WELKAM BUAT TEMEN-TEMEN YANG MENYEMPATKAN MAMPIR DI LAPAK INI. CERITA INI EMANG BUKAN CERITA PERTAMA YANG AKU TULIS, TAPI AKU BERHARAP, CERITA INI ADALAH CERITA PERTAMA YANG AKU TULIS SAMPE SELESAI. AAMIIN...
TULISAN AKU EMANG MASIH BERANTAKAN, MAKANYA AKU MEMBUKA PINTU SARAN DAN KRITIKAN YANG SELEBAR-LEBARNYA.
SO, HEPI RIDING, GES🐣🐣🐣
"Selin dari mana, nak?" Axelin yang baru sampai rumah menghampiri dan mencium punggung tangan tante Ria––Mama Alea–– yang sepertinya baru sampai saat subuh tadi. Mata tante Ria terlihat sembab. Pasti habis menangis, pikir Axelin.
Orangtua Alea memang sangat sibuk bekerja. Dan Alea juga mendiang kakaknya––Tyara–– termasuk anak kurang mendapat perhatian dari orangtuanya. Mereka pulang karna mendapat kabar putri sulungnya meninggal dunia.
"Selin abis beli bubur tan. Tante mau sarapan bubur juga? atau mau yang lain? Biar Selin beliin, tan" tanya Axelin menawari. Sebelumnya Axelin sudah bertemu beberapa kali dengan tanta Ria, walaupun jarang, itu tidak membuat Axelin canggung pada orangtua sahabatnya itu.
Tante Ria menggeleng perlahan, "ngga perlu, sayang. Sekarang tante mau langsung ke rumah sakit. Tante bisa sarapan di sana" tolaknya lembut.
Axelin tersenyum, kemudian mengangguk paham "yaudah kalo gitu, tante hati-hati di jalannya. Oh iya, tante sendirian?"
"Ngga kok. Tante berangkat bareng papanya Alea" lagi-lagi Axelin tersenyum sebagai responnya.
"Selin mau bawain sarapan buat Alea sama Venus dulu. Gak pa-pa kan, tan?"
"Gak pa-pa dong. Yaudah gih, sana"
Axelin mengangguk. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil mangkok dan sendok. Lalu, membawanya ke lantai dua.
"Lama banget sih, lo" protes Venus begitu Axelin baru membuka pintu kamar Alea.
"Udah sukur gue beliin, bukannya bilang makasih juga" balas Axelin menatap tajam. Ia duduk lesehan di karpet dekat ranjang.
"Tau tuh. Gak usah dikasih aja sekalian, biar kapok" ucap Alea membela Axelin. Cewek itu sudah ikut duduk lesehan dengan Axelin. Omong-omong soal Alea, keadaannya sudah membaik. Alea juga akan mencoba menerima apa yang sudah terjadi.
"Jangan dong. Gue becanda doang kok tadi. Pada sensi amat sih mbak-mbaknya" rajuk Venus mengerucutkan bibirnya.
"Alay," kata Axelin dan Alea berbarengan.
Venus tersenyum masam, "untung gue sabar," ucapnya sambil menepuk dadanya dramatis.
***
Axel yang baru selesai mandi dan berpakaian, melongok ke jendela kamarnya saat mendengar sirine mobil ambulan.
Itu pasti jenazah tetangganya yang katanya bunuh diri. Begitu sih kata ibu-ibu komplek yang tadi Axel dengar setelah sarapan di tukang bubur langganannya.
Axel tidak banyak mengenal orang-orang yang tinggal di komplek tempat tinggal orangtuanya ini. Axel hanya mengenal mang Katim dan seorang nenek yang tinggal sebatang kara yang rumahnya tepat ada di depan rumah orangtuanya. Hanya mereka yang Axel kenal baik. Tidak termasuk orang yang bunuh diri itu. Jadi Axel tidak usah repot-repot pergi melayat.
Memikirkan tentang itu, Axel jadi teringat Axelin yang tadi beli bubur mang Katim. Masa iya, cewek itu pergi jauh-jauh dari rumahnya hanya untuk beli bubur? Atau, Axelin sedang menginap di rumah salah satu temannya yang ada di komplek ini juga? Tapi siapa? Axel jadi agak menyesal karena terlalu sering pulang ke apartemennya daripada rumah orangtuanya setelah kelas tiga sekolah menengah pertama. Itulah yang alasan kenapa dia jadi seperti orang asing saat pulang ke rumah orangtuanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/205124446-288-k524398.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELIO
Teen FictionAwalnya, Axelin mengenal Axelo hanya sebatas teman satu angkatan yang kerjaannya selalu membuat onar di sekolah. Axelin tidak pernah menyapa Axelo, lain seperti kebanyakan murid perempuan yang selalu mencari perhatian cowok itu. Namun sepertinya, t...