Kakak gue gila.
Kadang malam-malam dia sering teriak sendiri di kamarnya.
Dulu karena gue masih kecil, gue kira kakak gue hanya main-main.
Hingga waktu gue berumur lima tahun, dia mengajak gue bermain di kamarnya. Awalnya gue kira dia kesepian makanya gue mau-mau aja.
Tapi perkiraan gue salah, dia mengeluarkan pisau yang dia simpan di balik bantalnya dan hampir membunuh gue.
Semenjak itu gue ada trauma dengan pisau dan darah. Setiap kali gue melihat pisau, gue langsung kepikiran bagaimana rasanya benda itu menancap di tubuh gue.
Bahkan waktu gue melihat pembantu gue sedang memotong buah buat gue, gue teriak-teriak ketakutan.
Orang tua gue sempat putus asa gimana cara menyembuhkan trauma gue, gue juga sudah beberapa kali periksa ke psikater.
Psikater itu bilang, gue bisa menghilangkan trauma gue perlahan dengan melakukan hal yang menenangkan.
Seperti bermain musik contohnya.
Semenjak itu orang tua gue menyuruh gue mengikuti les piano terbaik di kota. Untungnya gue juga berbakat dalam hal itu.
Lama-kelamaan, trauma gue menghilang perlahan. Meskipun terkadang tangan gue bergetar dan keringat dingin ketika melihat itu, gue masih bisa mengkontrolnya.
Berkat les piano dan ketekunan gue dalam latihan juga, gue jadi berkali-kali meraih prestasi.
Hampir tiap lomba di kota ini bisa gue menangkan.
"Kakak..." Badan gue membeku. Kakak gue membuka pintu rumah gue dengan tangan yang berlumuran darah.
Tangan gue bergetar, keringat dingin bercucuran di badan gue. Untungnya mama gue saat itu lagi di rumah, dia langsung menghampiri kakak gue dan reaksi kakak gue malah..
"Hihihi, mama~ Aku baru saja membunuh orang yang bikin aku jatoh kemarin"
Ekspresi kakak gue menunjukan kesenangan, sama sekali gak ada rasa takut dan sedih. Bertahun-tahun dia menjalani pengobatan yang lebih lama dari gue serasa sia-sia.
Semenjak itu kakak gue terpaksa homeschooling dan tiap minggu rutin terapi ke dokter.
Hingga sekarang.
Sayangnya kakak gue ini pintar, selalu ada aja cara agar dia bisa kabur dan balik-balik ke rumah dengan tangan berlumuran darah. Polisi juga waktu itu sempat menggeledah rumah gue dan kakak gue pernah di penjara selama 2 tahun.
Entahlah orang tua gue nyogok atau engga, yang pasti menurut gue hukuman 2 tahun itu terlalu kecil buat orang yang sudah membunuh 7 orang.
Mungkin karena kakak gue punya kelainan mental, makanya hukuman itu diringanin. Gue kurang tau juga soal ini.
Selama 2 tahun itu gossip itu tersebar di SMP gue, gue sempat dijauhi dengan teman sekelas gue karena ini.
Mereka takut kalau mereka dekat-dekat dengan gue, mereka akan senasib dengan orang-orang yang dibunuh oleh kakak gue.
Hingga saat itu, gue sedang bermain piano sendirian di ruang musik waktu istirahat. Tanpa gue sadari, ada orang yang memerharikan gue bermain piano.
Saat lagu yang gue mainkan sudah selesai, orang itu mengagetkan gue dengan tepuk tangan lalu langsung menghampiri gue.
"Gila, lo keren banget" Puji orang itu.
"Ehm.. Siapa?" Gue sama sekali gak kenal orang itu, tapi wajahnya entah kenapa familiar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who's The Killer? | X1
Mystery / Thriller"who's the killer?" "the killer is one of us" 𝕤𝕥𝕒𝕣𝕥 : 𝟚𝟠/𝟘𝟡/𝟚𝟘𝟙𝟡 𝕖𝕟𝕕 : 𝟙𝟚/𝟘𝟙/𝟚𝟘𝟚𝟘