"Hanum sayang, kamu masih ingat Dimas kan? Anak Om Satrio. Dia akan menjadi guru Les Privat kamu."Hanum hanya acuh seraya memainkan iPad miliknya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Fadli dan Dimas. Cowok berbaju seragam SMA ini mulai melangkahkan kakinya sembari tersenyum menatap Hanum yang ia kenal tak seperti dulu, periang dan selalu saja ingin bersama dengannya setiap waktu. Tetapi sekarang, waktu merubah semuanya, Hanum tampak cuek kepada Dimas, lagaknya seperti tidak bertemu sebelumnya. Cewek itu masih asyik dengan benda berukuran lebar itu. "Hay, Han. Apa kabar? Kamu masih ingat aku, kan?"
Kontan Hanum langsung menolehkan kepalanya ke arah Dimas yang berdiri di hadapannya menatapnya tanpa minat. Dengan malas cewek berbadan mungil ini menganggukkan kepalanya dengan cepat seolah-olah pertemuan mereka cukup sampai disini lalu kembali menatap iPad miliknya. Merasa terjadi keheningan diantara Hanum dan Dimas, buru-buru Fadli duduk disamping Hanum dengan mengucapkan sesuatu yang Dimas tak dengar sehingga membuat Hanum menatap Dimas dengan tatapan tidak suka.
"Hanum gak mau guru Les Privat, Yah. Cukup Ayah yang buat Hanum tertekan, jangan ditambah lagi!" Fadli langsung menutup mulut Hanum dengan tangannya lalu membawanya masuk ke dalam dengan menutup pintu yang menyisakan Dimas masih berdiri di sana.
★★★Keesokan harinya, Dimas datang lagi ke rumah Hanum karena sesuai dengan permintaan dari Fadli untuk mengajar Hanum sepulang sekolah. Dimas cukup kaget dengan perubahan dari Hanum, kemarin cewek itu cuek dengannya, sekarang Hanum terlihat seperti Hanum yang dulu. Teman termanja semasa kecilnya.
Dimas mulai mengajarkan cara menghitung, sehingga membuat Hanum pusing dibuatnya. Terbesit rasa penasaran dari Dimas ketika melihat tangan cewek itu yang terlihat memerah dan bekas cakaran di lengannya. Seperti mengetahui dirinya ditatap, dengan cekatan Hanum menyembunyikan lengannya dibalik punggung.
"Itu, kenapa?"
"Oh ini, di cakar kucingku, Apiko."
"Lalu, yang biru ini?"Lagi-lagi Hanum terdiam sembari mengedarkan pandangannya kesana-kemari seperti mengintai ada apa tidak orang selain mereka. "Tapi kamu janji, jangan bilang ke siapa-siapa," Dimas langsung menganggukkan kepalanya lalu mendekat ke arah Hanum.
"Ini bukan di cakar kucing, tapi ini.."
"Lagi belajar ya?"Mendengar suara Fadli, Hanum langsung menjauhkan dirinya dari Dimas lalu kembali menunduk sembari menulis sesuatu, entah apa. Dimas terheran dengan sikap Hanum yang bisa terbilang sering berubah itu. Sebelum ada Fadli, cewek itu tampak semangat belajar walau sedikit kesusahan dengan pelajaran pertama yang ia berikan, tetapi semenjak kedatangan Fadli, Hanum memilih menunduk tanpa membuka suara sedikitpun dan terlihat.. takut.
"Kalau gitu, besok kita lanjut ya belajarnya. Jangan lupa PR nya," Hanum menganggukkan kepalanya lalu mengantarkan Dimas sampai teras dengan tertatih dan membuat alis Dimas bertaut. "Mas, aku panggil kamu Mas, ya?" Dimas terkekeh mendengar permintaan Hanum, cewek yang masih duduk di kelas VII SMP ini tampak tersenyum ke arahnya dengan tulus.
"Iya, terserah kamu deh," balas Dimas dengan mengusap puncak kepala Hanum. "Aku ada sesuatu untuk Mas," ucap Hanum seraya menyerahkan secarik kertas yang terlipat rapih. Dengan perlahan Dimas mengambil alih kertas itu lalu memasukkannya ke saku seragamnya.
"Dibaca ya?"
Dimas terkekeh lalu melambaikan tangannya ke arah Hanum dan mendapat lambaian balik dari cewek berwajah manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum & Radit
Teen FictionHanum Ashari namanya... Dia gadis paling menjengkelkan dan mengesalkan yang pernah ada. Tetapi, hanya dia yang mampu membuat seorang Radit Azkarajatma si biang onar ini jatuh hati dan berupaya mendekati dengan berbagai cara. Teruntukmu Hanum... Aku...