Part IX - Perlahan

57 2 0
                                    

Pagi ini Natasya memutuskan untuk berangkat ke sekolah, ia tak mau ketinggalan pelajaran lebih banyak, dan tak mau lebih lama rebahan di atas kasusnya. Natasya berangkat diantar oleh Rangga sampai kedepan gerbang sekolahnya.

"Om, Nana berangkat dulu. Nanti jemput ya hehehe" Natasya menyalami Rangga dan keluar dari mobilnya.

Rangga terkekeh melihat tingkah keponakannya yang lucu itu.

Natasya berjalan ke arah kelasnya, ia menunduk dan tetap berjalan lurus. Ia tahu banyak pasang mata yang melirik kearahnya. Tapi biarlah, ia tak terlalu mempedulikannya.

Sampai di dalam kelas Natasya hanya duduk di bangkunya dan mengeluarakan buku Fisikanya. Berkutat dengan rentenan angka yang dibenci semua orang adalah hobinya akhir-akhir ini. Katanya, mengerjakan soal fisika membuatnya merasa lebih berharga.

"Oi Na! Udah sembuh?" tanya Nindi yang tiba-tiba berada di samping Natasya.

"Udah mendingan lah" jawab Natasya tak menoleh, masih sibuk dengan soal yang ada di depannya.

"Olim ya kapan btw?" tanya Nindi lagi.

"Selasa depan"

"Lo nggak jadi panitia pentas seni dong?"

"Emang lo nggak dikasih tau ya" tanya Nindi sedikit terkejut.

"Gue males buka HP" jawab Natasya.

"Oh gitu" ucap Nindi sambil kembali fokus ke layar telponnya.

Natasya hanya menghela napasnya berat, menyadari bahwa pekerjaannya benar-benar tidak bisa ditinggalkan. Natasya benar-benar ingin istirahat dengan nyaman, setidaknya hanya memikirkan olimpiadenya.

Tak Lama berselang, Pak Aziz yang merupakan pembina Olimpiade menemui Natasya.

"Natasya, hari ini bimbingan saja. Kamu tidak perlu mengikuti pelajaran, saya tunggu kamu di perpustakaan" runtutnya.

Setelah melihat anggukan dari Natasya, Pak Aziz keluar dari kelas disusul Natsya dibelakangnya. Langkah Pak Aziz terlalu cepat, hingga Natasya hanya bisa berjalan jauh dibelakangnya.

Ditengah perjalanannya, iya melihat Rama yang sedang tersenyum kepadanya. Tanpa sadar, senyum sedikit terukir di wajah gadis ini. Rama terlihat berlari menyusulnya, berlari ala fake boy yang sedang mengejar cintanya.

"Udah sembuh? Mau kemana?" tanya Rama sambil menepuk pundak Natasya.

"Udah, mau bimbingan olim di perpus" jawabnya.

"Mau ikut"

"Emang nggak pelajaran?" kejut Natasya.

"Pelajarannya nggak penting, kamu lebih penting" jawab Rama.

Mereka kemudian tertawa ringan, entah kenapa Natasya benar-benar berubah. Apa Natasya mulai bisa menerima lelaki? Atau ia menganggap Rama sebagai temannya? Atau entahlah!

Langkah kaki mereka kini berhenti di depan perpustakaan. Natasya masuk terlebih dahulu kemudian disusul oleh Rama. Natasya duduk di sebelah Pak Aziz dan Rama di meja yang berbeda. Rama sepertinya tak ingin mengganggu bimbingan Natasya.

"Sudah siap?" tanya Pak Aziz.

"Apa hanya saya pak yang dikirim?" Natasya bertanya balik.

"Untuk mapel Fisika hanya kamu, karena menurut saya tak perlu banyak orang yang penting siap" jawab Pak Aziz.

"Iya pak, Insyaallah saya siap" ucap Natasya begitu yakin.

"Soal olimpiade tahun 2015 silahkan dikerjakan! Materi yang saya beri saya rasa sudah cukup. Waktu dua jam, jangan disia-siakan!" perintah Pak Aziz.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang