Kadang cerita pasti ada endingnya. Kehidupan pasti ada senang dan dukanya.
Saat ini sudah tergantung siapa yang akan mengisahkan. Membuat hari mempunyai story sendiri.
Dia sudah tidak bersama lagi untuk membuat kisah. Sudah terlihat jika jarak masih dekat tapi perhatian sudah tidak ketara jelas.
" Irene!"
" Ne!?" Ia segera menatap Seulgi. Lamunan yang berkepanjangan itu ntah tentang apa.
" Kau sakit?" Seulgi menempelkan punggung tangannya. Memeriksa keadaan suhu dan pikiran Irene.
" Ani. Aku... hanya melamun." Katanya.
" Melamun apa?" Seulgi bertanya dan Irene tidak akan segera menjawab. Dia mempunyai banyak alasan.
" Memikirkan bagaimana acara pertunangan kita nanti." Jawabnya membuat Seulgi menimbulkan senyum kecilnya.
Irene hanya bisa mengukir senyum saat memandang Seulgi. Tapi pikiran mencoba menolak saat harus ada Wendy yang ia pikirkan tiap harinya.
Benar apa kata Suzy....
" Wendy selalu bersamamu, menjagamu, dan menyayangimu. Kalian berdua tidak akan bisa hidup jika ada yang hilang di kehidupan kalian."
Itu katanya. Memang benar, Irene seperti kehilangan sebagian jiwanya. Dia merasa Wendy sudah melepaskan dan di berikan semua oleh Seulgi.
Dia lebih banyak mempunyai waktu untuk Rose mulai saat ini dan menjaga jarak dengan Irene. Tapi mereka baik-baik saja. Tidak ada di antara keduanya untuk memulai permusuhan atau bahkan tidak bicara sama sekali.
Sebelumnya Wendy bicara pada Irene. Mereka terlihat akur seperti semula tanpa mengingat hal yang pernah membuat keduanya jadi salah paham mengartikan. Bedanya, sekarang Wendy sudah tidak lagi bertindak lebih pada Irene. Ia berakhir dengan perhatian 3 hari yang lalu. Terakhir kalinya ia bisa memanjakan Irene waktu itu dan sekarang musnah untuk selamanya karena dia sadar, Irene bukan siapa-siapa dirinya. Hanya teman dekat yang masuk dalam zona terlarang tapi masih mereka lanjutkan.
Friendzone
" Kau mau ku jemput jam berapa?" Tanya Seulgi yang mulai sekarang akan mengantar jemput Irene di kampus.
" Emm.... jam 3 saja." Seulgi mengangguk senyum. Ia pun memeluk cium kening Irene sebelum pergi meninggalkan empunya.
Belum sadar juga jika yang memberi pelukan sekarang Seulgi. Irene hanya bisa diam. Biasanya Wendy yang akan melakukannya tapi sekarang pria lain yang sebentar lagi akan jadi calon tunangannya.
" Mereka pisah duduk. Kenapa?"
" Molla. Apa yang terjadi?"
Irene melirik semua orang di kelas. Tapi ia nampak terlihat fokus pada bukunya. Tak berselang lama, ia menoleh pelan ke kursi ujung. Melihat Wendy yang duduk di sana sekarang.
Pria itu tidak terlihat murung. Ia nampak ceria sekali dengan raut wajah senyumannya.
Itu karena seseorang membuat luka hatinya tertutupi.
" Hai..." Sapa Rose.
" Mh? Kau kenapa kemari?" Bingung Wendy saat mendapatkan Rose di gedung bisnis. Tidak biasanya anak hukum berada disana dan sekarang keduanya jadi pusat perhatian.
" Aku merindukanmu." Jawab Rose membuat Wendy tersenyum tawa menatap kekasihnya.
Cup!! Wendy mencium kening Rose, mencangkup kedua pipi empunya, membuat satu kampus yang melihat nya langsung di landa iri dan cemburu tingkat atas.
Wendy sungguh pria yang sangat sempurna di mata mereka. Dia sangat perhatian, baik, mudah tersenyum, humoris, tampan dan bermartabat. Pria itu segalanya dan pastinya semua wanita suka dengannya, menjadikan Wendy sebagai tipe ideal mereka.
" Kau cantik hari ini." Ucap Wendy.
" Kalau aku jelek, apa kau masih menyukai ku?"
" Tentu. Bagaimana bisa aku merelakan wanita seperti mu?" Senyuman Wendy begitu manis. Ia merapikan rambut Rose dan ia cium sesekali keningnya sambil merangkul empunya.
Irene saat itu lewat dan tidak sengaja melihat Wenrose. Dia hanya lewat saja dan menatap sekilas. Kedua orang itu tidak tau Irene berada disana.
Irene menahan semuanya. Dia melihat kalau Rose sudah bisa mendapatkan perhatian Wendy seutuhnya. Dia beruntung saat dengan Wendy. Dan Irene menyesal karena dia tidak menganggap Wendy sebagai seseorang.
Jantungnya nampak sakit tapi di luar sana, Irene nampak bahagia. Disisi lain ia kenapa bisa menyukai Seulgi dan disisi lain ia ingin sekali menyuruh Wendy serakah. Tapi sayang itu sudah lewat karena Wendy sudah terfokus seutuhnya dengan Rose. Tidak ada lagi Irene disisinya, tidak ada lagi perhatian terbagi, dan tidak ada lagi pelukan bahkan ciuman kasih sayang Wendy.
Itu semua di berikan untuk Rose sekarang dan Irene hanya bisa menerimanya.
Apa kalian tau seberapa besar harapan Irene pada Wendy?
Sangat besar. Dia sadar kalau selama ini ia mencintai Wendy. Melihat caranya memperhatikan Wendy itu sudah terbukti tanda jika cinta sudah berada pada Wendy dan bukan untuk Seulgi.
Bukannya untuk membelakangi Seulgi. Tapi jujur saja, Irene memang tidak paham dengan hatinya. Dia termakan dengan pikirannya yang hanya menganggap itu sebatas teman dekat. Tapi yang benar adalah dia mencintai Wendy. Menyukai sosok seorang Wendy yang selalu di dekatnya. Hanya saja dia tidak sadar dengan hatinya sendiri.
***
Zrruuzzz!!!!! Hujan cukup deras. Irene sudah melihat jam tangannya beberapa kali, menunggu Seulgi yang telat menjemput nya.
Terlihat jika mobil Seulgi sudah berjalan masuk ke wilayah kampus. Irene bernafas lega tapi lagi-lagi ia terpikir dengan hujan yang akan membuat dirinya basah kuyup. Seulgi lupa membawa payung dan dia bingung untuk keluar mobil.
Melihat dari kejauhan kalau baru saja seseorang melangkah mendekati Irene, membawa payung yang ia pegang.
Irene melihat rintikan hujan di bawah tangga dekat kakinya. Bayangan air genangan membuat Irene mengangkat pelan kepalanya. Melihat payung yang menutupi kepalanya.
Seseorang berada di luar payung, Irene hanya bisa diam dan menatap. Begitu juga dengan Wendy yang terkena air hujan hingga jaketnya basah.
Pria itu menyingkir dari jalan Irene. Menyuruh wanita ini untuk melangkah turun dari sana agar Wendy bisa mengantarnya ke mobil Seulgi.
Seulgi bernafas lega. Ia melihat senyum kedatangan Irene. Cepat-cepat Seulgi membuka pintu mobilnya membuat Irene segera masuk ke dalam.
Wendy berhenti disana. Ia selesai sudah mengantar Irene sampai ke mobil, tidak akan ia biarkan hujan membuat tubuhnya basah.
Irene menoleh ke luar kaca hitam mobil Seulgi yang tertutup itu. Menatap Wendy yang berdiri disisi nya.
Mobil Seulgi perlahan jalan. Pandangan mata Irene ikut membuat kepalanya menoleh pelan ke belakang.
Wendy tidak butuh payung lagi. Tubuhnya sudah basah kuyup terkena hujan. Ia pun turunkan payungnya dan ia tutup.
Datanglah Rose yang mendekatinya membawa payung. Wendy menatap empunya. Melihat Rose yang memarahinya karena kehujanan. Tapi Rose tidak benar-benar marah. Ia malah tersenyum dan melepas payungnya.
'Dia basah, aku pun ikut basah. Dia sakit, aku pun akan merasakan sakit juga.'
Senyum Wendy merekah lagi. Ia pun mengangkat tangan kanannya, menghalangi rintikan hujan yang mengenai mata Rose.
Rose melangkah mendekat. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Wendy. Menyandarkan kepalanya di dada pria ini.
Wendy sudah rela dan dia pasrah. Ia bisa tersenyum disaat ada Rose sekarang. Kebahagiaan mungkin memang tidak bisa ia dapat dengan Irene. Tapi kebahagiaan baru ia dapat dari Rose.
" Hah~~~" Irene menghela pelan nafasnya. Dia melihat dari spion kaca mobil Seulgi.
" Aku terjebak friendzone denganmu Wendy."
Rumit kalau sudah masuk zona kek gitu😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Back for Me ✓ [C]
FanfictionBukan suatu masalah jika memang mereka dekat. Tapi yang jadi masalah jika teman bisa menjadi cinta. Problem yang mereka dapat hanya merasa kesal saat keduanya dekat dengan yang lain. ingin selalu mengisi kekosongan bersama, tapi seseorang sudah mere...