"Pagi tak pernah datang tanpa harapan"
-Natasya Aprilia-
***
Raka bangun sangat pagi hari ini, ia tak bisa melupakan tanggal ulang tahun Lembayung. Ia tak bisa lupa dan mengabaikan hari ini begitu saja. Apalagi sang ayah sedang bertugas di Makasar, jadi tak bisa menemaninya memberi kejutan untuk Lembayung.
Raka bersiap dan membanggunkan semua orang yang ada di rumahnya. Mang Didit, Bi Desi dan Mbak Iroh sudah mempersiapkan kue ulang tahun sejak kemarin. Raka juga sudah membawakan kado yang ia dapatkan dari hasil tabungannya. Untuk mamahnya tak mungkin ia belikan dari jatah bulanannya. Tak ada istimewanya.
"Happy Birthday To You... Happy Birthday To you... Happy Birthday.. Happy Bithday Happy birthday to you..."
Lantunan suara itu membangunkan tidur Lembayung yang nyenyak dan dipenuhi mimpi mimpi yang indah. Mimpi itu terganti dengan kenyataan yang lebih menakjubkan. Orang orang disekitar Lembayung tak pernah merupakan hari kelahirannya. Meskipun Aris tak ada di sebelahnya, tapi kebahagiannya tak perah berkurang sedikitpun.
"Wahh Terimakasih, Mamah kira uadah nggak akan dirayain kan nggak ada papah di rumah" Ucap Lembayung sambil mencium pipi Raka yang memegang kue ulang tahun.
"Ini juga berkat bantuan Mang Didit, Bi Desi sama Mbak Iroh mah. Kan kemaren mereka yang buatin Kue Ulangtahunnya. Darma malah pergi" Jawab Raka.
"Makasih ya Mang, Bi, Mbak" Ucap Lembayung dengan tersenyum menatap para pekerja yang sudah ia aggap seperti keluarga sendiri.
***
Memberi kejutan pada Lembayung bukanlah hal yang akan membuat Raka Terlambat. Ia berniat berangkat sepagi mungkin hari ini, mengingat Raka adalah sosok yang memiliki banyak fans di sekolah ia tak mau berjalan melewati fansnya yang melirik dan mencuri pandang, bahkan memfotonya secara diam diam. Itu sangat tidak nyaman.
Sekolah dan rumah Raka memang agak jauh, ia harus mengendarai mobil hampir 13 km. Melewati setidaaknya 3 titik kemacetan dan rawan kecelakaan. Untungnya pagi ini cuaca sangat bersahabat, langit sudah mulai membiru. Sang Surya sudah menampakan dirinya, sungguh pagi yang indah.
Sesampainya disekolah ia merasa sebagai yang paling taat. Bagaimana tidak, rumahnya bisa terbilang cukup jauh. Tapi mobilnya selalu menjadi yang pertama menetap diparkiran.
"Good boy" ucapnya pada diri sendiri.
Raka melangkah meninggalkan parkiran dan berniat untuk langsung menuju kelasnya tapi kakinya membeku saat ia melihat Natasya sedikit berlari menuju kearahnya. Rambut panjang Natasya terurai dan tersapu angin menampah pesona wajah cantiknya.
"Kak tunggu" teriak Natasya.
"Cantik" Raka tak sadar mengucap kata itu.
Kata yang jarang ia berikan pada wanita. Bahkan Lembayung hanya mendapatkannya saat jatah bulanan Raka menipis.
Natasya mulai mendekat dan merasa lelah karena berlari untuk menghampiri Raka.
"Kak, buku gue ketinggalan di mobil lo nggak?" tanya Natasya.
"Buku apa?" Raka bertanya balik.
"Buku Fisika, tadi malem gue cari nggak ada" ucap Natasya.
"Nggak tau juga sih. Nanti pulang sekolah cari aja" jawab Raka.
Natasya agak geram dibuatnya. Raka seakan tak memperdulikannya. Apakah Raka menganggap Natasya seperti para fans nya yang hanya mencari perhatian? Kalau iya, Raka salah besar. Natasya memang mencari bukunya sejak tadi malam. Tak hanya mencari, Natasya sempat menangis saat tahu bahwa buku Fisikanya tak dapat ia temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natasya
Teen FictionTidak semua orang bisa berkawan dengan masalalu, tidak semua orang berani kembali dan meminta maaf pada kesalahannya sendiri. Natasya contohnya, ia tak akan pernah memaafkan masalalunya meski banyak orang memaksanya.