Earth

8 5 0
                                    

"Kita masih di bumi yang sama. Bahkan, jika terpaut beberapa benua, setidaknya kita masih di atmosfer yang sama."

" ya kita emang udah temenan ya, kan?" Johnny berkata sambil menautkan alisnya.

" ya, kadang gue gak bisa langsung nyaman sama seseorang. Apalagi yang baru gue kenal. Kenapa kalo sama lo beda ya. Makasih ya, gue selalu salah paham sama lo. " Oliv tersenyum sambil menatap langit-langit mobil.

"Anytime. Gue open kok sama semuanya. Ga masalah pada salah paham sama gue. Emang gue kadang nyebelin sih hahaha." Johnny tertawa.

" Lo mau tau gak sih? Kenapa gue cuman temen beberapa doang. Bahkan keliatannya gue cuman punya temen Yuta sama Jeffrey." Oliv menunduk.

" mmm?"

" Gue selalu dibatasi. Sama Papa. Sama Mama. Jangan temenan sama yang ga punya record pendidikan bagus. Tapi aku ga liat itu sebenernya. Gue cuma pengen ada yang ngerti aja. Setidaknya bisa kasih gue sandaran. "

" Jangan menutup diri. Intinya apa yang pengen lo lakuin, selagi ga ada hal negatifnya. Lakuin aja. Ntar tua nyesel lho."

"Hahaha iya ya, kalo dipikir-pikir hidup cuman sekali, kalo ga lakuin apa-apa, sia-sia Allah kasih gue nyawa."

"Lah lo tau tuh. Udah lo mau kemana aja ntar gue anter deh mau ke pameran seni? Iya gue anter. Anggep aja kaya sodara."

'Sodara ya.' -Johnny

" iya, makasih ya. Percaya gue sama lo. " Oliv kembali tersenyum. Apakabar Johnny? Ya dia hanya mengagumi ciptaan Allah ya.

" eh? Ity babang montir dateng, yok keluar. Itu yang dibawa babang mobil Bapak."

Secara tidak sadar Johnny menggandeng Oliv. Mungkin Oliv biasa saja. Tapi Johnny beda. Entaha apa yang dirasakan tapi berasa aneh.

Tidak lama kemudian mereka masuk ke dalam mobil. Hujan sudah berhenti. Dan mereka pulang ke rumah masing-masing.

••••••••••••

Balkon rumah Johnny

Johnny duduk di bangku di balkon rumahnya.
ini.
Dia tengah mendengarkan lagu dengan headset yang terpasang.

When we were young - Adele

Johnny memikirkan beberapa kalimat yang terucap dari Oliv. Johnny merasa Oliv memang butuh teman di rumah. Rasanya kasihan sekali. Di tengah tekanan belajar dan image keluarganya.

Aaaa!!!!!

Johnny punya ide. Kenapa dia tidak main saja ke rumahnya setiap Minggu? Iya... Chenle dan Jisung juga pasti suka ide ini.

Bu Yuri, yang sudah 15 menit berdiri di tengah lamunan Johnny.

"Kenapa nak?"

"Gapapa Bu."

"Jangan bohong, Ibu udah nemenin kamu sampe segede ini masih aja bohong, sih." Bu Yuri mengelus rambut Johnny.

"Mmm... Bu kasihan deh teh Oliv. Dia pinter gitu temennya dikit. "

"Orang tuh beda-beda John, apalagi keluarga kaya mereka itu pasti saingan bisnis banyak, ga heran temennya dikit, bisa jatuh kalo temenan sama orang banyak."

"Iya sih, Bun. Johnny bersyukur sih punya keluarga ga kaya gitu amat. Hahaha."

"Hussss ngawur. Hidup itu pilihan John, gimanapun mereka pasti punya tujuan."

"Iya bu, hehehe. Bercanda."

"Kenapa tiba-tiba mikirin Oliv? Jangan-jangan naksir ya ?." Bu Yuri memasang wajah curiga.

Come to Me, Johnny!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang