Tap! Tap! Tap! Irene berjalan sendirian. Di lihat oleh orang-orang kalau disana tanpa Wendy seperti biasanya. Dimana dia? Tumben sekali tidak menempel seperti prangko kata orang.
Irene berdiri sekitar 5 menit di bawah tangga luar gedung kampus. Ia memainkan jarinya sambil sesekali menghitung detik.
" Hah~~~" Helaan nafas terdengar. Wanita ini melangkah ingin pergi dari sana, pulang tanpa Wendy menggunakan taxi.
Tapi buru-buru mobil Wendy mengerem mendadak tipis di dekat Irene. Kaca mobil terbuka, Wendy menatap senyum Irene sambil menurunkan kacamata hitamnya.
" Kau telat lama!" Irene nampak kesal sambil masuk ke dalam mobil.
" Aku tidak bisa pergi begitu saja meninggalkan Rose." Jawab Wendy yang menjalankan pelan mobilnya keluar dari lingkungan kampus untuk mengantar pulang tuan putri kesayangannya ke rumah.
" Aku langsung pulang."
" Wae? Tidak mampir dulu?" Tanya Irene. Wendy berfikir sejenak.
" Mungkin besok. Sekarang aku ingin kembali ke kafe. Rose menungguku." Kata Wendy dan Irene mengangguk saja.
Cup!
" Bye." Ucap Wendy yang berlari kecil mendekati mobilnya lagi setelah ia mencuri ciuman di pipi Irene kembali.
Di lihat kepergian Wendy oleh Irene. Tak lama setelah itu seseorang keluar dari rumah mendekati Irene.
" Eodi?"
" Menemui kekasihnya."
" Tumben. Biasanya Wendy singgah."
" Memangnya dia selalu harus ada di dekatku?"
" Tidak juga. Tapi ini sangat tumben sekali."
Irene berbalik. Diikuti seorang wanita di belakangnya untuk masuk ke dalam rumah.
" Wendy Oppa?" Tanya seseorang di lantai 2 yang tadi terlihat antusias saat melihat Irene pulang.
" Tidak ada." Jawab seorang yang tadi berbicara singkat dengan Irene di depan.
" Eodiga?"
" Menemui Rose!" Jawab Irene yang nampak kesal menatap Suzy dan Yeri yang tidak berhenti bertanya dimana Wendy.
Dia segera sadar. Kemudian membuang singkat nafasnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar.
Yeri melihat pintu kamar Irene tertutup. Ia menoleh runduk ke lantai bawah lagi, melihat Suzy yang mengangkat sekilas bahunya tidak tau.
-----
Brugg!!! Irene menjatuhkan diri di atas kasur. Ia berguling memeluk boneka beruang berukuran sebesar tubuhnya yang di berikan oleh Wendy saat ulang tahunnya dulu.
Irene menatap wajah beruang itu. Ia elus dan ia rapikan bulu putihnya.
" Kenapa aku merindukanmu? Tidak biasanya." Ucap gadis ini selepas ia bangkit duduk dari kasurnya. Meratapi bingkai foto dirinya dengan Wendy 2 tahun lalu saat keduanya jalan di festival. Disaat mereka belum memiliki kekasih, masih bisa sering bersama dan sering jalan berdua.
Aneh rasanya. Beda dengan sekarang. Waktu itu tidak seperti sekarang. Bahkan untuk ke karnaval saja sudah 2 tahun yang lalu berakhir usai dan tidak pernah mau berinisiatif untuk jalan lagi berdua kesana.
Rasa gundah Irene terlihat jelas. Dia kesepian seketika. Butuh Wendy detik ini juga tapi sayang dia tidak mau serakah. Seharusnya pikiran nya dewasa dan tidak bisa selalu bersama Wendy.
Pikiran Irene tertuju pada kehidupan baru.
" Bagaimana jika aku tidak bersamamu lagi? Mungkin aku tidak bisa hidup tanpamu nanti." Seketika hati sedih. Ucapan Irene refleks karena dia benar-benar memikirkan waktu yang tidak akan mau menunggu.
" Hah~~" Irene membuang nafas sabar. Sesabar mungkin menunggu Wendy menelponnya tiap malam.
***
" Kau menyukainya?" Tanya Wendy. Rose tersenyum angguk.
" Kalau begitu, akan aku beli untukmu. Di jaga seperti menjaga hatiku. Di sayang seperti kau menyayangi ku sekarang. Di pandang seperti kau mengingatkanku setiap harinya." Kata Wendy membuat Rose terdiam tapi tatapan mata memberikan arti kalau dia benar-benar nyaman dengan Wendy. Untuk pertama kalinya, Rose merasa nyaman pada seorang pria yang baru menjalani hubungan dengannya. Yaa... itu Wendy.
" Orange. Beri nama Orange." Kata Wendy memegang akuarium ikan berukuran sedang. Rose tersenyum lebar. Ia meratapi ikan itu yang menatap nampak bahagia saat bertemu dengannya.
" Hai Orange....akan aku sayang dirimu seperti aku menyayangi Wendy." Kata Rose yang terduduk di depan meja belajarnya yang sekarang terisi ruang lagi oleh si Orange kesayangan baru Rose.
Rose memasuki menjentikkan kecil jarinya di luar akuarium itu. Ia melihat senyum tawa Orange yang berenang mengikuti gerak jarinya di luar sana.
" Sayangku untuk Orange, cintaku untukmu Wendy....."
***
Wendy keluar dari kamar mandi. Ia melompat naik ke atas kasurnya. Awalnya ia diam sejenak seperti memikirkan sesuatu. Kemudian segera selepas melamun ia meraih HP-nya. Menyandarkan tenang dan nyaman tubuhnya di kasur sambil mencari nomor yang ingin ia hubungi.
Drttt!!! Drrtt!!! Irene berhenti menyisir rambutnya. Ia terduduk sandar di punggung kasur sambil meraih HP-nya yang baru saja mendapatkan panggilan seseorang.
" Hallo?"
" Mh? Waeyo?"
" Kau sedang apa?"
" Memikirkan mu."
" Jinjjayo!? Wah...kiyowo."
" Haha...."
" Boleh aku mengatakan sesuatu padamu?"
" Mwo?"
" I love you."
Irene tersenyum kecil.
" I love you too.....Seulgi-ah." Seulgi tertawa kecil di seberang sana.
" Aku mengganggu?"
" Aniyo. Aku malah senang saat kau menelpon ku." Senyum Irene merekah kecil.
" Aku merindukanmu. Kau tidak merindukan ku?"
" Tentu aku merindukanmu. Kenapa bertanya lagi?"
" Ku pikir kau sedang merindukan Wendy sekarang....hahaha...." Irene tertawa walau terlihat memaksa. Keadaan membuatnya harus berbohong karena benar apa kata Seulgi, dia memang merindukan Wendy sekarang.
" Aku memang merindukan nya.... sepertinya dia tidak mempunyai waktu luang untuk menelponku." Batin Irene.
Perasaan aneh muncul saat harus memisah waktu.
Nggak tega bikin part kali ini. Rasanya sedih aja gitu Irene nggak di perhatiin Wendy seharian. Gundah rasanya 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Back for Me ✓ [C]
FanfictionBukan suatu masalah jika memang mereka dekat. Tapi yang jadi masalah jika teman bisa menjadi cinta. Problem yang mereka dapat hanya merasa kesal saat keduanya dekat dengan yang lain. ingin selalu mengisi kekosongan bersama, tapi seseorang sudah mere...