31. the end of Waiting

488 74 6
                                    

Langit melepaskan ciuman, namun tidak memberikan jarak pada bibir mereka. "Ini akan menjadi sarapan pertama aku setelah bangun tidur dan akan menjadi menu penutup saat akan tidur," ujarnya sambil mengusap bibir Senja.

♥ ♡ ♥

Tidak pernah terbayangkan dalam pikiran Senja, dia akan menikah di usia semuda ini. Terutama, pria yang akan menikahinya adalah seseorang yang sejak masih kecil selalu dia kagumi.

Menatap dirinya di cermin membuat Senja semakin yakin kalau ini nyata. Kebaya pengantin berwarna putih yang melekat di tubuhnya saat ini, serta hiasan melati di kepala, terlihat sangat mengagumkan.

"Kamu sangat mirip dengan Mama kamu," puji Rey yang sejak tadi sudah berdiri di belakang Senja, setelah Putrinya itu selesai didandani.

"Apa dulu Mama juga secantik ini, Pa?" tanya Senja. Dia bukan memuji dirinya sendiri, hanya saja di pantulan cermin dirinya terlihat berbeda setelah didandani.

"Ya, sama seperti kamu. Papa seperti melihatnya kembali dalam diri kamu," jawab Rey.

Senja mengubah posisi duduknya berhadapan dengan Rey. Dia memeluk pinggang Papanya itu dengan erat. "Makasih Pa, karena selalu mendukung semua keinginan Senja. Terutama karena Papa membuat Senja sama sekali nggak kehilangan sosok Mama, Papa menjadi keduanya sekaligus."

Rey mengusap punggung Senja, dia merasa sedih harus melepas putrinya itu menikah. "Kamu harus bahagi, sayang."

Senja mengangguk haru.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Langit terlihat sangat tidak santai. Berulang kali dia melirik jam dinding, berharap waktu segera bergeser di angka sembilan agar acara pernikahannya segera dimulai.

Meski kurang tidur, Langit tetap terlihat tampan dengan balutan Jas berwarna putih dan tatanan rambut rapi.

Langit menatap foto Senja di ponselnya. "Mulai hari ini, kamu nggak bisa kemana-mana lagi. Kamu cuma akan stuck di hati aku, nggak ada jalan keluar," ucapnya dengan mata menatap dalam-dalam.

Tok. Tok. Tok.

Langit mematikan ponselnya dan menoleh ke pintu. Raja tersenyum ke arahnya, kemudian masuk mendekati. "Bagaimana perasaan kamu, Lang?" tanyanya menepuk pundak Putranya itu.

"Lumayan gugup Pi," jujur Langit.

"Jangan terlalu di pikirkan, rileks aja. Senja dan rombongannya sudah on the way ke sini."

Langit mengangguk sambil menghembuskan nafas dengan tegas untuk mengurangi kegugupannya.

"Lang, apa Papi masih boleh meminta sesuatu sama kamu?" tanya Raja dengan sungguh-sungguh.

"Apa, Pi?"

"Sejujurnya, Papi masih sangat berharap kamu bisa meneruskan cita-cita Papi untuk menjadi Secret Agent. Papa ...."

"Akan Langit teruskan mimpi Papi itu," potong Langit.

"Kamu serius Langit? Apa kamu nggak punya rencana atau cita-cita lain?"

Langit menggeleng. "Langit cuma punya satu cita-cita dalam hidup ini, yaitu membahagian Papi dan Mami."

Raja begitu terharu mendengarnya, dia langsung memeluk Langit sebagai seorang Ayah yang merasa bangga pada anaknya. "Makasih Lang, Papi benar-benar bergantung pada kamu."

Keduanya melepaskan pelukan.

"Selama ini Langit selalu melihat Papi menatap foto-foto lama Papi saat masih menjadi seorang Agent. Dari mata Papi, Langit tau kalau Papi sangat merindukan pekerjaan itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja di Langit (Spin-Off RAJA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang