11. My Destiny

285 14 8
                                    



Hari ini adalah tiga hari menjelang pernikahanku dengan Jimin tepat di hari ulang tahunnya yang ke 32 tahun. Ada perasaan gugup yang selalu mengganggu setiap aktifitasku akhir-akhir ini, aku dan Jimin sengaja tidak bertemu beberapa hari sampai hari pernikahan kami tiba. Sebenarnya aku sangat merindukan sosok nya yang selalu saja terngiang dalam fikiranku.

"Sebentar lagi kau akan menikah, mengapa kau masih saja bekerja, Soora?", tanya moonji yang membuyarkan lamunanku.

"Umm" besok aku sudah mulai cuti, hari ini aku hanya bertugas sampai siang hari saja", balasku dengan sedikit senyum.

"Apakah kau baik-baik saja, Soora?", tanyanya lagi.

"Aku baik-baik saja, aku hanya sangat gugup dan masih tidak percaya bahwa aku akan di persunting oleh pria seperti Jimin", ucapku sembari menggenggam kedua tangan moonji.

"Bukankah, itu hal yang sangat membahagiakan? kau bisa menikah dengan orang yang kau cintai dan orang yang juga sangat mencintaimu, Soora", balas moonji meyakinkanku.

Sejujurnya aku masih belum percaya jika hubunganku dan Jimin akan sampai sejauh ini, mengingat aku dan Jimin hanya butuh waktu sembilan bulan masa pengenalan hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Jimin bahkan belum memperkenalkanku dengan Hyungnya dan paman bibinya di Daegu,namun Jimin mengatakan mereka akan datang di pernikahan kami nanti, Ayah dan Ibu tiri juga akan datang satu hari menjelang pernikahan kami.

"Kau benar eonni, harusnya aku bahagia dengan semua yang akan aku lewati beberapa hari nanti ", balasku dan memeluknya, kurasakan moonji mengusap punggungku dengan lembut.

Aku memang sangat dekat dengan moonji, dan mungkin tidak ada rahasia apapun di antara kita berdua yang tidak kita ketahui masing-masing.

"Soora, aku harus segera kembali ke ruangan dokter Kim, hari ini dia ada jadwal operasi pasien di kamar 16, jika kau ada perlu apapun segera kabari aku saja lewat ponsel ", ucap moonji yang melepaskan pelukannya dan mencubit pipiku gemas.

Saat aku juga akan kembali ke ruanganku tiba-tiba saja ponselku berdering tanda sebuah panggilan masuk, aku fikir itu dari ayahku yang malam ini akan naik pesawat menuju korea. Tapi ternyata digaanku salah, itu adalah panggilan dari Jimin, Entah mengapa aku sangat senang dan juga sedikit terharu karena memang sudah beberapa hari ini Jimin tidak menelfonku, aku  benar-benar sangat merindukannya.

"Aku sangat merindukanmu, Soora",  ucap Jimin di balik telfonnya.

Beberapa detik aku tidak langsung menjawab ucapannya itu, aku menikmati suaranya yang khas dan juga terdengar sangat sexy.

"Ak-aku juga sangat merindukanmu, Oppa",  balasku parau.

"Jangan menangis sayang, aku tahu kau sangat merindukanku, lusa kita akan segera bertemu di altar bukan?", uca nya lagi dengan sedikit terkekeh. Dia semakin membuatku gugup.

"Umm" Kau jangan membuatku semakin gugup, Oppa", ucapku yang sedikit kesal karena Jimin mulai menggodaku.

"Malam ini ayah dan ibumu akan take off dari london, bukan ?", tanya Jimin.

"Iya, Oppa", balasku lagi.

"Hyung dan paman bibiku juga akan datang besok, mereka tidak sabar untuk bertemu dengan mu, Soora", ucap Jimin lagi.

Aku dan Jimin berbincang hampir setengah jam dan setelah itu kami menutup telfon kami, namun aku benar-benar sangat terkejut saat aku membalikan tubuhku ternyata ada dokter Kim Jungkook dan aku sempat menabrak dadanya yang bidang, ponsel ku pun terjatuh,Jungkook sempat menatapku beberapa saat sampai akhirnya aku menyingkirkan kedua tanganku yang masih berada di dadanya.

❤️ Serendipity ❤️ 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang