12. Bimbang

1K 201 43
                                    

Kin Dhananjaya
(Cinta dari dunia maya)

Bab. 11
Bimbang

*

Mencoba mengenyahkan semua tentang Kin, dan menerima lelaki yang jelas nyata di hadapan. Adinata, walau wajahnya terus mengingatkanku pada Kin, tapi takdir telah membawaku padanya. Apa salahnya jika sedikit saja membuka hati untuknya?

Kubawa Adinata keliling di jalan Malioboro naik becak. Sepanjang perjalanan, ia bertanya banyak hal. Mengajak selfie dan tak segan meminta orang untuk memotret kami berdua. Adinata sangat menyenangkan, membuatku menjadi mudah nyaman hanya dalam beberapa menit saja.

Aku mengajaknya untuk makan di warung lesehan, tentu karena dia yang meminta. Bosan makan makanan restoran, bahkan katanya, dia sering nongkrong bersama dua sahabatnya menghabiskan akhir pekan berwisata kuliner di pinggiran.

"Doyan apa lapar?" Aku meledek Adinata ketika cepat sekali ia menghabiskan nasi lauk krecek. Lalu kembali memesan sate klatak. Sate dari daging kambing yang dibumbui garam lalu dibakar di atas arang. Yang membuat sate ini unik adalah alat tusuknya memakai jeruji sepeda dan disajikan bersama kuah gulai.

"Aku suka makanan Jawa tapi lebih suka sama gadi Jawa yang duduk di depanku saat ini."

"Gombal!" Aku memutar bola mata dan tertawa kecil.

"Kapan ada libur panjang?" tanya Adinata setelah tawanya reda.

"Hm, tidak tahu juga. Kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu ke Makassar."

"Hah? Ngapain?"

"Jalan-jalan dong, Azzura. Ke pantai Losari."

Aku hanya menyeringai tipis. Lagi-lagi hal itu mengingatkanku pada Kin.

"Pokoknya kalau ada libur panjang, kamu harus ke Makassar."

"Tidak bisa, Di. Aku kan belum kerja."

"Aku yang akan membayar ongkos pulang pergi. Kamu juga boleh ajak Talita."

"Jangan. Aku tidak terbiasa menerima apa pun dari orang lain, apalagi lelaki."

Adinata mencondongkan tubuh, wajahnya bertumpu tangan di atas meja, menatapku dengan seringaian tipis di bibir.

"Apa aku masih menjadi orang lain bagimu?"

Pertanyaan yang tak mampu kujawab. Untung saja pelayan datang membawa sepiring sate klatak. Aku menyuruhnya untuk tidak banyak bicara dan menghabiskan makanan lebih dulu, sebelum kuajak ia kembali berkeliling.

**

"Boleh nyanyikan satu lagu untukku?" bisiknya tiba-tiba saat kami berada di sekitar para musisi jalanan.

Aku mendongak, menatapnya dengan kernyitan di dahi. "Kamu tahu kalau aku bisa nyanyi?"

Adinata mengangguk. "Talita memberikan video-video saat kamu bernyanyi."

Aku menghela napas pelan. Sudah menduga pasti Talita telah bercerita banyak hal tentangku pada Adinata.

"Aku malu kalau harus nyanyi di hadapan kamu langsung," ucapku akhirnya dan mengalihkan pandangan.

"Satu lagu saja. Please." Adinata menyenggol lenganku. Aku mendongak, menatapnya yang sedang memainkan alis naik turun dengan tatapan memohon. Dengkusan kasar kukeluarkan bersama seringaian tipis.

Cukup dengan sekali lambaian tangan pada musisi yang sudah sangat kukenal, ia menyuruhku mendekat. Memberikan gitar padaku lalu menyingkir sejenak, untukku menggantikan posisinya, berdiri di depan banyak orang.

Kin Dhananjaya (Cinta dari dunia maya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang