4. Rusuh (lagi)

27 5 0
                                    


Sepulang sekolah Jeni, Oci, Jihan dan Safira berencana untuk berkumpul di kost-an Jihan. Tapi tidak langsung, mereka harus pulang terlebih dahulu untuk mengganti seragamnya lantaran takut kotor karena besok harus mereka kenakan kembali.

Sebenarnya mereka bisa saja meminjam baju Jihan sementara. Namun ketiganya merasa tidak enak karena harus merepotkan cewek itu yang notabenenya tinggal sendiri, jauh dari orangtua.

Bukan berarti Jihan tidak punya orangtua sampai harus tinggal sendiri. Orang tuanya selalu sibuk bekerja dan sudah dari kelas sebelas kedua orangtuanya sering menyuruh Jihan untuk pindah dan ikut mereka. Jihan yang tidak bisa jauh dari teman-temannya memilih hidup mandiri dan tetap di sini.

Jeni pisah arah dengan mereka. Gadis itu melajukan motor bebeknya ke arah Perum Delta Indah. Setiap melewati jalan ini Jeni selalu disuguhkan pemandangan yang memanjakan mata. Entah siang, sore maupun malam. Selalu saja ada yang membuatnya merasa nyaman melewatinya. Sesekali Jeni juga bersenandung ria sembari tertawa kecil menertawai suaranya yang super merdu--dalam tanda kutip--itu

Tapi sesaat ia merasa ada yang aneh dengan motornya. "Eh, eh—kok egek-egek gini?"

Sontak Jeni kebingungan dengan motornya yang mendadak berhenti. Jeni baru ingat bahwa berangkat tadi ia lupa untuk mengisi bensin karena saking buru-buru.

Duh, cobaan! Dasar Jeni pikun!

Mau tidak mau Jeni harus mendorong mencari pom terdekat dan menanggung segala konsekuensinya.

"Mana jauh lagi ya Tuhan, tolong Jeni...."

Benar, setaunya di sini tidak ada pom terdekat. Ada juga diujung sana kisaran 1 km dari tempatnya berada sekarang. Tentu, untuk ukuran perempuan itu jarak yang sangat jauh.

Semangat Jen, semangat!

📷📷📷

Jeni berhenti sejenak di pinggir jalan. Capek, haus, pengen pulang, itulah yang sekarang Jeni rasakan. Ia juga berniat memberitahu Jihan kalau dirinya mungkin datang terlambat.

"Ji, gue kayaknya bakal telat ke rumah lo," beritahu Jeni ketika Jihan sudah menyahut di telepon.

"Lah, emang kenapa?" tanya Jihan di seberang sana.

"Motor gue mogok, Ji," jawab Jeni pasrah mengingat ia harus kembali mendorong motornya.

"Hah? Serius? Di mana?" Suara Jihan terdengar khawatir.

"Di jalan—"

Belum selesai Jeni menjawab, tiba-tiba sambungannya terputus.

Sialan! Baterainya low.

Hari yang benar-benar menyebalkan. Sudah terjebak challenge, motor mogok, lengkap deh pokoknya. Tapi bukan Jeni jika tidak berusaha lebih keras lagi. Iyap, Jeni mencoba menekan-nekan tombol power di teleponnya.

"Mbak, motornya mogok, ya? Motor mogok kok masih sempet-sempetnya bikin video."

Seseorang meledek Jeni dari arah belakang. Jeni pun segera menoleh ke arah itu. Di sana terdapat manusia yang familiar, ya, siapa lagi kalau bukan teman sekelasnya. Radit.

Kurang ajar! Radit geblek!

"Mending lo bantuin gue, deh, Dit. Daripada banyak bacot," semprot Jeni pada cowok yang kini tengah nyengir. "Minimal, cariin tukang bensin dan bawain bensin itu ke sini."

Radit mengerutkan kening, apa-apaan cewek ini?

"Ck, ogah ah gue sibuk!" tolak Radit.

Sok sibuk, padahal habis dari alfamei dan tidak sengaja melihat Jeni mendorong motornya.

Not Only ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang