Chapter 8 : First Date

5 3 0
                                    


Semenjak Hanum menyandang sebagai pacar dari seorang Radit, banyak sekali gossip yang beredar bahwa dirinya memakai pelet karena cowok itu secara mengejutkan menyatakan cinta dengan hal yang bisa terbilang sangat manis itu. Bahkan Hanum saja masih ingat jelas bagaimana cara Radit menyanyi, berlutut, dan berakhir dengan menyatakan cinta yang belum pernah dilakukan cowok itu sebelumnya di depan umum. Rea, Kaifa, dan Jisya contoh nyata yang ditembak melalui via whatsapp.

"Re, kapan ya gue diputusin? Sumpah, kalo lama-lama gue pacaran sama dia bakal jadi bahan bulanan tuh para haus-haus gibah. Baru juga dua hari gue pacaran, gossipnya udah lain, gimana kalau gue sampe satu minggu. Bisa-bisa jadi bangkai gue!"

Rea dan Kaifa hanya bergidik mendengar omelan Hanum yang sepertinya menyesal menjadi pacar Radit. Padahal Hanum itu termasuk Anti Radit garis besar, entah angin apa yang merasuki cewek cantik itu sehingga menerima pernyataan cinta Radit dengan lantang. "Han, kok bisa sih lo nerima dia? Jangan bilang kalo lo udah lama suka sama Radit? Ngaku, ngaku!"

Hanum menganga mendengar ucapan Rea yang terdengar seperti menuduh dirinya. Sumpah demi apapun Radit bukan termasuk cowok tipikal Hanum, cowok itu sudah masuk dalam Blacklist Hanum yang dikategorikan sebagai cowok paling aneh, menyebalkan, sok ganteng, dan berspesies langka. Jika bukan karena Jisya, dirinya tidak akan menerima Radit sebagai pengisi hatinya. Penyesalan selalu datang diakhir.

"Ceritanya panjang, kalo gue ceritain dari A sampe Z gak bakalan kelar. " Jawab Hanum dengan malas lalu beralih menjatuhkan kepalanya ke atas meja. "Yaudah kalau gitu cicil aja dulu, ya kan Kai?" Kaifa mengangguk setuju sembari memeluk Rea dari samping.

Cukup lama Hanum bertahan dengan kondisi seperti itu, Rea selalu saja memberikan usulan yang menurut Kaifa tepat saat ini. Secara perlahan Hanum mendongakkan kepalanya dan akan mencoba menjawab pertanyaan mereka secara singkat. Bukan Rea dan Kaifa yang ia lihat, melainkan Radit yang tengah menopang dagu menggunakan kedua tangannya seraya mengedipkan sebelah matanya ketika mata mereka secara langsung bertemu.

"Lo ngapain kesini?!" Pekik Hanum dengan menjauh dari Radit. Dilihatnya Rea dan Kaifa yang berdiri tepat di ambang pintu entah sejak kapan itu sambil mengangkat kedua tangan setinggi bahu itu secara bersamaan. "Ngapain gue kesini? Mojok sama pacar gue- lah , masa iya gue mojok sama Pak Aspirandi kan gak lucu." Jawab Radit dengan santai mencoba ingin menyentuh pundak Hanum, tetapi dengan segera Hanum menangkis tangan Radit dengan kasar.

"Lo mau apa? Cepet bilang, jangan lama-lama. Gue gak mau waktu gue terbuang sia-sia!" Radit hanya terkekeh ketika perlakuan Hanum yang tak berubah sama sekali terhadapnya. "Gue mau kita.."

"Putus? Oke, gue setuju. Ayo sekarang  putusin gue." Potong Hanum dengan bahagia dan mendapat lengosan dari Radit. "Gue belum selesai ngomong! Gue mau kita nge- date. Pokoknya gue gak nerima penolakan, minggu ini kita nge- date, lo harus dandan yang cantik." Hanum membulatkan matanya begitupun dengan semua yang ada di dalam ruangan ini tak kalah terkejutnya ketika mendengar ucapan Radit. Ngedate? Yang benar saja!

Sebelum benar-benar pergi, Radit memberhentikan  langkahnya tepat di samping Hanum. "Oh ya, soal putus, biar gue yang nentuin. Lo nikmati kisah cinta kita ini, jangan lupa minggu ini. See ya!"

Hanum berteriak dengan keras dan melempari Radit dengan buku-buku di atas meja, membuat cowok itu berlari terbirit-birit disertai suara gelak tawa mengiringi kepergian Radit.

★★★

Radit duduk sembari mengoleskan selai rasa cokelat ke atas roti dengan perlahan, lalu meletakkannya di atas piring kecil dengan masing-masing segelas susu di sisi kanannya.

Hanum & RaditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang