[Xtra] Extraordinary Woman

2.7K 240 34
                                    

Tidak semudah yang terlihat.

...

Vante menarik lengan Sally agar mengikutinya menjauhi Miguel yang sedang terlelap di ranjang. Tapi tetap, Miguel berada dalam pengawasan mereka. Vante hanya tidak mau anaknya terganggu dengan suara yang akan mereka timbulkan.

"Aku capek tau! Di Studio lagi hectic banget, belum lagi kliennya rewel. Sampai rumah lihat Uel benjol gini. Kok bisa sampai kecolongan gini sih? Kamu ngapain aja sampai Uel bisa jatuh? Kalau kamu nggak mau ribet, bilang! Biar aku cari babysitter buat Uel. Gini aja nggak becus," sembur Vante tanpa basa-basi. Kepalanya seperti akan pecah karena masalah yang datang hari ini.

Cukup! Sally sudah tak tahan lagi mendengar kata-kata menyakitkan dari mulut Vante. Sally paham kalau Vante lelah karena masalahnya, belum lagi melihat Miguel terluka. Tapi bukan berarti Vante bisa menjudgenya begitu saja.

Baik, Sally akui kalau dia salah karena teledor meninggalkan Miguel di kamar tanpa pengawasan. Sekalipun kondisinya sedang tidur. Dia hanya meninggalkan sesaat karena ada paket datang, namun begitu kembali ke kamar Miguel sudah terbentur dan menangis.

Bukan hanya Vante, Sally pun merasa terluka melihat anaknya begitu. Sally merasa sangat bersalah karena tidak mengawasinya dengan baik.

"Iya, ini emang salah aku." Salah aku karena nggak becus jadi ibu! Lanjut Sally dalam hati. "Maaf... tapi aku akan berusaha buat ngurus Miguel dengan tanganku sendiri."

Banyak kata pembelaan dalam diri Sally, tapi Sally rasa percuma jika dia menjelaskan di saat Vante tengah emosi seperti ini. Sally juga tak ingin omongannya melantur karena emosi yang dia rasakan.

***

Tak ada yang berubah dengan Sally setelah benjolnya kepala Miguel dua hari lalu. Beruntung tidak ada gejala lain akibat benturan itu. Bahkan benjolan di dahi Miguel sudah sedikit mengempes.

Sally masih melakukan kegiatan ibu rumah tangga seperti biasanya. Mengurusi keperluan Vante dan Miguel, memasak, beres-beres rumah, dan melakukan berbagai pekerjaan rumah yang tak ada habisnya, tentu saja sambil mengawasi Miguel yang kini sudah aktif merangkak dan mencoba berdiri.

Namun suatu yang beda adalah intensitas berbicara dengan Vante. Mereka akan berbicara seadanya atau sekadar menanyakan perkembangan Miguel. Hubungan mereka sedikit dingin dua hari terakhir.

"Mamam-ma." Bayi berusia sepuluh bulan itu sejak tadi tidak berhenti mengoceh. Miguel yang berada di gendongan Sally terlihat lapar, karena sedari tadi hendak berusaha menggapai makanan yang sedang dibuat Sally.

"Tunggu ya, Sayang."

Meski sudah menggunakan gendongan bayi, tetap saja Sally kewalahan menghandle pekerjaannya karena tangan Miguel turut aktif. Sebelumnya, Sally sudah menyimpan Miguel di kursi makan bayi, hanya saja bayi berusia sepuluh bulan itu tampaknya ingin berada di gendongan Sally.

"Nah, udah siap. Uel duduk dulu, ya?"

Sally memindahkan Miguel ke kursi makan bayi. Berlanjut dengan mengambil mangkuk bubur yang masih disimpan di meja. Miguel tampak bahagia melihat mangkuk berisikan bubur homemade buatan sang mama. Meski belum mengerti betul, mata bulat Miguel terlihat bersinar memandangi mangkuk itu.

***

"Hueks!"

Entah sudah ke berapa kali Sally memuntahkan isi perutnya. Makanan yang disantapnya tadi siang, semua keluar begitu saja, tak terkecuali. Kerongkongannya terasa pahit. Mual ini benar-benar mengganggunya, ditambah lagi dengan pening yang dirasakannya. Ah, jangan lupa, dengan demam yang sejak tadi sore turut andil.

If I Can't Have You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang