Hari ini kelas XII IPA 4 sedang melangsungkan pelajaran olahraga, yaitu basket. Dua jam pelajaran diisi dengan penilaian, kemudian satu jam pelajaran berikutnya untuk bermain maupun istirahat. Hal itu digunakan oleh Radit, Juna, Fero dan Nata untuk bermain basket di lapangan basket. Hanya sekadar bermain saja, tidak ada pertandingan.
Dalam sesi bermain ini Natalah yang paling banyak memasukkan bola ke dalam ring. Tidak bisa dipungkiri bahwa keahliannya dalam bermain basket sudah sangat handal. Bahkan sekolahnya sering mendapat kejuaraan basket berkat tim yang dipimpin oleh Nata. Maka jangan heran kalau saat ini beberapa siswa dari adik kelas sampai satu angkatan sedang memperhatikannya bermain basket.
"Anjir si Nata kagak pernah absen dari penonton bening," celetuk Fero ketika para siswa mulai berdatangan untuk menonton Nata.
"Grecep amat kalo ada yang bening," timpal Juna.
"Rejeki, Bro!" sahut Fero yang kemudian men-drible bola basket.
"Dasar playboy." Radit dengan gesit merebut bola dari tangan Fero yang dibalas decakan.
Setelah berhasil memasukkan bola ke dalam ring, Radit lantas duduk selonjor di lapangan basket. Tidak peduli lapangan tersebut panas sampai menembus trainingnya. Tak lama kemudian ketiga temannya ikut bergabung duduk melingkar di tengah lapangan.
"Males gue kalo banyak yang nonton, padahal lagi main doang," keluh Radit setelah mengetahui bahwa beberapa siswa mulai meninggalkan area lapangan basket.
Juna meninju pelan lengan Radit. "Mereka nonton si Nata. Pede amat lo," katanya.
"Padahal gue masih pengen liat cewek-cewek bening," sahut Fero yang langsung mendapat toyoran dari Nata.
"Si anjir pikirannya cewek mulu," ucap Nata setelah menoyor kepala Fero.
Fero hanya terkekeh mendapat perlakuan seperti itu dari Nata. Sejujurnya Fero sedang bercanda agar terik matahari tidak terlalu terasa. Tapi, yang namanya Fero memang kalau bercanda bawa-bawa cewek.
"Ngomongin soal cewek, minggu kemaren lo abis jalan sama Jeni, ya?" Juna bertanya kepada Radit.
Nata dan Fero hanya menatap Juna dan Radit bergantian. Pasalnya mereka terkejut dengan pertanyaan Juna. Siapa sangka Radit bisa pergi bersama Jeni, yang notabene-nya adalah orang yang disukai Radit. Ya, masing-masing dari mereka tahu bahwa Radit menyukai youtuber cantik itu sejak kelas sebelas. Bahkan mereka tak segan mengatakan Radit pengecut karena tidak berani mendekati Jeni.
"Wah, sekarang udah berani PDKT, ya!" Nata meleparkan bola basket kepada Radit yang langsung ditanggkap dengan sigap.
Radit yang mendengar itu hanya memainkan bola basket. Cowok itu tidak lupa kalau tiga temannya mengatakannya pengecut. Radit punya alasan, ia tidak mau Jelitanya diganggu oleh orang-orang yang tidak suka. Apalagi Radit tahu banyak fans yang menjodoh-jodohkan youtuber terkenal. Hal itu terjadi juga pada youtuber cantik yang disuakinya. Radit pernah mengetahui banyak yang menyukai Jeni dengan salah satu youtuber terkenal setelah mereka berdua kolaborasi. Persis seperti kehidupan artis.
Ucapan Nata tidak benar, bukan Radit yang mendekatinya. Tetapi, akhir-akhir ini Jeni sering mendekatinya. Semua terjadi setelah cowok itu mengantar Jeni membeli map. Radit tentunya berpikir bahwa Jeni punya perasaan padanya. Namun, ia tidak boleh gede rasa terlebih dahulu.
"Waktu itu gue nganter Jelita beli map," jawab Radit setelah terbebas dari pikiran-pikiran mengebai Jelitanya.
"Lah, tumben gak sama gengnya?" tanya Juna heran.
"Gak tau gue." Radit mengedikkan bahunya.
Bukan hanya Radit yang merasa Jeni mulai mendekati cowok itu, melainkan ketiga temannya juga sudah mengetahuinya. Alangkah beruntungnya Radit, karena cewek yang disukai mulai mendekatinya tanpa harus didekati terlebih dahulu. Begitu pikiran teman-temannya Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Only Challenge
Teen FictionBerawal dari challenge konyol yang membuat Jelita mengerti bahwa tidak selamanya menjadi youtuber itu selalu enak. 2019