Kekuatan yang sesunggunya adalah dirimu sendiri
-Natasya Aprilia-
Suara bising mulai terdengar ditelinga Natasya. Mata sayunya mulai bisa ia buka, melihat dinding yang didominasi warna putih dan bau khas obat-obatan membuatnya sadar bahwa kini dirinya berada di tempat yang paling ia benci, Rumahsakit.
"Dokter!!! Natasya sudah sadar" Teriak Melsa.
Dokterpun datang dan mempersilakan semua keluarga untuk menunggu diluar. Dokter itu mulai memeriksa Natasya. Selang tak lama, Ia keluar dari dalam ruangan Natasya dengan senyum kecil di pipinya.
"Natasya sudah mulai membaik, ia tadi hanya kelelahan. Mungkin sedang setress memikirkan Bundanya. Untuk saat ini, jangan ada yang membicarakan Bundanya. Bicarakan hal yang baik-baik saja" Jelasnya.
"Apakah kami sudah boleh menengoknya dok?" tanya Rangga.
"Oh iya, tentu. Tapi ingat, jangan diberi beban pikiran"
Melsa dan Rangga kemudian duduk disamping tempat tidur Natasya, mereka tersenyum manis dan menanyakan kabar Natasya.
"Sayang, kamu udah enakan badannya?" Melsa membuka pembicaraan.
"Bunda mana?"
"Jangan dipikirin dulu ya, nanti kepalamu tambah pusing"
"Bunda udah pergi ya tante?"
"Bunda udah tenang sayang" Jawab Melsa berhati-hati.
Natasya tersenyum, ia bahkan lupa kapan terakhir kali Risma memeluknya. Ia bahkan lupa, kapan terakhir kali Risma menatap matanya. Keikhlasan jelas belum tergambar dalam raut wajah Natasya saat ini. Rasa marah pada siapa saja mungkin menjadi hal yang kini terlintas di pikirannya. Bagaimana bisa seorang yang dicintainya pergi untuk selamanya? Sungguh ini membuat mental Natasya sangat terpukul. Natasya memberanikan diri untuk mencoba duduk. Ia tak suka memandang langit-langit rumahsakit, itu hanya akan membuat gambaran Bundanya hampir terlihat jelas.
"Jangan banyak gerak dulu" ucap Rangga.
Rangga membantu Natasya untuk membenahi posisinya.
"Tante, om, ajarin Natasya buat ikhlas" Ucap Natasya sambil tersenyum.
Melsa dan Rangga tersenyum tulus. Mereka bersyukur, Natasya sudah mau mencoba ikhlas meski tak bisa sepenuhnya ikhlas.
***
Raka sepertinya sangat terkejut dengan kabar meninggalnya ibunda Natasya, ia tak mau ikut bersama rombongan SMA untuk berkunjung ke rumah natasya. Ia memilih untuk pergi sendiri pada malam hari, bukan maksud tidak sopan. Tapi, kalau mengikuti rombongan pasti ada Rama yang sok jagoan.
Raka mendengar bahwa Natasya masih belum bisa tersenyum sejak kepergian ibunya. Untuk itu ia bersiap membawakan buah-buahan dan makanan ringan untuk menghibur Natasya. Ia mengenakan kemeja putih bergaris dan celana panjang hitam. Lengkap dengan wewangian yang membuatnya terlihat mempesona.
"Huh" Racaunya didepan cermin.
Raka turun ke lantai satu rumahnya dan bertemu Lembayung dan Aris yang sedang menonton televisi. Meskipun berencana pergi mengendap-endap namun bau parfum milik Raka membuat orangtuannya kompak mencari asal bau harum tersebut,
"Darma mau kemana?" Tanya Lembayung sambil berjalan mendekati Raka.
"Ini bukan malam minggu lho, jangan pergi-pergi" Tambahnya.
"Hehe, mau kerumah temen mah" Jawab Raka terkekeh.
"Temen apanya kok serapi itu? pake bawa buah segala lagi. Pasti mau ketemu pacar kamu ya?" Goda Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natasya
Teen FictionTidak semua orang bisa berkawan dengan masalalu, tidak semua orang berani kembali dan meminta maaf pada kesalahannya sendiri. Natasya contohnya, ia tak akan pernah memaafkan masalalunya meski banyak orang memaksanya.