Just because..

10 4 0
                                    

"Bagaimana aku bisa melepas kalau kamu sudah menjadi bagian penting di hidupku, John." -Oliv

Tepat 5 hari setelah Ujian akhir Johnny selesai. Dia segera berangkat ke Chicago, di bandara Johnny tengah mengecek berkas kuliah, visa, dan lainnya.

Tapi ada sepasang mata sendu yang melihat kepergian Johnny.

Kalian pasti sudah bisa menebaknya.

Ya.. Olivia Kim..

Dia adalah satu-satunya orang yang selama ini menggantungkan semangatnya kepada Johnny. Yang selalu berkeluh kelas selama satu tahun ini kepada Johnny.

Apakah Olivia mampu menahan 4 tahun lamanya agar bisa bersama dengan Johnny lagi?

Olivia berlari sambil membawa plastik dan paperbag di tangannya. Kemudian diambilah tangan Johnny.

"Nih, buat lo kalo lo lagi sendirian." Olivia tersenyum kecil.

"Apanih? Boneka? Yakali teh gue masih laki loh ini." Johnny cemberut.

"Udah lo kan jomblo ini anggep aja pacar lo. " Olivia tertawa.

"Hahaha savage nih Oliv, iya tuh John kan emang jones." Bu Yuri tertawa.

"Udah tawain aja terus anaknya sampe lulus." Johnny mempoutkan bibirnya.

"Nk.. Lo mau pergi gitu aja? Padahal selama ini gue udah bisa akrab sama lo." Olivia kini membuka pembicaraan awal.

Ya, mereka memang sudah akrab. Dekat bahkan. Inilah yang membuat Johnny sedikit tidak rela meninggalkan Indonesia.

Seolah mengerti situasi Bapak, Ibu, dan Chenle pamit untuk membeli jajanan disana.


"Teh, ga lama cuma 4 tahun doang." Johnny tersenyum pahit. Dia menggenggam tangan Olivia.


"Gue butuh penasihat kaya lo tau gak! Ini gue sedih lo sosoan nasihatin lagi deh. " Olivia menitikkan air mata.

"Ada jeff kan?"

" Shut up! john. "
Johnny hanya terkekeh. Melihat teman. Ah maaf sahabatnya itu menangis.

Mereka benar-benar sebatas sahabat saja.

Tidak tau kalau nanti sore.

Eh apaan.

"Apasih John ketasa, sana pergi gausah balik" Olivia melonggarkan pelukannya.

"Teh udah mau berangkat nih, bentar telpon Lele dulu mau---".

" Bang!!!!!! Lele pasti kangen Abang!!!"

Baru saja Johnny ingin menelfon. Sudah muncul aja tuh bocah.

"Udah dek, Abang bakalan sering telpon Lele. Kalau mau curhat kan Abang juga 24/7 ada kok. Kecuali kalo lagi kelas."

"Oke bang, yang pinter ya biar Lele bisa bangga . "

"Siap jagoan abang!" Johnny tersenyum. Ia belum pernah melihat Lele seromantis ini. Adiknya memang selalu jahil dan nyeleneh. Nih pasti besok gedenya bakalan kaya Johnny, romantis juga.

"Yaudah John, buruan masuk gih, daripada telat. Biaya pesawat mahal Bapak gamau beliin lagi."

"Halah duit lo banyak Lay." Bu Yuri menimpali.

"Ya tapi ga gitu juga kali Sayang. "
Yuri memasang wajah poker nya ke Lay.

"Heheheheh" Si Bapak memang suka gitu.

Come to Me, Johnny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang