Sudah satu minggu Jimin di rawat di rumah sakit dimana tempatku bekerja, dia sudah benar-benar merasa sangat bosan. Sebenarnya dia memikirkan pekerjaan nya di kantor yang pasti terbengkalai tanpa diri nya.Jimin memang seorang CEO muda di perusahaan properti milik keluarga nya."Situasi ini benar-benar sangat membosankan, kepalaku justru semakin mau pecah", gerutu nya kesal.
Jimin berjalan perlahan mendekati sebuah jendela yang telah terbuka dan mencoba menghirup udara pagi yang menyeruak di sela-sela viltrase berwarna putih transparan, pandangan nya kosong tak bertujuan, dia benar-benar merasa sendiri. Park Jimin memang kini hidup sendiri di Seoul semenjak kedua orang tua nya meninggal saat dia berusia 23 tahun dan sebenarnya dia juga mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Park Yoon Soo yang kini berusia 34 tahun dan tinggal di Daegu bersama paman dan bibi nya, namun sudah lama hubungan kedua saudara ini tidak terjalin dengan baik, hanya sesekali saja Yoon Soo mengunjungi Jimin itupun untuk meminta uang dan kebutuhan hidup nya.
Seperti nya Jimin benar-benar telah terhanyut dalam lamunan nya karena saat aku mengetuk pintu dan masuk ke ruangan nya dia sama sekali tidak menyadari nya.
"Selamat pagi Tuan Jimin", sapaku membuyarkan lamunan nya.
Jimin sempat terkejut namun akhir nya tersenyum melihat ke arah ku.
"Apakah kau baik-baik saja? Kau terlalu menikmati lamunanmu sampai tidak menyadari kehadiranku", ucapku tersenyum sembari mendekati nya dan Jimin pun perlahan berjalan menuju tempat tidur nya karena aku akan memeriksa keadaan nya.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya merasa bosan disini, aku ingin menghirup udara pagi di luar sana, apakah kau bisa menemaniku?", tanya Jimin dengan tiba-tiba dan nada yang seakan menuntut.
"Jadi kau merasa bosan disini, baiklah kalau begitu aku akan menemanimu Tuan muda", balasku terkekeh dan membantu nya untuk duduk di kursi roda.
Sebelumnya aku tidak pernah memperhatikan pasienku sampai sejauh ini, namun entah mengapa aku bisa dengan tiba-tiba mengiyakan ajakan pria yang memiliki eye smile menggemaskan ini untuk sekedar berkeliling halaman rumah sakit dengan kursi roda nya.
"Apakah kau sudah lama bekerja di rumah sakit ini, dokter?",tanya Jimin di sela-sela aktifitasku mendorong kursi roda nya menuju taman.
"Belum terlalu lama, mungkin baru sekitar satu tahun",balasku sembari menghentikan kursi roda nya di sebuah taman.
"Tolong jangan memanggilku Tuan, panggil saja aku, Oppa", ucap Jimin tersenyum dengan bibir nya yang sedikit pucat.
"Aku boleh memanggilmu, Oppa?", tanyaku dengan sedikit gugup.
"Tentu saja boleh, aku justru merasa tidak nyaman dari kemarin kau terus saja memanggilku Tuan",balas Jimin terkekeh.
Memang aku tidak bisa memungkiri nya, Jimin adalah pria yang tampan dan juga sexy. Dan untuk ukuran pria korea dia memang memiliki postur tubuh yang sangat ideal dan juga idaman semua wanita.
"Baiklah, kalau begitu kau juga tidak perlu memanggilku dokter, panggil saja Yoo soo ra", ucapku tersenyum.
"Anii" bukankah dokter adalah profesimu, jadi memang sudah seharusnya aku memanggilmu dokter, bukan",balasnya menggoda.Pria ini benar-benar sangat pandai menggoda.
"Kau ini!kalau begitu aku juga tidak akan memanggilmu, Oppa",ucapku lagi tanpa berani menatap nya.
Entah sudah berapa lama pandangan mata nya itu terus saja memperhatikanku, sungguh tatapan nya yang tajam namun tetap lembut itu membuatku jadi salah tingkah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
❤️ Serendipity ❤️ 🔞
General Fiction( No Copast, please) 😊😊😊😊 Park Jimin adalah CEO muda sekaligus seorang mafia berdarah dingin yang jatuh cinta pada dokter muda berusia 23 tahun bernama Yoo soo ra, mulai dari pertemuan yang manis hingga konflik pembunuhan sadis mewarnai kehidu...