Chapter 11 : Surat Cinta

9 1 0
                                    


Di sini Hanum sekarang. Beradu mata dengan Radit yang sepertinya menahan amarah entah apa yang menurut Hanum salah yang pernah ia lakukan semasa berpacaran dengan cowok itu. Sudah beberapa jurus yang Hanum keluarkan untuk mengusir Radit dari kelasnya dan tidak menjadi pusat perhatian teman sekelasnya dengan berbicara yang tidak-tidak mengenai mereka. Tapi sama sekali tidak mempan, bahkan membuat cowok itu semakin mendekat ke arahnya.

"Dit, lo pergi kek. Gak malu diliatin banyak orang?" Ucap Hanum nyaris seperti berbisik pada saat Radit mulai menatapnya sinis lebih dalam lagi. "Gue gak perduli, yang terpenting adalah, lo gak boleh deket sama si Mas-Mas itu. Oke?"

Hanum memutar bola matanya ketika mendengar pernyataan dari Radit. Yang benar saja dirinya harus menjauh dari sahabat kecilnya?

"Apa hak lo ngatur-ngatur gue?! Pacar juga bukan!" Radit mendecih lalu menghampiri Dendi yang tersenyum miring disertai alis yang terangkat dengan angkuh. "Pasti lo gak baca SMS gue, kan?"

SMS?

Terdengar suara kekehan dari Radit dengan melangkahkan kakinya mendekat ke arah Hanum lalu merangkulnya. "Gue tebak, pasti lo gak baca pesan gue? Huh, kebiasaan!" Celetuk Radit dan mendapat dengkusan dari Hanum. Tanpa bertele-tele, Hanum langsung merengoh saku seragamnya dan mengecek apakah benar cowok itu mengiriminya pesan.

RaBoy

Han,
Lo kenapa sih?!
Gue ke rumah lo ya?
Gue butuh penjelasan tentang si Mas itu!
Han!
Lo marah ya?
Han, gue tadi cuman becandaaa!
Happy anniversary satu minggu marmutkuu, maaf ya kena prank dari Carganmu  ini.

"Terus?"
"Kita gak putus lah! Lo cepet ambil hati banget sih jadi orang! Gue cuman becanda, gue belum selesai ngomong main putuus aja tuh telpon. Padahal gue pengen romantis bilang anniversary satu minggu kita," jelas Radit dengan panjang lebar membuat Hanum hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Gak pengen ngucapin anniversary yang telat itu?" Hanum membuang asal pandangannya lalu menyingkirkan tangan Radit yang hinggap di pundaknya. "Gak mau!" Jawab Hanum cepat lalu meninggalkan Radit yang tengah meneriakkan namanya secara lantang.

"HANUUUM... BUAH MENGKUDU, IKAN HIU.. I LOVE YOUU!!"

★★★

Radit menyenderkan badannya di sisi mobil sembari bersiul jika ada cewek melintasi dirinya dan berakhir salah tingkah dibuatnya. Matanya melirik ke arah arloji yang melingkar di tangan kirinya di balik kacamata hitamnya. Sudah hampir satu jam ia berdiri di sini menunggu Hanum yang tak terlihat batang hidungnya, ditambah lagi cuaca hari ini sangat terik sehingga membuat Radit mengeluh karena menunggu cewek berbadan mungil itu. Jujur saja, Radit paling tidak suka yang namanya menunggu.

Dilihatnya sebuah mobil sport  berwarna hitam melintasi dirinya dengan kecepatan sedang. Radit menggelengkan kepalanya sembari mencibir si pemilik mobil yang terlalu lamban membawa mobil. Jika dibandingkan dengan Radit, pasti orang di mobil itu akan kalah bertanding balapan dengannya. Walaupun Radit tidak pernah mengikuti balapan ilegal itu, tetapi dirinya mahir dalam tingkat tancap gas diatas rata-rata. Tak heran jika cowok berambut Mohawk itu selalu membuat Neli hampir jantungan ketika naik mobil atau motor bersama.

Ketika melihat si empu mobil, sontak Radit langsung melepaskan kacamata hitam yang sedari tadi dikenakan Radit.

"Han, Are you okay?"

Radit teringat akan cowok tempo hari yang sempat datang menjemput Hanum di sekolah. Tanpa babibubebo lagi, Radit langsung melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa seraya memasang kembali kacamatanya menghampiri cowok berkumis tipis itu. Tanpa permisi, Radit berdiri bersampingan dengan si Mas itu sembari melipat tangan di dada dengan mengangkat sedikit dagunya. "Lagi nunggu siapa? Hm?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanum & RaditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang