"Dia istimewa"
===========================================================================
Jeon Jungkook, itulah namanya. Ah tidak! Sekarang namanya menjadi Kim Jungkook. Adikku yang paling ku sayang. Meskipun kami tidak sedarah tapi ikatan kami begitu kuat. Kau tau?. Ada banyak orang yang datang untuk mengambilnya sebelum aku. Tapi, tidak ada seorangpun yang berhasi membawanya.
Hmm, aku jadi teringat bagaimana awal pertemuanku dulu.
Dimulai dari ayah yang mendapatkan telfon dari kakek kalau aku akan mempunyai adik kalau aku pergi ke panti asuhan di Busan. Bukankah itu terdengar konyol?. Bahkan mama tertawa saat mendengar perkataan kakek. Tapi tidak denganku. Aku yang begitu kesepian jika sudah ditinggal oleh ayah yang sibuk bekerja dan mama yang juga harus pergi mengurus toko nya membuat aku merajuk dan bertanya sekali lagi pada kakek kalau semua itu bukan candaan.
Kakekpun menjawab kalau apa yang ia katakan benar adanya dan menyuruh kami untuk menjemputnya, membuat senyumku berbinar dan gejolak kebahagiaan datang menyelimutiku. Hingga akhirnya kami bergegas menjalankan perintah kakek. Yeeey akhirnya aku akan mendapatkan adik.
Pasti akan sangat menyenangkan nantinya. Hmm membayangkannya saja membuatku tak bisa menurunkan senyumanku. Bagaimana Aku yang bisa makan bersama, bermain bersama, tidur bersama dan juga mandi bersama. Huaa tidak peduli lagi kalau aku pulang sekolah mama belum pulang ataupun ayah yang tidak pulang berhari-hari karna bisnisnya. Semua akan berubah saat adikku datang, ayeeeyy!.
Tapi senyumku tak bertahan lama saat aku mendengar cerita dari ibu panti tentang kondisi calon adikku.
Dia sedikit berbeda.
Dan tak tersentuh.
Aku menatapnya dari balik jendela seraya mendengarkan penjelasan ibu panti ke kedua orang tuaku. Ku lihat tubuh kecilnya meringkuk di bawah pohon dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Kepalanya yang terbebat kasa dan bibirnya yang entah bergumam apa.
Apa yang terjadi padanya?.
Kata mereka adikku sakit. Ya, aku bisa melihatnya bagaimana luka ditubuh kecilnya terlukis di setiap sudut. Tapi mereka bilang batin adikku lebih sakit lagi. Tidak ada yang bisa mendekatinya, atau dia akan histeris dan berakhir pingsan. Ibu panti bilang adikku sangat rapuh entah kenapa. Karena adikku tidak pernah mau bicara.
Mungkin jika orang lain mendengar cerita seperti itu mereka akan mundur dan memilih pergi. Hey bagaimana tidak?. Untuk apa mengadopsi anak dengan gangguan mental yang bahkan dokter memvonis kalau dia tidak akan bisa bertahan karena memiliki kelainan imun?. Bukan hanya fisiknya yang sakit tapi juga batinnya alias adikku ini setengah gila. Bahkan anak seusianya tidak ada yang mau mendekat dan malah mengejek adikku.
Tapi bukannya aku kecewa dengan pilihan kakek, aku justru terpesona dengannya. Hah aku pasti ikut gila, kan?. Bagaimana bisa aku terpesona melihat bocah kecil dengan penuh luka dan setengah gila?. Entahlah!. Mungkin inilah bukti kalau sentuhan takdir Tuhan bekerja.
Karena hanya dengan aku yang mengulurkan tangan, dia meresponku. Entah bagaimana itu bekerja tapi dia melihatku. Seolah dia membiarkanku untuk kembali terpesona dengan melihat kedua mata bulatnya yang menggemaskan. Meski dia tidak mengatakan apapun padaku.
Aku tidak menyerah sampai disitu. Satu hal baik datang padaku seolah dia memang juga menaruh rasa yang berbeda padaku seperti apa yang kurasakan. Karena dari apa yang ku dengar, aku adalah satu-satunya orang yang bisa mendekatinya dan membuatnya memperhatikanku tanpa membuatnya histeris. Wuah bukankah aku sangat menakjubkan?. Atau diam-diam dia juga memuji ketampananku seperti para bibi yang selalu tergila-gila tiap melihatku?.
"Hai, namaku Kim Taehyung."
Lanjutku lengkap dengan senyum manis andalanku yang sampai sejauh ini bisa meluluhkan hati para nuna nuna sebelum mereka memberikan sentuhan manis di pipi ku. Walaupun pada akhirnya aku kena jewer mama dan berakhir aku yang di katai genit. Ah mama kalau cemburu bilang saja tidak usah menjewer telinga seksiku dan mengataiku genit. Ish genit begini kan aku ini diciptakan dari perpaduan ayah dan mama. Owh andai aku bisa protes.
"Mulai sekarang kau harus memanggilku –Hyung-."
Emmm boleh dikatakan kalau aku tidak ingin berbasa-basi. Eh bukan begitu juga sih Maksudku, aku kan tidak tau kapan dia akan kambuh dan berakhir takut padaku apalagi hingga membuatnya histeris. Jadi to the point itu boleh-boleh saja, kan?. Tapi, sepertinya adikku malah jadi bingung dengan ucapanku. Terlihat dari bagaimana dahinya yang berkerut dan juga mengerjap lucu yang membuatku gemas sampai aku tak sadar kalau tanganku mulai lancang mengusak surai hitamnya.
Segera aku menarik tanganku. A-apa aku sudah membuatnya takut?. Aku bahkan mendengar pekikan mama ku yang aku tau kalau mereka telah menemukan keberadaanku setelah aku kabur tadi. Mungkin mama juga takut kalau aku akan membuatnya kambuh. Terlebih aku masih bisa mendengar teriakkan ibu panti yang memanggil pengasuh lain, entah apa yang ibu panti perintahkan tapi sepertinya mereka berniat memisahkan kami.
"Hyung?."
Langkah mereka terhenti detik itu juga. Cicitan kecil dari adikku berhasil membuat kaget semua orang. Dan tanpa sadar airmataku mengalir begitu saja entah kenapa. Mendengar suara imutnya untuk pertama kali, kenapa harus selemah ini?. Aish! Padahal aku ingin menjadi kakak yang keren tapi kenapa aku menangis di depannya di hari pertama aku bertemu?. Hyaaaaakk! Dasar taehyung bodoh.
"Benar!. Panggil aku seperti itu mulai sekarang."
Ku raih tubuh kecilnya dan ku rengkuh dengan eratnya. Aku senang akhirnya aku memiliki seorang adik. Adik manis yang sangat spesial dengan mata bulatnya.
Hey, jangan takut adik manis. Sekarang kau mempunyai aku. Kim taehyung, yang akan selalu menjagamu sampai kapanpun. Entah apa yang terjadi padamu sebelum kau bertemu denganku. Tapi, akan ku pastikan kau tidak akan mengalaminya lagi setelah ini.
Kau Kim Jungkook sekarang. Dan siapapun takkan ku biarkan menyakitimu.
Jungkook-ah, kau datang penuh dengan misteri dan berakhir bersamaku dengan banyak tanda tanya.
Perlahan, maukah kau berbagi cerita denganku?.
Gimana?. Next?.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEALER
FanfictionJangan tertipu dengan keceriaan nya. Apalagi dibodohi dengan mulut cerewetnya. Karena anak itu penuh teka teki yang keluarga nya sendiri kualahan untuk mencari tau jawabannya. Semoga mereka tak kehabisan waktu untuk menolong kelinci kecil mereka.