14. Bayangan Kin

1.3K 210 46
                                    

Kin Dhananjaya
(Cinta dari dunia maya)

Bagian 14
Bayangan Kin

*

Pemandangan Pantai Losari dari kamar hotel, membuatku enggan beranjak dari tempat. Lagi lagi bayangan Kin hadir memenuhi kepala. Teringat semua janji dan harapan-harapan dulu. Sekarang, terasa mustahil bertemu dengan keadaan hati yang damai. 

Ponsel berdering mengejutkan. Adinata menelepon dan mengabarkan bahwa ia sudah cerita banyak pada orangtua dan adiknya tentang aku yang akan dikenalkan pada mereka besok. Satu sisi hati merasa bahagia dan berdebar-debar, tapi sisi lain keyakinan itu tak jua datang. Ragu dan entah perasaan apa lagi yang begitu mengganggu.

"Good night, My Love." Adinata mengakhiri teleponnya setelah kubalas seadanya. 

Pukul 23.30 dan seharusnya aku tidur, tapi membayangkan Kin sedang duduk di tepian pantai memainkan harmonika, membuatku ingin datang menemuinya. Kulihat suasana luar dari kamar hotel lantai sepuluh, sudah tidak terlalu ramai, tapi beberapa kendaraan masih berseliweran. 

Kuambil sweater dari dalam koper, kemudian keluar hanya dengan membawa tas selempang kecil berisi dompet dan ponsel. Suasana hotel, sudah cukup sepi jam segini. Aku berjalan menuju lift, turun ke lantai dasar. Sempat tersenyum sekilas pada resepsionis yang tadi bertugas, tapi dibalas senyuman tipis. Tak kupedulikan, dan terus berjalan keluar dengan langkah lebar. 

Angin bertiup sedikit kencang ketika pintu kubuka. Melipat kedua tangan di dada, dan mengembuskan napas panjang. Pantas saja Kin selalu mengenakan jaket saat di tepian pantai malam malam, ternyata angin laut dinginnya cukup menusuk. 

Lampu-lampu di sepanjang jalan dan bangunan-bangunan sekitar hotel, membuat suasana jadi terasa biasa saja. Padahal sudah tengah malam. Setelah menyeberang jalan, aku berjalan mengikuti jalanan arah masjid. Entah, aku tidak tahu pasti posisi Kin biasanya ada di mana.

"Mau ke mana?"

Sebuah suara mengejutkanku. Menoleh dan memastikan bahwa aku yang sedang ia tanya. 

"Farzan?" Lelaki itu berjalan dengan kedua tangan masuk ke saku jaket jeans. 

"Mau ke mana tengah malam begini?"

"Hm itu aku … hm gak bisa tidur." Aku menjawab gugup, karena tidak tahu lagi alasan apa yang harus kuberi. Bagaimana pula dia ada di sini?

"Kenapa keluar sendirian?"

"Ya pengen aja sih. Gak bisa tidur dan pengen liat-liat pantai Losari. Kamu sendiri ngapain di sini?"

"Aku lihat kamu tadi keluar dari hotel."

"Oh. Kamu gak pulang ke rumah? Atau tidurnya di hotel?"

"Pulang, tapi nanti." Farzan berjalan mendekat. "Mau jalan-jalan, kan? Mari kutemani." Dia berjalan lebih dulu, dan aku segera membalikkan badan. 

"Di sini dingin. Kenapa cuma pakai sweater tipis?" Farzan bertanya tanpa menoleh menatapku yang berdiri di sampingnya.

"Gak bawa jaket soalnya. Jadi ya seadanya."

"Kamu serius sama Adinata?"

Aku menoleh, menatapnya. "Maksudnya?"

"Seberapa jauh hubunganmu dengannya?"

"Hm?" Dahiku mengernyit. Mengapa rasanya seperti sedang di introgasi begini, ya? 

"Jangan suka memutuskan sesuatu dengan tergesa. Pikirkan berkali-kali benarkah hatimu untuknya?"

Kin Dhananjaya (Cinta dari dunia maya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang