Sudah sebulan Erna mengharapkan bertemu Mathias. Sejak pertemuannya terakhir dengan pria tampan suami Arini di pesta ulang tahunnya, Erna memimpikan pria itu di ranjangnya. Meskipun kenyataan mengatakan lain, dia harus tidur dengan di hidung belang kekasih Sari.Hanya untuk membalas dendam kepada sahabatnya yang tidak rela menolongnya dan sekaligus tempat tinggal gratis sementara sampai dia mendapatkan tempat tinggalnya sendiri.
Erna berpikir keras bagaimana caranya menemui Mathias. Dia tidak memiliki nomor teleponnya. Tidak mungkin Erna menghubungi Ben untuk menanyakannya, sudah lama Erna tidak bertemu dengan Ben. Sesekali dia mengambil barang-barangnya dan surat-surat di rumah Ben jika pemiliknya tidak ada.
Satu-satunya jalan untuk menemui Mathias adalah mengunjungi di rumahnya. Tidak ada alasan untuk takut ataupun malu bagi Erna menemui pria itu, apalagi Arini tidak di rumah. Ini adalah kesempatan yang tidak akan disia-siakan.
Hari itu Erna sudah merencakannya dengan teliti. Persiapan telah dilakukan. Malam itu dengan kereta Erna pergi ke Gouda dengan harapannya.
Sudah tiga minggu Arini di Indonesia. Mathias merindukan kehadiran Arini. Rindu ketika Arini meneleponnya hanya ingin mengatakan jam berapa dia pulang. Rindu dengan tawa istrinya yang akhir-akhir ini jarang sekali terlihat. Rindu ketika Arini menyakan ingin makan apa nanti malam. Rindu tidur disampingnya.
Tetapi Mathias bahagia mendengar cerita kebahagiaan Arini dari telepon. Hampir tiap hari. Arini sangat merindukan keluarga dan teman-temannya. Untuk itulah Mathias rela membiarkan Arini pergi.
Dua hari lagi istrinya yang cantik akan kembali kepadanya. Dan Mathias berharap Arini lebih siap menghadapi kehidupannya di Belanda.
Minggu malam. Mathias selesai lebih awal dari belajar. Jam menunjukkan pukul 20.00 ketika Mathias selesai makan malam. Cezar salad yang sudah jadi, yang dibelinya di supermarket. Tidak ada niat untuk memasak untuk dirinya sendiri. Dia menikmatinya dengan dua gelas red wine. Pundaknya terasa santai, alkohol telah sedikit bekerja.
Dituangkan lagi red wine ke gelasnya, dan membawa ke ruang depan dan menyalakan perapian. Mathias mendengar bel pintu berdering. Meneguk red wine lagi lalu dia meletakkannya di atas meja dan pergi membuka pintu.
"Erna!" seru Mathias tidak percaya dengan apa yang lihatnya.
Erna sesenggukan. Badannya menggigil kedinginan. Rambutnya basah karena hujan yang dua hari membasahi bumi negara di bawah laut ini. Mathias tersentuh hatinya.
Memapah Erna ke dalam rumah dan membantunya melepas jaketnya yang basah kuyub dan meletakkannya di sebelah perapian.
Mempersilahkan Erna duduk di ruang tamu yang hangat."What can I do for you?" tanya Mathias baik-baik.
"Maaf kalau saya lancang telah datang, saya hanya ingin bicara."
"Okay," jawab Mathias tanpa tahu apalagi yang harus dikatakannya. Mathias meneguk winenya lagi. Dia baru sadar Erna memandaginya.
"Kamu mau red wine?" tanya Mathias, Erna mengangguk dan berterima kasih.
Mathias berdiri mengambil gelas di dapur. Cepat-cepat Erna mengeluarkan suatu pil kecil dari sakunya dan memasukkannya ke gelas red wine Mathias.
Erna menata duduknya semanis dan seseksi mungkin. Rok spannya selutut dengan belahan di depan dan panty jaring-jaring yang seksi.
Blouse lejas dan longgar dengan warna sepadan menunjukkan isi badannya.
Mathias datang dengan gelas wine kosong dan handuk. Menyerahkan handuk putih ke Erna untuk mengeringkan rambutnya, lalu menuangkan red wine ke gelas kosong dan gelasnya sendiri.Di berikannya gelas itu ke Erna. Dengan sengaja Erna menyentuh kulit tangan Mathias, pria itu terkejut tapi tidak menampakkannya. Erna berpura-pura tidak merasakan, dan berterimakasih.
Mathias duduk di atas sofa berhadapan dengan Erna. Ditengah-tengah mereka sebuah meja persegi empat dari kaca. Kuat dan cantik.
Mathias dan Erna mengangkat winenya untuk bersulang sebelum meminumnya. Mathias kelihatan tidak santai lagi.
Kehadiran Erna memaksanya untuk bersikap normal. Dengan cara Erna berpakaian Mathias tidak bisa lagi berkonsentrasi. Dia meminum winenya dengan tempo yang cepat.
Mathias menyilahkan Erna untuk bicara dan mencoba untuk tidak melihat gerakan Erna yang mengeringkan rambut panjangnya dengan sensual. Erna dengan sengaja tidak memandang Mathias, matanya menerawang jauh seperti wanita dalam kesedihan.
Erna tidak terburu-buru untuk berbicara. Dia menunggu pil yang dimasukkan kedalam gelas Mathias bekerja.
"Ben dan aku berpisah. Tidak ada lagi cinta diantara kami." Erna mengawali. Erna menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya yang lentik. Mengikatkan rambut panjangnya keatas memamerkan tengkuknya yang halus.
Mathias merasakan suhu badannya meninggi. Erna terus bercerita. Mengatakan Ben telah membawa wanita lain ke apartemennya dan menyuruhnya pindah. Meskipun Erna tidak mencintai Ben kembali tetapi Erna masih sayang Ben, tetapi untuk Ben itu tidak ada artinya sama sekali.
Mathias sudah bisa melihat benar atau salah cerita Erna. Yang dirasakannya hanyalah betapa menggodanya wanita dihadapannya.
Erna berdiri dan menuangkan red wine ke gelas mereka masing-masing. Erna memainkan lidahnya sebelum meminumnya. Mathias tidak bisa menahan kekuatan baiknya. Dia tunduk dengan Erna.
Erna melepas sepatu hak tingginya dan merangkak di atas meja kaca kearah Mathias.
Mathias menunggu dengan ketakutan dan tidak berdaya. Dibayangkannya Arini menggodanya. Wanita itu turun dari meja duduk di tepi meja kaca, membuka stocking jaringnya dengan jemarinya yang lentik.
Mathias duduk tidak bergeming dengan nafas tersengal-sengal.
Erna melemparkan stocking ke karpet, membuka satu-persatu bajunya. Sekarang hanya beha dan celana dalam yang tipis menghiasi badannya yang menawan.
Mathias berdiri dan berniat pergi. Erna menahannya.
"Kamu tahu Mathias, aku menginginkanmu. Aku mencintaimu, karena itu aku meninggalkan Ben." Bisik Erna sembari menjilati telinga Mathias. Pria itu tunduk tanpa daya. Antara nafsu dan tidak keberdayaan.
Erna membuka kancing kemeja Mathias satu-persatu. Menelanjanginya dan menikamati tubuh itu dengan mulut dan birahinya.
Menciumi pria idamannya dengan sabar di setiap inci bagian tubuhnya.
Mereka bergulat dengan berahi. Erna mendudukkan Mathias di sofa dan memuaskan pria itu dan dirinya sampai klimaks.
Mereka tertidur berdua sampai pagi.
Mathias tidak bisa menyembunyikan perasaan marahnya ketika mendapati Erna di sampingnya. Dia tidak ingat sepenuhnya apa yang terjadi. Melihat dirinya dan Erna telanjang dia memastikan bahwa dirinya telah meniduri Erna.Erna masih merayunya. Mathias memakai bajunya dengan cepat dan menyuruh Erna untuk pergi.
Erna tidak terima, dia ingin Mathias mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Aku tidak memintamu untuk datang kerumahku Erna. Silahkan pergi dari rumahku dan jangan lagi menggangguku kembali," kata Mathias sambil menyeret Erna ke pintu dan membukakan pintu untuk pergi.
Mathias mendorong Erna keluar pintu.
"Jika kamu tidak bertanggungjawab dengan apa yang telah kamu lakukan paadaku, kamu akan lihat pembalasanku Mathias. Aku akan membuat hidupmu dan Arini menderita!" ucap Erna pedas.
Mathias menutup pintu dengan keras. Dia tidak ingin melihat wajh Erna lagi. Mathias sangat merasa bersalah. Bagaimana dia harus mengatakannya kepada Arini. Istri yang dicintainya. Dia tidak mengerti apa yang telah dia perbuat.
Hari itu Mathias ke tempat kerja seperti biasa, tetapi hatinya hanya dengan Arini karena perasaan bersalah. Dia harus mengatakannya kepada Arini dan Ben. How?
Besok Arini datang. Mathias takut Erna mengatakannya pada Arini.❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Kesepian
General FictionMathias Cornelius Fransiscus van Muller (Belanda) dan Chandramaya Arini (Jawa) memutuskan kembali ke Belanda untuk meneruskan pendidikan MBA di Eropa setelah beberapa tahun menetap di Singapore karena tugas kerja Mathias. Mathias adalah lelaki yang...