17. Mati Rasa

679 115 18
                                    

"Atau Jangan-jangan Tuhan sengaja kasih lihat ke elo, kalau kalian sudah dipasangkan dengan calon masing-masing. Biar lo berhenti berharap," ujar Monic sok bijak.

♥ ♥ ♥

Gelapnya studio di dalam bioskop membuat Senja cukup bisa menyembunyikan kegugupannya karena harus duduk bersebelahan dengan Langit. Hal ini sama sekali tidak diseting, terjadi begitu saja tanpa siapapun sadari. Bumi masuk lebih dulu ke kursi paling ujung, diikuti Senja. Kemudian Langit duduk di sebelah Senja, dan Zinnia terakhir di paling pangkal.

Film romance pilihan Zinnia yang super menguras hati itu seakan menambah ketidak nyamanan untuk Senja. Adegan ciuman yang ada di sana, membuatnya panas dingin dalam waktu bersamaan. Teringat akan yang pernah dilakukannya dengan Langit.

Senja tidak bisa fokus pada film, sungguh. Tampak jelas di matanya kalau Langit dan Zinnia sedang berciuman, tak sengaja terlihat saat menoleh ke samping kanan.

"Filmnya romantis banget ya, Senja." Bumi berbisik, mengodei.

Senja hanya tersenyum tipis, dia tidak terlalu melihat ke layar melainkan menunduk.

Saat tangan Senja hendak mengambil minuman di sebelah kanannya, saat itu juga Langit melakukan hal yang sama.

Deg!

Langit tanpa sengaja menggenggam tangan Senja, membuat mereka membeku dan saling tatap.

"Bego!" maki senja pada dirinya sendiri, tentunya dalam hati. Senja lupa kalau minumannya berada di sebelah kiri, bukan kanan. Bego kan?

"So-sorry," ucap Senja terbata. Dia buru-buru menarik tangannya dari genggaman Langit yang belum dilepaskan.

Langit biasa saja, ekspresinya terlihat membingungkan. Dia tetap menatap lurus ke layar, dengan bahasa tubuh yang santai.

Senja bertambah tidak nyaman. Dia tidak tahan lagi. Sudah berapa kali tangannya dan tangan Langit bersenggolan secara tidak sengaja. Senja mengomel dalam hati kenapa sandaran tangan kursi hanya dibuat satu? Apakah tujuannya memang agar penonton yang berpasangan bisa berpegangan tangan?

Oh, shit!

"Bumi, pulang yuk!" ajak Senja.

"Loh, kenapa? Filmnya udah setengah jalan, bentar lagi juga udah habis," ujar Bumi bingung.

"Nggak papa, aku udah nggak mood. Please..." mohon Senja memelas.

Langit mendengarnya, tapi pura-pura tidak perduli. Dia tau Senja merasa tidak nyaman karenanya. Sejak tadi, sikapnya memang terlalu dingin dan itu disengaja.

"Oh ya udah." Bumi pun menuruti. Dia mengecek barang-barangnya siapa tau ada yang ketinggalan. Lalu berdiri dengan sedikit membungkuk.

Senja juga ikut berdiri, dia tidak lagi menegur Langit atau pun Zinnia untuk berpamitan. Sementara Bumi sempat bicara pada Langit untuk pulang lebih dulu.

✰✰✰

Langit mengepal tinju, ada amarah yang sejak tadi dia pendam. Semoga Zinnia tidak sampai membuatnya harus melayangkan tinju itu ke wajah cantiknya.

"Lang, abis ini mau langsung ke apartemen aku aja?" tanya Zinnia setengah berbisik.

"Nggak," jawab Langit singkat.

"Loh, kenapa?"

"Ayo pulang." Langit langsung berdiri setelah mengatakan itu. Dia bahkan tidak menunggu respon dari Zinnia lebih dulu. Tadi, mood-nya masih baik-baik saja. Sekedar membelanjakan Zinnia bukanlah masalah besar baginya. Tapi karena melihat Senja, bersama Bumi pula, hatinya langsung terbakar.

Senja di Langit (Spin-Off RAJA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang