata nya jatuh ketika mengingat kejadian tadi.

Seseorang menyondorkan tisu pada annisa.ia mengambilnya tanpa melihat siapa yang memberi tisu itu.
"Makasih "ucapnya.
"Sama-sama".balas wildan ia duduk dikursi itu namun berjarak jauh dengan annisa ia takut menganggunya.

Annisa masih saja melanjutkan lamunannnya,wildan memperhatikannya dari jauh sebenarnya wildan ingin sekali bertanya dan menghibur gadis itu namun ia takut menggangunya.ia duduk menemani gadis itu walau berjarak jauh dengan annisa.

Annisa beranjak dari tempat duduknya.
"Saya antar"ucap wildan.
Annisa baru tersadar ternyata sipemberi tisu adalah wildan,dan wildan melihatnya menanggis.
Ahh memalukan sekali pikirnya,
Ia lansung menghapus air mata mencoba menunjukkan wajahnya bahwa dia baik-baik saja.

"Gak usah wil,saya bisa sendiri kok makasih banyak"ucap annisa meninggalkan wildan tak lupa ia mengucap salam pada pria itu.

"Lah tahzan annisa"ucap wildan pelan.




Annisa merebahkan tubuhnya dikasur,ia menghibur dirinya dengan lantunan murotal al-quran dari ponselnya.al-quran adalah obat baginya,hatinya sangat tenang ketika mendengar lantunan surah Allah itu.
Sudah tiga  hari sejak kejadian itu,annisa masih saja merahasiakan masalahnya pada kedua sahabatnya menurutnya biarlah masalah itu berlalu,tanpa ditambah masalah lagi.
Ia sudah ikhlas ketika para siswi    disekolahnya sibuk membicarakannya.ia punya Allah yang selalu menjaganya.

Lantunan murotal itu terhenti,tergantikan oleh nada ponsel khas miliknya.
Ketika ia ingin menjawab,telphonenya sudah tetputus namun pesan masuk dari sandra.

Sandra bucin,
Nis,gak liat satria futsal.

Malas sekali annisa menemui pria itu,bukan ia membencinya namun ia takut menibulkan masalah lagi.

Disekolah,para siswa sibuk membicarakan pertandingan final futsal yang diundur menjadi besok hari.

"Nis,kemaren lu kenapa gak datang sih"ucap jessica duduk dikursi sebelah annisa.

"Iya nis,padahal seru tau"sambung sandra.ia menunjukkan ponselnya menunjukkan gambar sekerumunan orang menggunakan seragam futsal.

"Emang kenapa"tanya annisa,ia menghentikan bacaan novelnya.

"Kemarin,acara batal karena ada baku hatam,pihak lawan sama pihak kita fight "ucap sandra sok keinggrisan.

"Dan lu tau,satria juga ikut,wajah dia memar.mangkanya acaranya diundur,tunggu kedua pihak tenang dulu" sambung jessica.

Pantas dia tak tahu,ia sudah tak pernah berbicara lagi pada satria beberapa hari ini,ia yang menghindar lebih tepatnya.

Satria memasuki kelas dengan wajah memarnya.
"Ini tuh dia"ucap jessica.
Annisa melihat kearah satria,mata mereka bertemu namun hanya sebentar,satria melanjutkan langkah menuju tempat duduknya.

"Pokonya dibabak final lu harus datang nis,entar si satria ribut lagi ama tim lawan,kalau ada lu dia bakal bisa ngontrol emosinya"ucap sandra serius.

Jam istirahat tiba,biasanya annisa gunakan waktunya untuk menunaikan shalat sunah dhuha.

"Itukan,cewek yang ngambil satria dari lisa"
"Ia sok alim banget ya,padahal kelakuan ihh"
"pengen punya pacar ganteng seperti satria dianya"mereka tertawa.

Annisa mendengar pembicaraan para siswi,bukan hanya sekali sudah beberapa kali sejak kejadian itu.annisa selalu saja mendengar orang lain membicarakannya.andai mereka tahu faktanya,namun annisa tak ingin memikirkannya.Allah bersamanya ia percaya itu.

"Nis,gue minta maaf"ucap satria.ternyata sedari tadi dia menunggu annisa selesai shalat.

"Gue gak marah sama siapapun sat" jawab annisa sambil mengikat tali sepatunya

"Kalau emang gitu,truss kenapa loe jauhin gue"ucap satria kini raut wajahnya sayup.

"siapa yang nganguin loe nis"tanya satria lagi.

"Gak ada yang ngangguin gue"bohong annisa ia tak ingin satria tahu dan membuat keributan lagi.

"Gue gak mau jauh-jauh dari loe nis,pliss jangan jauhi gue"ucap satria.

"gue gak jauhi atau marah sama loe sat,gue cuman gak suka aja loe berantem lagi"alih annisa.

"Oh..itu,iya gue minta maaf"

"Loe dah janji gak bakalan kepancing emosi lagi,dan ini peringatan terakhir"

"Iya...iya.. Oma cerewet"

"Ehh kok manggil oma,emang gue dah tua apa?"marah annisa.

"Iya sama kayak oma suka bawel,"
"Yaudah deh oma bawel,jan marah lagi dong ntar mukanya makin kaya oma beneran".

"gak lucu tau"ucap annisa singkat.
Satria hanya tertawa,setelah mengejek annisa.ia sangat senang akhirnya gadis ini bisa tersenyum kembali.








Jadwal ujian nasional kian dekat,segala hal sudah dipersiapkan annisa.persiapan fisik maupun persiapan belajar.
ia tak perlu lagi belajar kejar waktu,karena ia sudah mempersiapkan diri dan pengetahuan jauh sebelum ujian datang.

Semua siswa kelas dua belas berbaris dihalaman sekolah.cuaca yang sangat panas ditambah dengan cahaya matahari yang menusuk kulit membuat para siswa tak betah berdiam dibarisan,ditambah lagi pidato dari kepala sekolah yang panjang dan lebarnya melebihi gelora bung karno.

"Bu,percuma bicara gak bakalan masuk ke otak kita ni,mana otak udah gosong semua"ucap sandra.

Cahaya matahari masih saja menembus kulit,namun kepala sekolah masih larut dalam pidatonya itu.

"Biarin aja,gak usah pindah tetap dibelakang gue"ucap satria.
Ia berbaris didepan annisa.agar matahari tak mengenai kulit wanita itu

Makasih"ucap annisa.
Walau tak begitu dingin,namun panas nya tak seperti tadi pikir annisa.

Akhirnya pidato kepala sekolah berakhir,dikarenakan banyaknya siswa yang pingsan.barisan pun dibubarkan. seluruh siwa kembali ke kelasnya masing-masing.




PILIHAN ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang