All About You : Chapter 11

409 40 8
                                    

Lembar demi lembar tisu di ambil dari tempatnya, mengusap kening yang tak henti mengeluarkan keringat akibat terlalu lama bergelut pada pekerjaan yang tak kunjung usainya.

Terlihat bahwa di seluruh sudut meja, hampir tidak ada satupun yang lepas dari benda lembut, penyerap air itu.

Setiap 10 detiknya, keringat mengucur deras meskipun sudah di lap berkali-kali. Tidak tanggung, satu kotak penuh tisu baru, habis olehnya.

Namun pekerjaan seolah tak kunjung usai.

Ia sombong. Menganggap bahwa bantuan orang lain tidaklah penting saat dirinya masih bisa duduk di balik meja kebesarannya.

Dirinya juga munafik. Berteriak bahwa ia bisa mengatasi padahal nyatanya tak sampai satu jam bertempur dengan layar netbook yang menyala, pening sudah mengganggu konsentrasi.

Sebenarnya ia bisa melakukan hal tersebut, namun bukan berarti untuk saat ini. Dulu adalah masa dirinya berjaya dengan tangan sendiri, akan tetapi tidak untuk sekarang.

Dimana Jae Un sudah memasuki kepala 5. Bisa di katakan bahwa ia masih sanggup memegang sendiri kendali untuk perusahaan, itupun jika tak memiliki masalah kesehatan apapun.

Jae Un berbeda. Dirinya memiliki riwayat penyakit asma sejak umur 10 tahun dan sekarang tubuhnya bisa saja perlahan sedang di gerogoti oleh penyakit lainnya.

Entahlah. Nyatanya ia sendiri terlalu cuek untuk memikirkan hal tersebut.

"Sajangnim, aku akan menyelesaikannya untukmu. Jika tidak, apa aku harus memanggil daepyeonim ke sini-?

"Untuk apa membahasnya di sini? Dia sudah tidak menuruti kata-kataku yang artinya anak itu sudah tidak lagi ada hubungan denganku." Tae Woo memberanikan diri untuk menatap langsung pria yang masih duduk melihat ke arah netbooknya itu.

"Baiklah jika begitu izinkan saya yang menyelesaikan berkasnya. Sajangnim sudah lelah dan bahkan terlihat tidak begitu sehat saat ini. Saya akan menyerahkan hasilnya satu jam lagi pada staff anda." Pria bermarga Choi itu dengan sabar masih menunggu, meskipun sudah berkali-kali di tekankan bahwa atasannya tersebut sama sekali tak membutuhkannya.

Keras kepala dari Jae Un sudah bisa dirinya hafal. Ia tidak ingin lebih di salahkan jika menuruti kata-kata Jae Un, kemudian situasi lebih buruk justru akan menyudutkannya.

Matanya berbinar, sembari mengelus dada yang terasa lega saat melihat respon Jae Un mengangguk pelan.

Pria paruh baya itu mulai membenahi pakaiaan serta mengenakan jasnya kembali. Tae Woo dengan sigap membantu Jae Un untuk berdiri serta menuntunnya keluar dari tempat tersebut.

"Selagi aku masih bisa mempercayakannya padamu, kau harus menjaga itu dengan baik. Aku akan pulang dan beristirahat." Tae Woo mengangguk kemudian membungkuk, memberi hormat pada Jae Un.

Nafasnya terhembus lega saat sang atasan mau mendengar nasihat darinya yang biasanya akan ia abaikan begitu saja. Namun Tae Woo kembali mendesah saat harus membersihkan sampah yang di tinggalkan Jae Un sebelum pulang.


*****


"Ya! Buka pintunya dan biarkan aku masuk." Ujar Wendy yang sudah satu setengah jam tak lelahnya berdiri di balik pintu kamar Irene yang terkunci.

Ia tak mendapat sahutan apapun dari dalam selain hanya mendengarkan isakan tangis pilu, tak kunjung henti dari gadis itu yang bahkan sudah menangis sejak kemarin.

Irene seolah benar-benar kehilangan harapan yang dirinya punya. Percuma jika ia berusaha sekuat apapun sekarang, inilah yang terjadi. Yoong, sahabat sekaligus pria di mimpi Irene sudah menenggelamkannya ke dasar sungai.

All About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang