Part 14 : Bu Guru Tercinta

21.8K 1.3K 62
                                    

Aku langsung berlari setelah keluar dari taxi. Pak satpam memberhentikan lajuku karena aku memakai baju biasa masuk ke sekolahan.

"Ada keperluan apa, Bu?" tanya pak Satpam. Beliau langsung terkejut begitu menyadari aku adalah mantan guru yang pernah mengajar di sekolah ini. Pak satpam itu hormat kepadaku dan mempersilahkan aku masuk.

Aku berlari tergesa-gesa menyusuri koridor sekolah sampai-sampai menabrak beberapa anak yang hilir-mudik di depanku. Semua siswa dan siswi menoleh ke arahku karena bingung melihat tingkahku. Tapi aku tidak peduli, yang kupikirkan hanyalah Reyhan.

Aku membungkuk karena kelelahan. Banyak siswa-siswi yang berbondong-bondong mengintipku dari balik kaca jendela. Karena risih, aku kembali berlari menuju ke kantor sekolah. Tampak di sana sudah banyak orang yang berkerumun mengerumuni sesuatu.

"Maaf, permisi!" Aku menyelinap masuk mendorong beberapa orang untuk menerobos kerumunan. Mencoba menghampiri objek yang membuat heboh semua orang yang mungkin adalah Reyhan.

Namun, tanganku ditarik sampai aku hampir terjatuh. "Salisah!"

"Bu Diva? Di mana Reyhan, Bu?" tanyaku setelah tau Bu Diva yang menarikku.

"Dia mengamuk memecahkan kaca jendela kantor karena pengen ketemu Pak Sarkani." Bu Diva menarikku masuk ke dalam kantor.

Aku membekap mulutku sendiri setelah melihat banyak guru-guru dan anggota OSIS memegangi Reyhan yang mengamuk dengan membabi buta. Bahkan pak Budi sampai terjatuh karena memegangi Reyhan.

"GUE BUNUH LO!!!" teriak Reyhan penuh ancaman kepada pak Sarkani yang duduk sambil menunduk di belakang Pak Wardi, Pak Giar, dan pak Yuda.

"Reyhan tenang!" Pak Kepsek mencoba menenangkan. Tapi, Reyhan tetap meronta-ronta ingin menghampiri pak Sarkani walaupun kedua tangannya sudah dipegangi oleh siswa-siswa anggota OSIS.

"DIA NGGAK PUNYA HATI! DIA PENJAHAT!! SANTI DAN SARKANI PENJAHAT!!!" teriak Reyhan penuh amarah.

"Lo bisa tenang nggak?!" Salah satu siswa yang geram meninju pipi Reyhan sampai berdarah. Reyhan menghela napas kemudian dengan sekuat tenaga memberontak sampai-sampai orang yang memeganginya terpental ke lantai. Dia menyusut darah segar yang berada di sudut bibirnya kasar. Kemudian melangkah mendekati Reyhan.

Aku berteriak saat Reyhan ditendang oleh pak Agung sampai jatuh tersungkur ke tanah. Tapi Reyhan masih mencoba bangkit dan menghampiri pak Sarkani.

"Cukup Reyhan, cukup!"

"Semua bisa dibicarain baik-baik."

Reyhan menatap ke arah pak KepSek dengan tatapan tajam. Siswa yang terjatuh tadi kembali mengunci tubuh Reyhan agar tidak bisa bergerak.

"Dibicarain baik-baik?" Reyhan tampak tersenyum miris. "Dia bukan orang baik-baik, Pak?! Orang kayak dia nggak akan mengerti perasaan orang lain!!" Suasana di dalam kantor tampak semakin mencekam setelah banyak anak-anak yang menerobos masuk ingin melihat. Bu Tania sampai kuwalahan melarang mereka.

Aku memutuskan untuk menghampiri Reyhan yang masih meronta-ronta ingin menghajar pak Sarkani.

"Reyhan tenang!" ucapku menangkup kedua pipinya. Dia sedikit kaget melihat kehadiranku.

"Aku ingin menghajar pak Sarkani!!" ucap Reyhan keras.

"Jangan! Dia gurumu!" Aku mencoba menenangkan.

"Aku bukan menghajar guruku. Tapi Sarkani!! Arghhh... lepasin!!" Emosi Reyhan semakin tidak bisa di kontrol. "JANGAN IKUT CAMPUR LO SEMUA, ANJING!!!"

"GUE PENGEN BUNUH DI..."

Cup!

Reyhan langsung terdiam setelah aku mencium pipinya. Dia tampak meneguk ludahnya dengan susah payah.

Salah JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang