"Langit datang untuk menjemput Bunga tinggal bareng Langit, Bunda!" Ucap Mas Langit yakin.
Gue yang tadi memang ditarik Mas Langit untuk berdiri dibelakangnya udah nahan nafas nggak percaya, jangankan gue, Bunda aja keliatan kaget, Bunda seakan masih belum membayangkan kalau putrinya bakalan pindah ikut bareng suami, seriusan Mas Langit mau ngajak gue pindah?
"Pindah? Anak saya mau kamu kasih makan apa?" Balas Bunda meremehkan.
Gue yang awalnya nahan nafas sama ucapan Mas Langit sekarang malah harus narik nafas jengah sama ucapan Bunda, apa nggak bisa Bunda lebih menghargai Mas Langit sedikit? Gue gak enak sama Mas Langit, mau gimanapun awalnya, kenyataan kalau Mas Langit berstatus suami gue itu nggak akan berubah.
Ya gue akui, Bunda berat melepaskan gue untuk Mas Langit karena keadaan ekonominya, didunia ini gue yakin semua orang tua mau anaknya hidup enak dan nyaman, nggak ada orang tua yang mau anaknya itu hidup susah, gue sangat mengerti hal itu dan gue paham.
Tapi sekarang, gue bisa apa kalau memang jodoh gue sama yang keuangannya paspasan begini? Kalau namanya jodoh udah nggak bisa di apa-apain lagi, harusnya Bunda bisa terima kenyataan, mendukung dan nyemangatin gue buat berbesar hati dan bersabar bareng suami gue bukan malah numpahin minyak dikobaran api.
"Langit akan berusaha sebaik mungkin membahagiakan Bunga! Walaupun bukan dengan materi tapi insyaallah Langit tidak akan melepaskan tanggung jawab Langit, Bunda." Ya Allah sabar banget Mas Langit ngadepin Bunda gue, udah di hina sampai begitu tapi nada bicaranya masih sopan banget.
"Tanggung jawab? Harta aja nggak punya jadi kamu mau bertanggung jawab gimana lagi? Anak zaman sekarang cuma tahu nikah tapi nggak pernah mikirin nasib anak gadis orang itu gimana? Kamu mau hidup anak saya serba kekurangan? Hidup itu nggak cuma butuh cinta tapi biaya!" Kalimat Bunda yang udah sangat keterlaluan menurut gue.
Hati gue bahkan ikut terenyuh perih dengan ucapan Bunda yang satu ini, hidup berumah tangga memang nggak cuma butuh cinta tapi biaya dan saat ini mungkin gue juga nggak akan bisa mendapatkan keduanya dari Mas Langit, cinta ataupun harta, keduanya masih jauh dari bayangan tapi tetap aja, sikap Bunda itu salah.
"Jadi jangan coba-coba bawa keluar putri saya dari rumah ini kalau kamu belum punya apa-apa! Kamu mau anak saya hidup miskin sama kamu?" Cukup, gue rasa Bunda udah harus berhenti sekarang.
"Bunda!" Lirih gue sangat.
Entah kenapa walaupun Mas Langit yang jadi tujuan untuk semua ucapan dan kata-kata nggak enak Bunda tapi gue terus meringis setiap kali Mas Langit hanya tertunduk menerima semuanya dengan lapang dada, gue membiarkan Mas Langit menikahi gue bukan untuk ini.
"Apa Dek? Masuk ke kamar kamu sana!" Bentak Bunda ke gue.
"Bunga ikut Mas Langit!" Jawab gue yakin.
Apapun keadaan Mas Langit sekarang tapi dia tetap suami gue, dimana gue harus tinggal tanpa suami gue? Kalau Bunda nggak mengizinkan Mas Langit tinggal dirumah, oke, gue yang pindah ikut bareng suami gue, gue yang akan keluar dari rumah ini.
Kedudukan seorang istri memang disisi suaminya, harta bisa dicari bareng-bareng, gue akan belajar hidup dengan keadaan Mas Langit yang seadaanya, Bang Jian juga pernah bilang yang berharta akan kalah dengan yang bertanggung jawab, gue yakin pilihan gue untuk menikah dengan Mas Langit nggak pernah salah.
"Jangan bodoh Dek, tidak akan Bunda izinkan!" Tolak Bunda.
"Ridha Bunda sekarang ada di Mas Langit, Bunda, bukannya Bunga mau nyakitin hati Bunda tapi Bunga juga nggak bisa terima Mas Langit terus Bunda rendahkan seperti ini! Mas Langit suami Bunga sekarang, apa sulit untuk Bunda nerima kenyataan itu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/205990636-288-k671326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Langit Mencintai Bunga (END)
RomanceBerawal dari Bunga yang di tinggalkan oleh calon suami yang selama ini selalu didambakannya, Bunga malah berakhir menikah dengan sahabat dari calon suaminya tersebut, Langit. Saat itu, Bunga yang ditinggalkan oleh calon suaminya hanya mempunyai dua...