12: Curiga

455 28 19
                                    

Halo Readers!😁.

Author update lagi nih pertama kali di tahun 2020! Pada senang gak Author up cerita lagi?

Happy Reading manteman.
__

Apapun itu yang dikubur, sedalam apapun, akan tetap ada kecuali Ia bisa menghilangkannya.

.

Menatap nanar bekas luka yang tertinggal di lengan kirinya yang bahkan hampir tak kasat mata. Sudah lama Ia tidak melakukannya, kurang lebih selama 2 bulan setelah Ia pulang ke kediamannya. Luka yang di sana memang hampir tak kasat mata, tapi luka yang di tinggali, walaupun tak kasat mata sangat berbekas di hati.

Mengingat? Jangankan hal itu, bahkan Ia mencoba menghindari.

"Heh! Lo masih mau ngebantah Gue?! Belum puas Lo? Belum sakit?!" Saat teringat? Seperti inilah Ia. Berusaha tenang yang mungkin kalian pikir aneh. Masih terngiang ucapan pedih itu, yang menariknya untuk melakukannya lagi.

"Ngapain sih Lo? Mau ambil ini? Tangkap kalo bisa!" Menghindar? Sudah pasti. Tapi ada saatnya Ia tak dapat lagi menghindar. Hanya pilihan lakukan tapi tak ingin, atau jangan lakukan sampai berusaha keras yang membuatmu stress?

"Bagus, Gue bisa lampiasin semua ke Elo." Saat orang lain melampiaskan sesuatu ke kita, maka Ia berpikir tidak ingin melampiaskan sesuatu dengan menyakiti orang lain, menyakiti diri sendiri adalah caranya ketika dulu, tapi kini? Apakah Ia harus melakukannya lagi?.

"Hah...hah...gak, nggak." Kemana dirimu yang jenius? Kemana dirimu yang bahkan bagai tak ada beban sedikit pun? Oh itu hanya di layar gadget. Tapi di sebaliknya? Bahkan kembarannya pun tidak mengetahuinya.

Hampir saja Ia akan melakukannya lagi, jika seseorang tidak membuka pintu kamarnya, dan mencegahnya.

"Solar!" Teriak Shaly begitu membuka pintu kamar Solar dan mendapati Solar yang terduduk lemas di lantai dan nyaris saja melakukan kebiasannya kembali.

Segera Shaly berlari ke arah Solar dan mengambil benda pipih tajam itu dan membuangnya asal. Terlihat Solar yang terduduk lemas dan menundukkan kepalanya sehingga poni rambutnya menutupi sebagian wajahnya. Masih dengan posisi menekukkan kakinya, Solar memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya yang masih gemetaran.

"Solar...bukan gini caranya ngelampiasin semuanya, kenapa Kamu gak panggil Aku?" Solar tetap bergeming dengan tubuhnya yang mulai gemetaran. Shaly tahu Solar tengah menahan tangis. Ia juga tahu, luka batin yang melekat pada Solar sangat berpengaruh pada dirinya sekarang. Bahkan dulu, sebelum Ia sembuh dirinya sangat pendiam dan selalu menyendiri kecuali dengan luka.

Segera Shaly menarik Solar dalam pelukannya, berniat menenangkannya. Shaly memeluk Solar erat, mengusap-usap punggungnya yang masih gemetaran.

"Sha--ly-hal--i-itu--kem-kembali--lagi." Ucap Solar parau sebab menahan tangisnya disela pelukan Shaly padanya. Tanpa disadari, tangisan yang sedari tadi coba Shaly tahan tumpah begitu saja.

"Harus gimana Aku Ly? Aku d-dah coba, tapi hal itu seakan terjadi kembali--" Tangis Solar pecah di pelukan Shaly. Shaly yang masih memeluk Solar menarik nafas dan menjawabnya. "Kita cari caranya, Aku bakal bantu kamu." Solar memeluk Shaly erat.

"Iya maka--" ucapan Solar terpotong ketika Ia merasakan sakit di kepalanya. "Ly, ssshh...kepala Aku sakit banget!" Solar berusaha mengungkapkan di tengah sakitnya. Mendengar itu Shlay panik, suara paraunya juga membuat hati Shaly teriris. Sebegitu betahnya kah penyakit itu di tubuh Solar?.

Sinaran Sendu (Boboiboy Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang