"Jangan terjebak dalam mimpi buruk, Koo. Aku tidak ingin melihatmu selalu ketakutan."
===============================================================
Harap saling menghargai kawan!
==============================================================
Si kecil tengah asik bermain di beranda kamar lantai dua milik sang kakak. Candaan kecil sarat akan kebahagiaan itu menguar begitu indah di dunia sempit yang mereka miliki. Sayang, tawa renyah hanya terdengar dari sang kakak, sedangkan si kecil hanya bisa tersenyum dengan sesekali bersuara dengan nada rendah.
"Hyung, ayah ada di bawah."
Si kecil mendadak gusar mendapati ayahnya dan beberapa orang di sampingnya berjajar seakan tengah menunggu sesuatu. Tangannya mulai gemetar menyadari kalau dia berada di tempat yang salah.
"Ssst!. Kookie tidak perlu takut. Karena kakak akan selalu melindungimu. Kakak kan sudah besar."
Junggi mengusap pelan kedua tangan si manis, mencoba mengusir ketakutan yang selalu menghinggapi adik kecilnya tiap dia menjumpai ayahnya sendiri. Ya, sebuah fakta menyedihkan dimana hanya ada satu tempat di hati sang ayah terhadap si kembar. Mereka yang seharusnya mendapat kasih sayang yang sama, nyatanya tidak. Hanya ada junggi untuk ayah Jeon. Sedangkan jungkook, mungkin sang ayah bahkan tidak tau namanya. Karena semenjak dia terlahir, namanya tak pernah disebut oleh sang ayah.
"Tidak. Kookie tidak mau hyung di pukul ayah. Kookie harus pergi. Kookie tidak boleh disini."
Bukannya membiarkan jungkook pergi, junggi justru memeluk si kecil dengan erat. Ia enggan membebaskannya meski jungkook berontak. Hatinya berdenyut sakit mendengar pertanyataan sarat akan sayang dari adiknya.
Seharusnya junggi yang mengatakan itu. Dia yang tak ingin melihat adiknya di pukuli sang ayah. Dia tak ingin adiknya kembali terdiam menahan sakit tiap mendapat pukulan agar sang ayah tidak bertambah marah dan berakhir dia akan mendapati adiknya sekarat di dalam ruang pengap bernama gudang yang dijadikan sang ayah tempat untuk menampung jungkook.
"Kenapa harus kembali kesana, dek?. Kamar kakak cukup besar untuk kita berdua. Kookie jangan pergi."
Jungkook akhirnya terlepas dari pelukan sang kakak, satu ringisan keluar tak bisa di cegah saat junggi memeluk si manis begitu erat, tanpa ia sadari jika satu sisi tubuh adiknya masih menyimpan memar kebiruan.
"Ugh! Kakak ini bagaimana?. Ayah kan sudah kasih kita kamar satu-satu. Kenapa aku harus terus disini?. Yang ada nanti kamar hyung jadi sempit. Mana kakak masih suka ngompol. Aku tidak mau pagi-pagi bajuku basah bau pesing pipisnya kakak."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEALER
Fiksi PenggemarJangan tertipu dengan keceriaan nya. Apalagi dibodohi dengan mulut cerewetnya. Karena anak itu penuh teka teki yang keluarga nya sendiri kualahan untuk mencari tau jawabannya. Semoga mereka tak kehabisan waktu untuk menolong kelinci kecil mereka.