18

15 1 2
                                    

"Kekhawatiran ku padamu melebihi kekhawatiranku pada diriku sendiri"

Dibelakang kampus Annisa terdapat sebuah kolam kecil dengan beberapa kursi dibelakangnya disana juga ada beberapa mahasiswa yang asyik berkutat dengan laptop untuk mengerjakan tugasnya.

Berbeda dengan Annisa,mahasiswa baru tidak terlalu banyak tugas lagian ia sudah mengerjakan tugasnya kemarin,ia sangt tak suka menumpuk pekerjaan.

Kelas Annisa belum dimulai.
Annisa mendudukkan badannya dikursi menghadap kolam.Meneliti pemandangan kolam sambil memikirkan ide untuk buku puisinya yang sudah lama tidak ia isi.
Ia menggoreskan kata per kata yang ia pikirkan.Rentetan kata yang biasanya mewakili perasaannya tentang kisah cintanya yang tak kunjung bahagia seperti orang lain.

"Assalamu alaikum boleh duduk Annisa"ucap wildan.

Ketepatan sekali pria yang juga menjadi topik puisi tiba-tiba duduk disampingnya.

Wildan berdiri sedari tadi,Annisa tak kunjung memperbolehkannnya ia masih berkutat pada lamunannya.

"Annisa" ucap wildan lagi.

"Eh,waalaikumussalam silahkan wil"

"Katanya gak boleh ngelamun di danau ini loh"

"Emangnya kenapa wil?ada penunggunya ya?"tanya Annisa ketakutan.

Wildan tersenyum,
"Engak ada apa-apa kok"

Annisa memutar matanya."ih kirain"

"Oh ya wil aku kok baru tahu kamu kuliah disini ya padahal uadah seminggu masuk"

"Kelas nya kemaren masuknya sore,sekarang masuknya pagi"

"Oohh"Annisa mengangguk.
Sejak kapan?
Sejak kapan wildan jadi banyak bicara seperti ini?padahal ia adalah orang yang sangat sedikit bicara.

Aduh annisa kenapa pikir kek gitu kan jadi diam wildannya.gumamnya.

Beberapa menit menjadi dua orang patung yang saling asyik dengan kegiatan nya masing-masing.Akhirnya ponsel wildan berbunyi.

"Waalaikumussalam iya,makasih banyak ya" ucap wildan menjawab telpon.

"Annisa saya masuk dulu ya,Asaalamu alaikum"

"Oh iya,katanya gak boleh ngelamun disini"sambungnya lagi.lalu pergi.



Mahasiswa pagi biasanya jarang menghuni mesjid didepan kampus,karena jam selesai bertepatan dengan adzan dzuhur.Namun ada juga beberapa siswa yang melakukan shalat dahulu lalu bergegas pulang.Begitu pula dengan Annisa.

Ia berjalan melewati zebra crossnmenuju masjid didepan kampus.Disekitaran masjid banyak penjual asongan berjualan disana apalagi bertepatan dengan adanya taman bermain yang cukup luas dan selalu dipenuhi anak-anak.

Annisa membuka sepatunya,lalu bergegas kekamar mandi untuk mengambil wudhu.

Setelah selesai shalat Annisa membuka Al-Quran miliknya,lalu membaca dan menghafalnya.

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang,tak terasa dan tak cukup rasanya ia membaca firman Allah yang sangat indah itu,Namun ia sudah mulai lapar dan tak boleh melamakan waktu makannya, mengingat penyakit maagnya semakin parah akhir-akhir ini.

Ia mencari-cari sepatu miliknya,seingatnya ia meletakkannya didepan teras tadi,tapi sudah tiga kali ia menhelilingi masjid dan ia tak menemukan sepatunya sama sekali.
Perutnya sudah mulai sakit,tak mungkin rasanya ia berjalan tanpa alas kaki.
Tanpa pikir panjang ia berlari menujung warung makan dekat masjid,kakinya terasa ingin terbakar menyentuh tanah yang juga terbakar oleh cahaya matahari.

"Mas,pesen nasi lele"ucapnya yang dibalas anggukan penjaga warung.

Ia menepuk kakinya yang mulai memerah.

"Ini mbak"suguh pemilik warung.

"Makasih pak"balas Annisa.

Selama makan ia masih memikirkan dengan apa ia akan berjalan nanti,kakinya akan makin memerah memijak tanah tanpa alas kaki.

Disekitaran masjid sangat ramai sekali banyak anak-anak berlari-lari mengitari taman.

Selesai makan Annisa mengeluarkan uangnya dari tas berniat membayar.

"Gak usah mbak"
"Kenapa mas?"tanya Annisa.
"Udah dibayar tadi"
"Tapi saya belum bayar pak sama sekali"
"Ada yang udah bayarin mbak"jawab penjaga warung sambil memberikan kotak sepatu.

"Oh iya ini mbak dipakai katanya"

"Kata siapa pak?"tanya Annisa kebingungan.

"Dipakai aja mbak"balas pemilik warung sambil tertawa.

Aneh siapa sih orang yang ngasih sepatu ini,pikir Annisa.
Daripada ia berjalan tanpa alas kaki lagi lebih baik ia pakai saja sepatu ini,ia mencoba sepatunya dan ketepatan sekali ukurannya pas.

"Mas,bilangin ke dia ya maksih banyak"ucap Annisa.
Dibalas anggukan penjaga warung.


Sebelum tidur ia masih memikirkan siapa 'dia' yang dimaksud penjaga warung itu.

Panggilan masuk menggagalkan hayalan Annisa yang ia buat agar matanya terlelap.Jam sudah menunjukkan angka 12 malam.

'Satria baja hitam'makhluk aneh yang sudah beberapa minggu ini tak mengusik Annisa.

Satria:assalamualaikum nis,
Annisa:waalaikumussalam.
Satria:ciee... Rindu
Annisa:Sama siapa?
Satria:Gak perlu dijawab,kamu tau kok jawabannya.
Annisa:ihh aneh,jangan kege-eran.
Satria:emangnya siapa? Akukan yang kamu rinduin.
Annisa,satria: Pede!! Jawab mereka berbarengan.
Annisa:apa sih,satria plagiat ihh
Satria tertawa.
Satria:Nis gimana kampus lo? Ngak ada yang gangguin lo kan? Kalau lo kenapa-napa bilang gue,ntar gue hajar tuh orang yang ngangguin lo.
Annisa:jauh..
Satria:keujung duniapun bakal gue kejar,
Annisa:Lebay..

Obrolan mereka berlanjut hingga tak terasa satu jam sudah berlalu,mata Annisa mulai mengantuk dan satria pun memutuskan panggilan miliknya.

Satria:Jangan lupa jam makan,ntar maag lo kambuh,jangan makan yang terlalu pedas,jangan diet satu lagi.jangan pake alasan,assalamu alaikum.tutupnya,padahal Annisa ingin membalas ucapannya tadi.







PILIHAN ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang