Dua minggu Lusi tak masuk kerja, luka di telapak kakinya sudah mulai mengering, sempat terbesit untuk mengundurkan diri, namun ia mengenal Arjuna dengan baik, laki laki itu tak akan melepaskannya begitu saja, dokter dan perawat rutin datang setiap sore hari merawat dan mengganti perban di kakinya, sesekali Arjuna datang, menyiapkan makan lalu pergi meninggalkan Lusi sendiri."sepertinya sudah bisa lepas perban mungkin sekitar tiga empat hari lagi sudah bisa di pakai berjalan seperti biasanya"
sore ini dokter Fathur kembali datang untuk mengecek kondisi luka di kaki Lusi, dalam empat hari kedepan sudah tak ada alasan untuk tak berangkat ke kantor.
..........
Lusi sudah bersiap berangkat saat terkejut melihat isi lemari sepatunya yang berubah, tidak ada satupun sepatu berhak tinggi yang ia temukan, yang tersisa hanya beberapa sepatu flat yang ia tak pernah beli sebelumnya, Arjuna pasti pelakunya, mendadak ia muak dengan prilaku Arjuna.
ponselnya berdering
"bu Lusi saya di bawah, bapak bilang saya sekarang supir pribadi ibu"
"pak Moko, saya punya kendaraan sendiri dan saya bisa menyetir, bapak boleh pulang hari ini, biar saya yang bicara dengan bapak"
Lusi memutuskan sambungan telepon nya, awalnya lusi akan memesan taksi untuk berangkat ke kantor, karena rasa nyeri masih terasa saat ia berjalan, namun Arjuna akan terus memaksanya menggunakan supir bila tahu ia belum bisa mnyetir sendiri maka ia menuju basemant menahan perih di telapak kakinya karena menekan pedal gas.
Persiapan ulang tahun Jatayu sudah dekat semua sibuk dengan persiapan acara besar itu, tidak setiap tahun hari jadi perusahaan di rayakan maka tak herat semua orang di buat sibuk bukan kepalang, ada untungnya bagi Lusi dia tak jadi fokus semua orang seperti dua minggu yang lalu.
"kenapa menolak di jemput pak Moko?"
"saya gak nyaman pak"
"kalau begitu pak ujang"
tatap Arjuna tajam, ia tau masalahnya bukan siapa yang menjemputnya, ini bentuk protes Lusi pada keputusannya.
"terima kasih pak, saya punya mobil sendiri jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer"
"Lusi saya mohon"
"saya juga mohon pak, kita sudah gak ada hubungan apapun jadi biarkan saya kerja dengan tenang"
suara lusi meninggi,emosi yang sudah terpendam mulai menguar, air mata sudah tak terbendung, seluruh mata di ruang sekertariat menatapnya, bahkan kartika sedikit berlari menghampiri Lusi dan memeluknya, Lusi menangis sejadi jadinya dalam pelukan Kartika, david menyusul dengan tisu di tangannya, di susul oleh staff lain yang mendadak memenuhi meja kerja Lusi.
Arjuna mundur beberapa langkah, Lusi yang kuat, Lusi yang tegar kini seperti lapisan es tipis yang siap pecah kapan saja, sementara semua tim sekertariat menatap ke arahnya penuh tuduhan, tak ada seorangpun yang berani menuding Arjuna terang terangan, namun Arjuna sadar semua menatapnya dengan rasa marah yang tak tersalurkan.
...................
seorang wanita muda berjalan santai dengan suit pink pastel di padu sepatu kets onitsuka tiger, ia menatap ramah ke arah Lusi yang sedang menyiapkan laporan akhir pembebasan lahan untuk proyek pabrik Mr.Takeda
perempuan itu tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya mengajak bersalaman, Lusi yang kaget serta merta berdiri menyambut uluran tangan itu"saya Shanti, kamu ada waktu sebentar saya mau ajak kamu minum kopi atau teh sebentar"
Shanti jelas bukan wanita yang Lusi bisa benci, justru sebaliknya ia gadis biasa yang ramah dan cukup menyenangkan kalau saja Shanti bukan wanita yang akan merebut Arjuna nyaris Shanti masuk dalam wanita favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
fated to be with you (TAMAT)
Romancelusi: aku mencintainya sepenuh hati namun latar belakang keluarga yang berbeda membuatku tak berani menaruh mimipi terlalu tinggi, arjuna terlalu jauh untuk diraih, dicintai oleh lelaki yang menjadi mimpi banyak wanita sudah lebih dari cukup. arjuna...