"Halo, teman-teman!" Jeni melambai ke arah kamera yang dipegangnya sambil tersenyum.
"Ketemu lagi sama aku, Jenita. Kali ini aku mau buat vidio Jeni School. Udah lama ya, gak bikin tentang aku di sekolah." Jeni terkekeh.
"Haha! Ya iyalah kan hari ini hari pertama masuk sekolah. Oh, ya, gimana perasaan kalian hari ini? Seneng? Sedih? Semangat? Males? Hmm... kalo aku, sih, seneng karna bisa ketemu lagi sama temen-temen setelah libur tiga minggu. Kalian juga harus seneng dan semangat! Apalagi yang baru masuk SMA, oh, atau barangkali ada yang baru masuk SMP? Pokoknya kalian harus semangat menjalani MPLS-nya." Jeni berhenti sejenak sambil merapikan rambutnya.
"Jadi, kalian tonton terus vidio Jeni School kali ini sampe selesai." Ia mengacungkan telunjuknya di depan kamera. Kemudian gadis itu berjalan ke luar kamarnya.
"Nanti aku lanjut di sekolah, ini mau sarapan dulu. Dadah." Jeni melambaikan tangannya ke kamera. Tak lama kemudian dia mematikan kameranya.
📷📷📷
Begitu memasuki sekolahan, matanya langsung tertuju pada lapangan yang dipenuhi calon siswa baru. Jeni berhenti hanya untuk mengambil vidio atau foto dari pemandangan yang dilihatnya. Ia jadi teringat adiknya yang juga sedang melaksanakan MPLS di SMP.Selesai mengambil vidio, Jeni kembali berjalan di koridor dengan matanya yang masih melihat ke lapangan. Sudah dua kali ia melihat hal seperti ini di SMA, dan Jeni selalu teringat dirinya saat melaksanakan MPLS. Rasanya campur aduk menjadi satu.
Dalam keadaan seperti ini, Jeni ingin kembali pada masa itu, saat dirinya belum mengenal siapa-siapa. Saat orang lain mengira ia adalah sosok yang pendiam, padahal tidak.
"Jelita?"
"Eh?!"
Jeni lantas tersadar dan refleks memegang pundak cowok di hadapannya karena kaget, takut jatuh tiba-tiba.
Jadi, dia telah kepergok melamun sambil berjalan?
Ya ampun!
Untung saja cowok yang hampir ditabrak--atau menabrak--nya itu dikenalnya. Jeni sudah bisa menebak siapa cowok itu ketika memanggilnya. Siapa lagi orang di sekolah yang memanggilnya dengan Jelita, selain Radit dan para guru?
Hanya Radit yang memanggilnya dengan nama asli Jeni. Meskipun ia sudah bertanya alasannya, Radit hanya menjawab, karena pengen.
"Jelita?"
"Hm?!"
Mampus tercyduk ngelamun lagi.
Oke, tarik napas lalu hembuskan. Jeni lantas menjauhkan dirinya dari tubuh Radit. Jeni akui, tadi ia sempat terpaku pada iris coklat milik cowok itu. Melirik sekelilingnya, dan, ya, sudah pasti jadi bahan tontonan. Apalagi Jeni adalah seorang youtuber terkenal di sekolahnya. Untung saja masih pagi, jadi hanya beberapa siswa saja yang melihat mereka berdua.
"Lo ngapain di sini?" tanya Radit.
"Lo sendiri ngapain di sini?" Jeni balik nanya. "Lo, kan, anggota osis, harusnya lo di lapangan bukan di sini."
"Ini gue mau ke sana," jawab Radit sambil mengangkat dagunya menunjuk lapangan. "Lo mau ke mana?"
"Mau ke kelas." Jeni dapat melihat kerutan di dahi Radit begitu mendengar jawabannya. Memangnya, ada yang aneh sama jawabannya?
"Lo naik kelas, kan?"
Pertanyaan Radit membuat Jeni heran. "Gue naik kelas, Dit."
Ranking dua pula. Eh, enggak boleh sombong. Jeni terkekeh sendiri dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Only Challenge
Підліткова літератураBerawal dari challenge konyol yang membuat Jelita mengerti bahwa tidak selamanya menjadi youtuber itu selalu enak. 2019