2

19K 436 6
                                    

Sial wajah itu tak juga pergi dari benak Arjuna, wajah yang hampir setiap hari di lihatnya tak lagi sama sejak siang tadi, ada yang baru dan tak bisa dia abaikan dari wajah itu, Lusi adalah wanita yang cantik dan cerdas siapapun tahu itu bahkan ayahnya kerap kali memuji ketangkasan dan kelihaian lusi dalam menangani banyak hal di dalam perusahaan, sempat ayahnya berujar sedikit lagi di asah, bahkan lusi akan sanggup memimpin salah satu anak perusahaan Jatayu Group. Tapi bukan hal itu yang membuat Arjuna gelisah, ada hal yang lain yang bahkan arjuna sendiri tak mampu untuk menjelaskan. Mungkin sedikit olah raga malam bisa meredakan perasaan fikir Arjuna.


Siapa yang menyangka deru angin malam di pinggiran pantai ternyata mampu menyegarkan isi kepala dan hati yang sedang berkecamuk, sambil berlari kecil di jalan setapak antara hotel dan pantai matanya sesekali mengarah pada debur ombak yang saling berpacu menuju bibir pantai, dan tepat saat itu matanya menangkap sosok lusi yang sedang duduk di atas sebuah bangku, tatapannya lurus menuju laut lepas, seperti sibuk dengan dunianya sendiri Lusi tak menyadari Arjuna yang sudah duduk di sebelahnya.

"kamu belum tidur?"

Lusi tersentak kaget

"pak maaf handphone saya sedang di carge, bapak cari saya?"

Ujar lusi kaget mendapati arjuna yang sudah berada di sebelahny

"enggak, saya sulit tidur jadi saya fikir udara malam mungkin bisam membuat saya santai dan cepat tidur, kamu sendiri?'

Gadis ini luar biasa cantik, bahkan jauh lebih cantik saat ini, saat wajahnya tersorot sinar bulan purnama. Ada apa dengan mataku selama enam tahun terakhir ini rutuk Arjuna dalam hatinya.

...............

Lusi butuh udara segar, kepalanya di invasi Arjuna muis, sepanjang perjalanan pulang menuju hotel lusi hanya diam tanpa sepatah katapun, sibuk mengontrol pikiran liarnya tentang sesuatu di balik kemeja biru muda itu, ini kali pertama dalam hidupnya lusi di buat gila oleh tubuh laki laki, bahkan sebelum ia melihatnya, di mata Lusi Arjuna muis laki laki yang bahkan hampir seluruh isi lemarinya lusi hapal, jangankan hanya kemeja bahkan hingga pakaian dalamnyapun lusi yang membelinya, hanyalah bos yang gila kerja, tentu saja siapa yang bisa menyangkal wajah tampan dan tubuh atletisnya, jangankan para wanita di kantor pusat Jatayu Group ,saat makan siang bahkan café dan bistro di lantai satu penuh oleh Barbie gedung sebelah, mereka berharap suatu hari Arjuna mungkin akan melirik kepadanya, dan Lusi tak mau jadi bagian dari Barbie Barbie itu. Malam ini ternyata bulan purnama, pantas saja angin malam begitu kencang menerpa kulitnya, bahkan dress panjangnya sedikit tersingkap dideru angin laut, Lusi memutuskan duduk sambil menatap deburan ombak, tak biasanya ombak di pantai ini sebegitu besarnya, suara pecahan ombak yang saling bertabrakan membuai fikiranku hingga ...

"kamu belum tidur?"

Ini gila fikirku, bahakan tuhan tak memberi jeda untukku menenangkan fikiran.

"pak maaf handphone saya sedang di carge, bapak cari saya?"

"enggak, saya sulit tidur jadi saya fikir udara malam mungkin bisam membuat saya santai dan cepat tidur, kamu sendiri?'

Oh tuhan kenapa kau bawa dia kepadaku, rintih Lusi dalam hati.

"ada yang bisa saya bantu pak"

Jawabku sekenanya, apa lagi yang harus aku katakana dalam situasi seperti ini? Dia bosku rasanya aku ingin berteriak sekencang kencangnya menuding jari ke batang hidungnya "saya juga sama pak gak bisa tidur karena terbayang bayang dada dan punggung bapakaa"

"segelas anggur sepertinya bisa bantu saya lus"

"baik pak saya pesankan"

Sudah cukup terganggu dengan isi kepalaku sendiri akhirnya aku memutuskan jalan di depan mendahului bosku.

Tak lama seorang room servent datang mengantar sebotol anggur dan pergi setelah membuka botol lalu menuangkannya.

Situasi ini canggung fikir lusi, bosnya terus menyesap gelasnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, sejujurnya lusi bukan tipe wanita peminum, namun kali ini ia butuh wine untuk menenangkan hatinya dan tiba tiba

"lusi, saya gak pernah dengar kamu pergi berkencan?"

"pak dengan siapa saya bisa berkencan kalau bahkan jam tiga subuh bapak telpon saya hanya untuk menanyakan agenda bapak!"

Hening sesaat, sepertinya wine ini terlalu menenangkan sampai bahkan terlalu tenang dan santai mengeluhkan sikap bosku.

"tapi saya bersyukur pak, setidaknya bos saya bukan laki laki tua, walau bapak terlalu serius untuk laki laki usia tiga puluhan"

Oh tuhann lusi jaga mulutmu batinnya sendiri

"bapak punya wajah yang tampan dan tubuh yang bagus"

fated to be with you (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang