(1)

20.3K 669 46
                                    

Bunga Point Of View

"Ayo menikah!"

Masih dengan nafas terengah, gue menegakkan tubuh gue sembari menatap lelaki yang berdiri tepat dihadapan gue sekarang penuh harap, gue gak akan mundur apapun alasannya.

"Anak kecil tahu apa tentang pernikahan?"

Anak kecil? Yak! Gue menatap kesal lelaki yang masih setia tersenyum kecil untuk permintaan gue barusan, lelaki yang dijodohkan dengan gue setahun yang lalu, lelaki yang berstatus tunangan dan merangkap menjadi guru fisika di sekolah gue.

"Anak kecil? Umur aku udah hampir 18 tahun dan umur segitu bukan anak kecil lagi, lagian menikah sekarang atau tahun depan apa bedanya?"

"Umur kamu hampir 18 tahun, hampir tapi belum, lagian Mas tidak mungkin menikahi siswi Mas sendiri, tahun depan kamu bukan siswi Mas lagi." Aish selalu itu alasannya.

Apa karena gue muridnya makanya Mas Bintang menolak menikahi gue sekarang? Atau ini cuma alasannya Mas Bintang doang buat nyari perempuan lain yang sesuai dengan harapannya?

"Kalau sebelum tahun depan aku suka sama laki-laki lain gimana? Mas nggak akan nyesel?" Tantang gue.

"Itu artinya kita tidak berjodoh!"

Dengan senyum tertahan, Mas Bintang menutup pelan pintu rumahnya dan mengabaikan gue gitu aja, apa yang salah sama otak Mas Bintang? Gue udah kaya perempuan tua yang gak laku terus ngebet minta dinikahin sama siapa aja.

"Pokoknya aki mau nikah bulan ini, titik." Teriak gue dari depan pagar rumah.

.

"Woi bengong aja lo, mikirin apaan ayo?" Tanya Dinda nepuk pelan bahu gue.

"Gue harus gimana lagi supaya Mas Bintang mau menikahi gue sesegera mungkin?" Tanya gue prustasi.

'"Hah? Lo aja yang nggak waras, minta guru nikahin lo sesegera mungkin itu ide yang beneran gila." Dinda bahkan langsung nepuk jidat sama ucapan gue.

"Gue bukan lagi minta seorang guru menikahi siswinya tapi gue lagi minta seorang tunangan untuk menikahi tunangannya!" Balas gue nggak terima.

Ayolah, stop ngomongin masalah status guru sama siswi dalam hubungan gue sama Mas Bintang, cukup bahas masalah pertunangannya kita berdua, bukannya kita ditunangin supaya berakhir dengan menikah? Lalu apa masalahnya?

"Otak lo kebanyakan micin deh kayanya, lo tahu Pak Bintang orangnya gimanakan? Terlepas dari perjodohan kalian berdua, sampai kapanpun lo sama Pak Bintang gak bakalan pernah sejalan, Pak Bintang tinggi dilangit sedangkan lo terdampar asal dibumi, jauh banget." Ucap Dinda bahkan menatap langit-langit kelas sekarang.

"Tapi kan ada yang namanya bintang jatuh Din." Cicit gue ikut natap langit-langit kelas.

"Satu banding seribu!" Balas Dinda tertawa puas.

.
.
.

Segitu aja prolognya ya, story ini Aya post karena story MPH 2 Aya tarik lagi, berat banget kelapa Aya mikirin story yang itu, gak bakalan kejadian soalnya.

Jadi jangan bosen-bosen sama story Aya, yang mau gabung di grup masih bisa, tinggal chat lewat ig atau pesan wp, happy reading dan tengkyu tengkyu ❤

Ketika Langit Mencintai Bunga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang