Setelah kehilangan Rory di sekolah, aku memutuskan untuk pulang sendiri ke rumah. Hari sudah hampir gelap, aku berbaring di ranjangku sambil memainkan ponsel.
Jari-jariku bergerak menelusuri halaman Instagram milik Rory. Ia tidak memposting apapun selama hampir dua minggu. Tidak ada feed post, tidak ada Instastory. Ia juga tidak membalas komentar-komentar di fotonya. Rory benar-benar menghilang seperti hantu.
Tiba-tiba, panggilan telepon masuk ke ponselku. Aku sama sekali tidak mengenal nomornya. Dengan cepat aku bangun dan mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo?" sapaku.
"It's me," jawab seseorang di seberang telepon.
Aku mengernyit. "Huh?"
"Natasha."
Rasanya seperti terkena serangan jantung mendadak. Untuk apa Nat meneleponku? Jika bisa, rasanya ingin sekali mengakhiri panggilan telepon yang sedang kulakukan sekarang. Namun tentu saja hal itu hanya memperburuk keadaan.
"Maaf meneleponmu tiba-tiba. Aku dapat nomormu dari Myra," ucap Nat di seberang telepon. "Are you okay?"
Aku terdiam. Apa maksudnya Nat bertanya seperti itu padaku?
"Nicole?" tanya Nat lagi.
"Huh? Y-yeah, I'm okay." jawabku gugup. "Thanks."
"Kejadian tempo hari di auditorium pasti sangat berat bagimu. Sorry, seharusnya aku menghubungimu lebih cepat. I'm worried about you," lirihnya.
Aku terdiam dan masih berusaha mencerna apa maksud dari perkataan Nat. I mean, aku lah yang menyebabkan kakinya patah, namun mengapa ia yang minta maaf padaku?
"Kau free malam ini? Aku ingin mengajakmu minum cokelat panas di Golden Griddle." Ajak Nat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riflettore [END]
Teen FictionDi hari pertamanya bersekolah, Nicole Jenkins mendaftarkan diri untuk bergabung dalam ekstrakurikuler teater atas saran Rory Silva, cinta monyet masa kecilnya. Selain dapat menghabiskan waktu bersama Kesatria Berkuda Putih yang tampan, ia juga harus...