Keputusan Shakila

431 33 1
                                    

Assalamu'alaikum

Maafkan author yang sok sibuk ini yaa dan mungkin untuk next part juga bakalan telat karena author di kejar deadline 🙏


Selamat membaca 😊


"Percayalah, dia yang kamu tunggu, dia yang selalu kamu do'akan di setiap tahajudmu akan datang di waktu yang tepat"


"Sebelumnya om dan tante juga sudah mengetahui kedatangan kamu dari Shakila. Namun, tetap semua keputusan berada di tangan Shakila ya nak Haidar."

"Iya om"

Kemudian, Rahma meminta izin pada sang suami untuk memanggil putrinya di lantai dua.

Rahma berjalan menaiki tangga. Ia akan menemui putrinya di kamar. Sesampainya di depan pintu kamar Shakila, Rahma mengetuknya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran seorang gadis yang sedang duduk di kursi meja riasnya. Ia duduk tepat dihadapan cermin.

"Kila ?."

Shakila yang merasa namanya dipanggil, lantas menyahut.

"Iya bun, masuk aja."

Rahma yang mengira kamar putrinya tak dikunci, langsung saja melangkahkan kakinya memasuki kamar Shakila.

Tampaklah seorang gadis cantik yang mengenakan dress berwarna army dengan kombinasi rayon twill dan katun madinah sukses menambah kesan cantik bagi pemakainya.

Tak lupa, Shakila memoleskan krim vitamin pada wajahnya dan memoleskan bedak tipis. Ia juga memakai sedikit lip tint pada bibirnya.

"Sudah selesai dandanya sayang?,"tanya Rahma.

"Sudah bun. Baru aja selesai."

"Bismillah, semoga ini keputusan terbaik," batin Kila. Ia menarik napas dan menghembuskannya dengan pelan. Lalu menuruni tangga untuk menemui Haidar dan keluarganya.

Kini, Shakila sudah duduk di antara Rahma dan Fadhil. Jantungnya berdegup kencang. Bibirnya terasa kelu untuk berbicara. Ia benar-benar gugup saat ini. Namun, sebisa mungkin ia menutupi kegugupan itu.

"Kila, nak Haidar dan papahnya kemari untuk menyampaikan niat baiknya yaitu ingin mengkhitbah kamu,"ucap Fadhil.

"Keputusan ada di tangan kamu, Kila. Sebab kamu sendiri yang akan menjalaninya,"lanjutnya.

Shakila menarik napas pelan sebelum menyampaikan keputusannya di hadapan Haidar, papanya dan orangtuanya sendiri.

"Bismillah. Saya menerima khitbah dari Kak Haidar," ucap Shakila yang masih setia menundukkan pandangannya.

"Alhamdulillah," ucap mereka serempak kecuali Shakila.

"Mohon maaf Pak Fadhil, Bu Rahma. Bagaimana kalau pernikahannya dilaksanakan 2 hari lagi, mengingat permintaan istri saya yang sedang sakit. Ia sangat ingin menyaksikan pernikahan Haidar."

"Saya setuju Pak Daniya, bukankah niat baik harus disegerakan ? Ya kan bun ?."

"Betul Pak Daniya, saya pribadi tidak keberatan."

Shakila dan Haidar hanya bisa melongo pasrah mendengar pembicaraan orangtua mereka.


🌺🌺🌺


Aku dan Kak Haidar akan berusaha meluruskan niat kami untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam, salah satunya menikah.

Pernikahan tidak hanya menyatukan dua keluarga, tetapi juga dengan menikah berarti kita telah menyempurnakan separuh dari agama kita.

Aku pernah membaca sebuah hadist. Nabi shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka ia bukanlah termasuk umatku." ( HR. Bukhari [5063] dan Muslim [1401] )


Bersambung


Jangan lupa vote, comment dan share yaa..
Semoga bermanfaat

Wassalamu'alaikum

Seuntai Doa di Sepertiga Malam ( When The Heart Says )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang