Forthright

2.1K 272 13
                                    

Berkata jujur, atau tidak sama sekali.
...

Kebingungan Jeyki semakin meningkat, ketika dia sudah menunggu hampir tiga puluh menit untuk mengetahui apa yang akan disampaikan Vante. Sedangkan pria yang memanggilnya seperti orang sakit tadi, hanya terdiam sambil memandangi foto pernikahan dirinya dan sang istri.

"Bro, what happen?" tanya Jeyki pada akhirnya.

Jeyki sadar, sepertinya ada yang tak beres dengan hubungan Vante dan Sally. Semenjak tadi pagi Vante datang ke studio, wajah tampan pria itu tampak kusut tak bergairah. Terlihat jelas ada lingkaran hitam di bawah matanya yang membuat Vante terlihat seperti zombie. Begitu kacau. Setelah itu, sepanjang waktu foto pernikahan mereka begitu menarik perhatian Vante sampai tak ingin beranjak sedikit pun. Jadi, wajar saja jika Jeyki menduga bahwa kekacauan ini ada hubungannya dengan pernikahan.

"Gue bingung," ucap Vante tanpa mengalihkan padangannya pada bingkai foto.

Senyum yang terukir dalam potret, menjadi tanda tanya besar di benak Vante. Keduanya tampak bahagia di sana. Layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Namun tak ada yang tahu kalau keduanya sama sekali tak menghadirkan cinta di sana. Vante pun tak paham mengapa bisa mereka berperan senatural itu.

"Apa pernikahan itu dikhususkan untuk dua orang saling mencintai?" tanya Vante tiba-tiba.

Jika bukan dalam mode serius, mungkin Jeyki sudah menyemburkan tawanya. Namun laki-laki itu dengan cepat menguasai dirinya untuk tidak tertawa. Apa sahabatnya itu tidak sadar bahwa Jeyki bukanlah orang yang berpengalaman?

Jeyki sudah menetralkan ekspresinya. Melihat wajah nelangsa Vante, membuatnya berpikir bahwa pertanyaan itu bukan pertanyaan main-main.

"Awalnya mungkin iya, tapi selanjutnya pasti iya juga," jawab Jeyki tak jelas sehingga membuat Vante menoleh dan mengernyitkan alisnya. "Gini maksud gue, pernikahan ini emang seharusnya terjadi pada orang yang saling mencintai, awalnya. Tapi, pada kenyataannya, nggak semua pernikahan terjadi sama orang yang saling mencintai, tapi... tetep aja cinta itu perlu ada walau nggak dari awal pernikahan. Kayaknya agak sulit, deh, hidup bareng dalam jangka waktu yang lama, tapi nggak saling mencintai."

"Lo ngerti nggak maksud gue? Gue bingung jelasinnya," ucap Jeyki setelah melihat respon Vante yang tak bersuara.

Jeyki yang sudah berteman dengan Vante sejak lama, tentu saja membuat Jeyki sedikit-banyak tahu tentang Vante. Termasuk perjalanan cinta. Rasanya kurang percaya saja, saat Vante memberitahunya bahwa dia akan menikah. Pasalnya, selama ini Vante tak pernah dekat dengan wanita manapun kecuali Sania, yang juga sahabatnya.

Mendengar cerita Vante tentang Sally yang baru ditemuinya pun, rasanya terlalu cepat pria itu memutuskan. Entah ada alasan lain apa, selain permintaan mamanya untuk menikah dengan Sally. Vante tak pernah menceritakan lebih detail. Pria itu hanya meminta Jeyki untuk mendoakan yang terbaik untuk kehidupannya.

Sebagai sahabat, yang dilakukan Jeyki hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik. Dia berharap, Sally memanglah orang yang tepat untuk sahabatnya, Vante.

"Gue nggak mau kehilangan dia," ucap Vante sedikit berbisik. Ada nada ketakutan dan keputus-asaan di sana. "Tapi, kita nggak saling mencintai."

"Lo nggak cinta sama dia?"

Vante terdiam beberapa saat, lalu mengangguk ragu.

Jeyki dibuat kebingungan oleh jawaban Vante. Lak-laki itu mengangguk untuk menyetujui bahwa dia tidak mencintai Sally, atau mengangguk karena mencintai istrinya. Ah, sepertinya Jeyki salah memberi pertanyaan.

If I Can't Have You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang